Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 27 Jan 2018
Nah, terkait trending topic II, bagaimana usher tersebut mengetahui bahwa banyak jemaat yang ikut puasa? Apa
karena banyak yang memakai gelang pengingat puasa? Apa karena banyak yang
menolak makanan pemberiannya? Apa karena banyak yang menolak diajak makan? Apa
karena sama-sama tidak makan saat jam kerja?
Jika ada yang bertanya kepada teman sekantorku, pasti mereka akan mengatakan
bahwa aku tidak berpuasa karena aku tetap makan siang seperti biasanya. Ini
karena ko Fuji pernah mengatakan bahwa jam puasa itu bebas tetapi jangan
pilih yang mudah.
Ketika ada emak yang tidak sempat mengikuti ibadah ko Fuji tentang puasa
dan menanyakan caranya, aku pun hanya menjawab singkat: "Ko Fuji mengatakan bahwa yang biasa makan 3 kali perlu makan 2
kali saja saat puasa. Yang biasa makan 2 kali, cukup makan 1 kali saat puasa.
Yang biasa makan 1 kali, ya tidak makan sama sekali saat puasa. Tapi, selama
puasa tetap boleh minum, termasuk minum jus. Jam puasanya bebas."
Lantas emak itu menyimpulkan: "Intinya
mengurangi makan ya?" Jawabku: "Iya
supaya ada lebih banyak waktu untuk berdoa dan membaca Alkitab."
Karena sudah terbiasa makan 2 kali sehari, selama masa puasa aku ya
berusaha makan sekali sehari, yaitu makan siang doank. Maunya sich makan malam
doank karena kalau di rumah bisa makan sepuasnya tetapi ko Fuji mengatakan agar
kita tidak memilih yang mudah. Aneh ya. Orang dunia selalu berkata: “Jika ada yang mudah, ngapain pilih yang
sulit.” tetapi ko Fuji malah berkata lain. Darimana sich dia itu?
Filipi 3:20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
Aduh, warga sorga emang lain ya... Hahaha... jadinya ya makan siang doank
karena puasa sambil bekerja itu masih mudah. Maklum semasa kecil dulu sudah
menjadi anak suster asrama yang sungguh tertib, sungguh teratur. Di asrama
tidak boleh makan sambil belajar atau sambil tidur. Jadi, aku pun tak biasa
makan sambil bekerja. Bahkan, kadang kala kalau sudah bekerja, bisa lupa makan
dan minum kalau tidak ada yang memberi sinyal.
Lukas 4:3-4 Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja."
Nah, pulang kerja capek donk kalau masih harus membuat jus saat perut
mulai bernyanyi. Daripada repot-repot membuat jus lalu mencuci semua
peralatannya, kadang kala kubiarkan mulutku yang menjadi juicernya... hahaha... juicer alami. Setidaknya aku hanya makan
sedikit buah dan keripik untuk malam hari serta tidak makan nasi.
Kata orang Indonesia: "Kalau
belum makan nasi, berarti belum makan."
Jika demikian, berarti aku berhasil makan sehari satu kali dan masih bisa
disebut puasa... wkwwkw... Terbukti bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti
atau nasi saja karena buah juga mengenyangkan.
Pssst... Jangan ditiru lho ya. Kalau dilihat pendeta, ntar
ditegur tuh: "Kalau puasa, ya jangan
makan apapun. Bahkan, kalau memungkinkan, berpuasalah seperti Yesus yang tidak makan
apapun dan tidak tergoda untuk mengubah batu menjadi roti." Hehehe...
Jika kita masih tergoda untuk mengubah tubuh menjadi juicer, ini berarti pengendalian diri kita masih perlu diperbaiki.
Meskipun demikian, yang terpenting adalah puasa batin (Yesaya 58) agar kita
tidak mudah emosi...xixixi... Sabar ya senior. Ingat lho ini masih masa puasa
dan masa penghakiman belum tiba...^.^
MENGENAL
HATIKU
Hanya dekat kasih-Mu Bapa jiwaku pun tent’ram. Engkau menerimaku dengan sepenuhnya. Walau dunia melihat rupa, Namun Kau memandangku sampai kedalaman hatiku.
Reff: Tuhan inilah yang ku tahu Kau mengenal hatiku jauh melebihi semua yang terdekat sekalipun. Tuhan inilah yang kumau Kau menjaga hatiku supaya kehidupan memancar senantiasa.
Hanya dekat kasih-Mu Bapa jiwaku pun tent’ram. Engkau menerimaku dengan sepenuhnya. Walau dunia melihat rupa, Namun Kau memandangku sampai kedalaman hatiku.
Reff: Tuhan inilah yang ku tahu Kau mengenal hatiku jauh melebihi semua yang terdekat sekalipun. Tuhan inilah yang kumau Kau menjaga hatiku supaya kehidupan memancar senantiasa.
0 komentar:
Post a Comment