Sunday, December 30, 2018

Introspeksi Diri: Pengampunan ~ Pdt. Judy Koesmanto

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 30 Des 2018

2. Hidup dalam terang menjadi orang yang terampuni.
Samuel 9:6 Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: "Mefiboset!" Jawabnya: "Inilah hamba tuanku."
Bagi orang Israel, nama itu penting. Yesus juga memanggil nama kita masing-masing. Ketika membaca kisah ini, ko Yudi pun merasa terharu karena teringat akan Tuhan Yesus yang telah memanggil namanya.
DENGAR DIA PANGGIL NAMA SAYA
Dengar Dia panggil nama saya. Dengar Dia panggil namamu. Dengar Dia panggil nama saya, juga Dia panggil namamu.
Kujawab: "Ya ya ya". Kujawab: "Ya ya ya". Kujawab: "Ya Tuhan". Kujawab: "Ya Tuhan". Kujawab: "Ya ya ya".
O giranglah, o giranglah. Tuhan Yesus amat cinta pada saya. O giranglah.
2 Samuel 9:7-8 Kemudian berkatalah Daud kepadanya: "Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku." Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: "Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?"
Ketika Daud memanggil nama Mefiboset, seketika itu dia merasa lega. Ketika Mefiboset memilih untuk pindah dari Lodebar ke kota Daud yang penuh sukacita, dia juga menerima pengampunan. Meminta maaf itu tidak harus dilakukan oleh orang yang bersalah. Meminta maaf harus dilakukan oleh orang yang ingin perdamaian. Jika yang bersalah harus meminta maaf terlebih dahulu, kita akan sulit menerima pengampunan dari Tuhan. Namun, Tuhan telah lebih dulu mengampuni kita sebelum kita meminta maaf kepadanya.

Kesaksian tentang Indahnya Pengampunan:
Ko Yudi sering berkunjung ke rumah sakit di luar jam besuk untuk mendoakan orang. Dengan membawa identitas sebagai pendeta, dari sekitar 10 kedatangan, mungkin hanya 1 orang yang menolak didoakan. Suatu hari dia mendatangi kamar pasien yang dijaga beberapa orang tua. Dia pun memperkenalkan diri terlebih dahulu. Lalu sebelum mendoakan pasien, dia sedikit bercerita tentang Yesus. 

Ketika hendak berdoa, teman pasien berkata kepadanya: "dia sakit kanker kelenjar getah bening tetapi jangan sampai didengar olehnya." Namun, Tuhan memberitahu ko Yudi bahwa dia sakit bukan karena penyakit sehingga ko Yudi sempat bingung sejenak. Dia pun tidak langsung pulang setelah mendoakannya tetapi mengobrol dulu.

Nah, ketika ko Yudi menanyakan anaknya, pasien itu langsung emosi. Teman-teman pasien segera menyarankan ko Yudi agar tidak bertanya-tanya perihal anaknya karena anaknya durhaka dan telah membuangnya ke panti jompo. Pasien pun berkata: "Sampai mati pun dia kularang mendatangi kuburanku." Padahal, jika sudah dikubur, dia ya tidak bisa melarang. Lantas ko Yudi meminta alamat anaknya dan diberi.

Ko Yudi segera mendatangi rumah anak pasien tadi. Hah! Mereka pun sama-sama terkejut. Ternyata anaknya merupakan jemaatnya sendiri. Dia tidak ingat namanya tetapi dia ingat wajahnya. Kemudian ko Yudi menjelaskan maksud kedatangannya. Dari sini ko Yudi mengetahui bahwa pasien tadi cerewet dan sering ribut dengan menantunya. Karena hal ini, anak si pasien sempat nyaris bercerai dengan isterinya. Kala itu isterinya berkata kepadanya: "Pilih mamamu atau pilih aku. Jika kamu pilih mamamu, aku yang akan pergi dari rumah ini." Tentu saja ini merupakan pilihan yang sulit bagi laki-laki.

Maka, dia bertanya kepada mamanya: "Apa mama tidak bosan tinggal di sini? Bagaimana jika mama tinggal dengan cece saja?" Rupanya hal ini membuat mamanya tersinggung sehingga dia memutuskan tinggal di panti jompo. Anaknya sudah berusaha meminta maaf kepada mamanya hingga berulang kali tetapi selalu ditolak sekalipun dia didampingi orang-orang FLC (Family Life Center) yang berganti-ganti.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.