Sunday, September 15, 2019

Rumah ~ Pdt. Arman Harijanto

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 15 Sept 2019
Yohanes 2:16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Ortu Bijak
Sumber: cerpen.co.id
Akhir-akhir ini kita melihat berbagai masalah di tanah air. Semua masalah tersebut sebenarnya bersumber dari rumah. Seharusnya rumah menjadi tempat berinteraksi antar anggota keluarga, bukan tempat berjualan. Pak Arman pernah bertamu di sebuah rumah mewah. Di dalam rumah itu ada lapangan tenis, lapangan golf, dan berbagai fasilitas mewah lainnya. Namun, anak pemilik rumah tiba-tiba mendatangi mamanya dan berkata: "Mengapa saya harus selalu mengikuti omongan mama?" Lalu mamanya marah padahal di sana sedang ada tamu. Rumah mewah pun menjadi tidak nyaman.

Di Cisarua ada sebuah rumah yang luas dan tempat makannya sekitar 8 hektar. Rumah tersebut dibangun di suatu tempat yang paling tinggi di dalam kompleks taman safari sehingga hawanya dingin. Penghuninya adalah 2 ekor panda dari Cina. Meskipun kedua panda baru tinggal di sana sejak tahun 2017, rumahnya telah disiapkan sejak tahun 2015. Rumah mereka juga dilengkapi fasilitas kesehatan dengan dokternya.

Mengapa manusia menghabiskan banyak biaya untuk membangun rumah bagi panda? Tentu saja mereka berharap kedua panda bisa betah tinggal di rumah barunya. Bagaimana dengan manusia? Apakah kita sudah membuat Tuhan betah tinggal di rumah kita? Mungkinkah kita malah membuat Tuhan tidak betah dengan perkataan kita?
Yohanes 2:17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
Membakar Hati
Versi lain menyatakan bahwa: Maka pengikut-pengikut-Nya teringat akan ayat Alkitab ini, "Cinta-Ku untuk Rumah-Mu, ya Allah, membakar hati-Ku." Agar rumah terasa nyaman, kita harus menambahkan cinta di dalamnya. Biarkan Yesus tinggal di rumah kita dengan cara melakukan firman-Nya.
Matius 7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Kita pun harus senantiasa berjaga-jaga menyambut kedatangan Yesus. Papanya pak Arman terbilang keras sehingga dia dan adiknya senantiasa berjaga-jaga menyambut kedatangan papanya. Karena rumahnya berada di gang sempit yang hanya bisa dilalui satu mobil, papanya selalu berpesan: "Kalau papa pulang dan membunyikan klakson, kalian harus segera membukakan pintu. Jika lebih dari 10 detik, berarti sudah terlambat."

Maka, tiap jam 5 sore dia dan adiknya akan bermain di pekarangan. Suatu kali terdengar bunyi klakson dan mereka segera membuka pintu. Namun, yang lewat bukan mobil papanya sehingga mereka kembali menutup pintu lalu bermain di ranjang ortu. Lantas mereka berbagi tugas: siapa yang membukakan pintu dan siapa yang membereskan mainan jika papanya datang. Mereka senang bermain mobil-mobilan di ranjang ortu karena ranjangnya besar dan menggunakan sprei bergaris-garis sehingga bisa dianggap seperti jalan raya.

Ketika mobil papanya datang, pak Arman segera membukakan pintu. Kemudian dia berusaha bersikap baik kepada papanya dengan bertanya: "Bagaimana pekerjaan papa? Apakah semua lancar?" Dengan bersikap baik kepada papanya, dia dan adiknya berharap bisa diajak jalan-jalan oleh papanya.

Namun, papanya bertanya: "Mengapa hanya kamu yang membukakan pintu? Dimana adikmu? Apa kalian bermain lagi di ranjang?" Pak Arman bertanya: "Bagaimana papa bisa tahu?" Papanya hanya menjawab bahwa semuanya sudah kelihatan. Ini seperti ayat yang menyatakan bahwa gembala mengenal dombanya dan dombanya juga mengenal gembalanya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.