Sunday, February 17, 2019

Emosi Pengaruhi Sikap

Keinginan Mata
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 17 Feb 2019

Beberapa waktu lalu jepit rambut yang kubeli online tidak bisa digunakan karena retak atau rusak. Entah dikirim barang yang sudah rusak atau rusak saat pengiriman. Pastinya penjual tidak mau bertanggung jawab dan mengatakan bahwa dia sudah berbaik hati memberikan bubble wrap sekalipun tidak kuminta lalu aku diminta membaca aturan tokonya.

Aduuuh... kesal dech aku, tetapi Roh Kudus mengatakan bahwa aku ini Kristen jadi jangan bikin malu dengan meributkan jepit rambut. Namun, ini bukan soal harganya, tetapi soal tanggung jawabnya. Aku sudah membeli tambahan bubble wrap tetapi malah dibilang tidak membelinya. Pantas saja kemasannya tipis. Oh, untunglah invoicenya tidak bisa menipu karena dibuat otomatis oleh pihak mall online. Jadi, kuminta dia membaca invoicenya sekali lagi karena di invoice jelas-jelas tercantum pembelian tambahan kemasan.

Namun, kupikir-pikir lagi Roh Kudus ada benarnya juga. Jadi, daripada kesal berlarut-larut, kuputuskan untuk segera mengakhirinya dengan ulasan negatif sesuai fakta dan ditambah ucapan terima kasih atas pelajarannya dan sebuah doa agar dia berhasil dan beruntung.

Memaafkan Melupakan
Hehehe... Doanya bertolak belakang dengan ulasannya. Seingatku dulu juga ada pendeta yang sempat kecewa dengan pembelian AC secara online. Dia pun memberikan ulasan negatif yang sebenar-benarnya hingga komplainnya terselesaikan. Jadi, aku menirunya dalam hal pemberian ulasan agar pembeli lain berhati-hati atau siap dengan resikonya.

Meskipun demikian, aku membatalkan komplain sekalipun belum terselesaikan karena nilai yang hilang tidak seberapa dan aku juga enggan berurusan dengan penjual yang tidak bisa melihat gajah di pelupuk matanya. Lantas aku pun berusaha meniru pendeta dalam hal pengucapan syukur dan doa. Dengan cara demikian, hati pun terasa lega. Hehehe... Inikah yang dimaksud menumpukkan bara api?
Roma 12:20-21 Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
Selanjutnya, aku mulai mengikuti akun media sosial beberapa pendeta. Ketika melihat aktivitas para pendeta yang kuikuti, aku pun sempat tak percaya dengan apa yang kulihat. Seorang pendeta yang usianya jauh lebih tua dariku terlihat menyukai beberapa video humor dengan penampilan wanita yang agak kurang pantas. Karena tidak yakin dengan apa yang kulihat, aku pun mencoba memutar videonya dan semakin tak paham. Sebenarnya ini wanita atau waria?

“Oh Tuhan, jangan tunjukkan padaku hal-hal yang tersembunyi di balik layar atau mimbar. Aku tahu setiap orang memiliki kelemahan, termasuk pendeta. Aku pun tahu setiap orang memiliki sisi gelap. Apa untungnya bagiku melihat sisi gelap orang lain?” Oh, mungkin ini akun pendeta palsu. Coba kucek siapa saja pengikutnya. Lho, ini semakin membingungkan. “Ya Tuhan, jika ini bukan akun pendeta palsu, tolong tegur dia dan jangan meminta aku menegurnya ya... Jika akun ini sedang di-hack, tolong dibereskan pula.” Eh, hari ini history tersebut menghilang. Aduh, mungkin mataku lelah karena keasyikan melihat aksesoris online... wkwwkw... Oh, semoga aku memang hanya salah lihat.

KUYAKIN dan PERCAYA
Kuberjalan dengan imanku pada-Mu. Kudengar suara-Mu dan aku percaya. Kuterima janji-Mu dalam hidupku. Kumelihat dan kunyatakan Kau Tuhan.
Reff: Kuyakin dan percaya Kau sanggup mengubah malam menjadi siang. Kuyakin dan percaya Kau sanggup mengubah beban menjadi berkat.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.