Yohanes 2:16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Sumber: cerpen.co.id |
Akhir-akhir ini kita melihat berbagai masalah di tanah air. Semua masalah
tersebut sebenarnya bersumber dari rumah. Seharusnya rumah menjadi tempat
berinteraksi antar anggota keluarga, bukan tempat berjualan. Pak Arman pernah
bertamu di sebuah rumah mewah. Di dalam rumah itu ada lapangan tenis, lapangan
golf, dan berbagai fasilitas mewah lainnya. Namun, anak pemilik rumah tiba-tiba
mendatangi mamanya dan berkata: "Mengapa
saya harus selalu mengikuti omongan mama?" Lalu mamanya marah
padahal di sana sedang ada tamu. Rumah mewah pun menjadi tidak nyaman.
Di Cisarua ada sebuah rumah yang luas dan tempat makannya sekitar 8
hektar. Rumah tersebut dibangun di suatu tempat yang paling tinggi di dalam
kompleks taman safari sehingga hawanya dingin. Penghuninya adalah 2 ekor panda
dari Cina. Meskipun kedua panda baru tinggal di sana sejak tahun 2017, rumahnya
telah disiapkan sejak tahun 2015. Rumah mereka juga dilengkapi fasilitas
kesehatan dengan dokternya.
Mengapa manusia menghabiskan banyak biaya untuk membangun rumah bagi
panda? Tentu saja mereka berharap kedua panda bisa betah tinggal di rumah
barunya. Bagaimana dengan manusia? Apakah kita sudah membuat Tuhan betah
tinggal di rumah kita? Mungkinkah kita malah membuat Tuhan tidak betah dengan
perkataan kita?
Yohanes 2:17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
Versi lain menyatakan bahwa: Maka pengikut-pengikut-Nya teringat akan ayat
Alkitab ini, "Cinta-Ku untuk
Rumah-Mu, ya Allah, membakar hati-Ku." Agar
rumah terasa nyaman, kita harus menambahkan cinta di dalamnya. Biarkan Yesus
tinggal di rumah kita dengan cara melakukan firman-Nya.
Matius 7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Kita pun harus senantiasa berjaga-jaga menyambut kedatangan Yesus.
Papanya pak Arman terbilang keras sehingga dia dan adiknya senantiasa
berjaga-jaga menyambut kedatangan papanya. Karena rumahnya berada di gang
sempit yang hanya bisa dilalui satu mobil, papanya selalu berpesan: "Kalau papa pulang dan membunyikan
klakson, kalian harus segera membukakan pintu. Jika lebih dari 10 detik,
berarti sudah terlambat."
Maka, tiap jam 5 sore dia dan adiknya akan bermain di pekarangan. Suatu
kali terdengar bunyi klakson dan mereka segera membuka pintu. Namun, yang lewat
bukan mobil papanya sehingga mereka kembali menutup pintu lalu bermain di
ranjang ortu. Lantas mereka berbagi tugas: siapa yang membukakan pintu dan
siapa yang membereskan mainan jika papanya datang. Mereka senang bermain
mobil-mobilan di ranjang ortu karena ranjangnya besar dan menggunakan sprei
bergaris-garis sehingga bisa dianggap seperti jalan raya.
Ketika mobil papanya datang, pak Arman segera membukakan pintu. Kemudian
dia berusaha bersikap baik kepada papanya dengan bertanya: "Bagaimana pekerjaan papa? Apakah semua lancar?" Dengan
bersikap baik kepada papanya, dia dan adiknya berharap bisa diajak jalan-jalan
oleh papanya.
Namun, papanya bertanya: "Mengapa
hanya kamu yang membukakan pintu? Dimana adikmu? Apa kalian bermain lagi di
ranjang?" Pak Arman bertanya: "Bagaimana
papa bisa tahu?" Papanya hanya menjawab bahwa semuanya sudah
kelihatan. Ini seperti ayat yang menyatakan bahwa gembala mengenal dombanya dan
dombanya juga mengenal gembalanya.
0 komentar:
Post a Comment