Catatan Ibadah ke-1
Minggu 01 Des 2019
Lalu bapak
itu berkata kepada mama: "Kalau
minum jamu pahit, jangan menganggapnya sebagai racun, tetapi anggaplah sebagai
es krim. Tahan nafas sesaat agar tidak mencium aromanya." Namun,
mama dan isteri bapak itu kompak tidak setuju dengan jamu pahit. Meskipun
demikian, kulihat isterinya masih mau minum kopi hitam. Lalu kataku: “Bukankah kopi itu tidak baik?”
Jawabnya: “Selama ini baik-baik saja. Tak
ada masalah karena saya tidak punya sakit maag.” Lalu tanyaku heran: “Bukankah kopi itu pahit?” dan dia hanya
tersenyum.
Lantas senyumnya
membuatku teringat perkataanku pada mama beberapa waktu lalu: “Ma, ketika papa minum jamu pahit, mungkin
dia berpikir bahwa pahitnya kehidupan ini tak sepahit jamu yang diminumnya… hahaha…”
Kemudian ibu
itu bercerita bahwa anaknya juga pernah operasi tumor dan angkat kandungan.
Bapak itu juga pernah ditinggal oleh calon isterinya. Karena trauma, begitu
berjumpa dengan ibu itu, dia langsung menikahinya, tanpa pacaran dulu.
Sementara itu anaknya punya pacar baru, tetapi tak mau segera menikah lagi
karena masih trauma dengan perceraiannya.
Lantas ibu
itu menjelaskan bahwa dia menikah dengan bapak itu pada umur 16 tahun. Setelah
menikah dia langsung ditinggal berlayar oleh suaminya yang sekarang merupakan
veteran angkatan laut (AL) sehingga dia juga kembali bersekolah seperti biasa.
Kala itu mereka hanya bisa makan nasi jagung. Dulu pelayaran suaminya bisa
sampai 10 bulan. Meskipun demikian, bapak itu tidak mau selingkuh karena
mengingat perjuangan dan penantian isteri di rumah. Selain itu, mereka
percaya kepada Yang di Atas.
Sekarang tugas
pelayaran anggota AL maksimal 6 bulan lalu balik pulang ke rumah dulu. Ternyata
saat berlayar mereka itu patroli laut padahal kami pikir mereka pergi berperang
atau mencari ikan. Sekalipun bisa memancing, ternyata tidak setiap hari mereka
makan ikan karena sudah ada yang berbelanja macam-macam bahan makanan untuk
disimpan di kapal. Lalu saat mendarat di sebuah kota atau desa, bapak itu
menyempatkan diri melatih voli para penduduk di sana. Pertemuan bapak ibu itu
pun terjadi karena voli.
Sebelum
berpisah bapak itu pun sempat berpesan agar menghadapi operasi dengan humor.
Katanya: "Tidak usah dipikirkan. Dibawa
bercanda saja. Semasa muda kita kan sudah menabung penyakit dengan makan
sepuasnya dan menikmati hidup seenaknya. Pada masa tua tinggal memetik hasilnya."
Hehehe... Itu namanya bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kemudian. Hmm...
kalau bisa sich, tetap sehat sampai tua seperti Yosua.
Selanjutnya, ibu itu sudah boleh meninggalkan rumah sakit. Dengan demikian, papa bisa tidur di ranjang
pasien ketika menjaga mama. Padahal, ketika giliranku jaga, aku harus tidur di
lantai beralas selimut... wkwkww... beda usia beda fasilitasnya ya. Untung
dech Tuhan pengertian. Dia sediakan fasilitas yang tepat untuk orang
tua...^.^
0 komentar:
Post a Comment