Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 10 Nov 2019
Hakim-hakim 4:6-7 Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali, lalu berkata kepadanya: "Bukankah TUHAN, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau, dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke sungai Kison dan Aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu."
Selanjutnya, Tuhan menjawab seruan bangsa Israel. Debora menyampaikan
firman Tuhan kepada Barak. Di sini kita melihat bahwa ketika kita berseru,
Tuhan pun menjawab pada waktunya dengan cara yang berbeda dari pemikiran kita.
Tuhan meminta Barak naik dulu ke gunung Tabor dengan 10.000 orang bani Naftali
dan bani Zebulon yang merupakan suku terkecil.
Setelah itu Tuhan akan menggerakkan musuh untuk menyerang, tetapi bukan
untuk mengalahkan, melainkan untuk memberikan kemenangan. Kita tidak bisa
menyatakan bahwa kita ini lebih dari pemenang jika kita belum pernah menang
perang. Dulu Tuhan sendiri yang menyerahkan Israel ke tangan musuh ketika
mereka berbuat jahat. Namun, setelah mereka berseru kepada Tuhan, keadaan
berbalik. Musuh yang akan diserahkan kepada Israel.
YA TUHAN
KUPERCAYA
Ya Tuhan kupercaya, aku percaya. Lewati lembah air mata, aku percaya. Firman-Mu ya dan amin, aku percaya. Kem’nangan sudah Kau jamin, aku percaya.
Ya Tuhan kupercaya, aku percaya. Lewati lembah air mata, aku percaya. Firman-Mu ya dan amin, aku percaya. Kem’nangan sudah Kau jamin, aku percaya.
Hakim-hakim 4:8-9 Jawab Barak kepada Debora: "Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju." Kata Debora: "Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan." Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kedesh.
Barak tidak berani melangkah karena dia sudah biasa berperang dan
mengetahui bahwa rencana Tuhan tidak sesuai dengan pengalamannya di medan
perang. Jika kita bergantung pada pengalaman atau pengetahuan kita sendiri,
kita akan kesulitan mengikuti cara Tuhan. Kita akan mendebat-Nya dan mengatakan
pada Tuhan bahwa hal itu tidak mungkin.
Sebaliknya, Debora tidak pernah berperang. Dia tidak memahami strategi
perang. Orang yang tidak bergantung pada kompetensinya cenderung berani
melangkah ketika Tuhan berfirman. Ini sebabnya kita jangan mendikte Tuhan.
Jangan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh Tuhan. Dengan bergantung pada kekuatannya sendiri,
Barak tidak akan beroleh kemuliaan Tuhan. Dia hanya bisa menuai pujian manusia.
0 komentar:
Post a Comment