Sunday, December 30, 2018

Introspeksi Diri: Pengampunan (2) ~ Pdt. Judy Koesmanto

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 30 Des 2018

Lantas ko Yudi mengatakan kepadanya untuk coba meminta maaf sekali lagi karena kali ini dia akan didampingi ko Yudi sendiri. Dia pun setuju. Ketika tiba di rumah sakit, ko Yudi masuk terlebih dulu ke kamar pasien untuk menyapanya dan memberitahu perihal kedatangan anaknya. Namun, pasien segera membuang muka saat melihat anaknya.

Ketika melihat anaknya menangis sambil memegang daun pintu, ko Yudi menyarankan agar dia meminta maaf sambil berlutut di dekat mamanya. Katanya: "Jangan takut. Mamamu tampak lemah karena penyakitnya. Jadi, kalau mamamu marah dan menamparmu, tamparannya akan seperti elusan. Kalau diludahi, ludahnya juga akan merembes di pipinya doank."

Nah, dengan sedikit dorongan dari ko Yudi itu, dia pun sujud meminta maaf kepada mamanya tetapi mamanya membuang muka ke arah lain. Dia pun segera berlari pindah ke sisi itu dan melakukan hal yang sama. Dia terus menerus berlari dan berlutut ke sana dan ke sini acapkali mamanya membuang muka hingga dia berkeringat. Lalu mamanya mengucapkan kata-kata dalam bahasa yang sulit dipahami oleh ko Yudi. Ko Yudi hanya bisa berkata kepada pasien: "Sudahlah encim, maafkan dia." Lantas ko Yudi menangis karena tidak memahami arti perkataan encim tersebut dan juga kasihan dengan anaknya.

Bagaimanapun juga seorang ibu tidak akan lupa dengan anak yang telah dilahirkannya sambil menanggung rasa sakit. Tak lama berselang encim itu mengulurkan tangan kepada anaknya. Ko Yudi segera memberitahu anaknya bahwa mamanya telah mengulurkan tangan. Maka, anak itu segera memeluk mamanya. Di sini tugas pendeta selesai...^.^ Ko Yudi pun berdoa atas kesembuhan mamanya tetapi sekalipun Tuhan tidak menyembuhkannya, minimal dia sudah berdamai dengan anaknya.

2 bulan kemudian ko Yudi ditelepon oleh anak tadi untuk melayani mamanya. Serta merta dia berpikir bahwa dia diminta untuk ibadah penghiburan karena saat ke rumah sakit dia mendengar pasien divonis dokter bahwa dia hanya bisa bertahan 2 bulan saja. Anaknya juga mengatakan bahwa ko Yudi ditunggu mamanya. Maka, ko Yudi bertanya: "Di Adi Jasa (rumah duka) nomer berapa? Wah, jangan ditunggu. Saya masih mau hidup. Nanti pasti saya menyusul tetapi jangan sekarang."

Jawab anaknya: "Ko Yudi ini bisa saja. Setelah kejadian di rumah sakit itu, mama saya berangsur-angsur membaik dan sekarang ada di rumah." Haleluya. Ko Yudi pun meminta maaf karena sudah berpikir yang bukan-bukan. Lantas dia berjanji untuk datang ke rumahnya 2 hari kemudian. Di rumahnya ko Yudi segera disambut hangat oleh mamanya. Tangannya ditarik dan dia dicium oleh mamanya. Karena mamanya sudah tak punya gigi, air liurnya pun belepotan di pipi ko Yudi... wkwwkw...

Nah, jika saat ini masih ada yang suka membuang muka hingga mukanya semakin jauh karena terus menerus dibuang, mulai sekarang usahakanlah untuk berdamai.

PENGAMPUNAN ADALAH ~ GMS Live (Album: Kupercaya Mujizat 2)
Dalam kegelapan hatiku tak hentinya anugerah-Mu. Engkaulah satu kasih sejati. Tuhan ajar ku mengerti. Diampuni itu sangat indah. Diampuni itu mulia. Yang Kau rindukan ku bahagia. Kumau memb'ri yang kuterima.
Mengampuni itu kasih. Mengampuni itu indah. Damai sejahtera, sukacita tak terkata, hati yang melimpah. Mengampuni itu memb'ri. Mengampuni itu rela. Tak 'kan kutolak kerinduan-Mu ya Bapa, ampuni sesama.

3. Hidup dalam terang akan membuat kita sadar akan dosa. Jika hidup dalam terang, kita akan peka terhadap isi hati Tuhan dan segera sadar ketika ditegur. Ini yang disebut makan sehidangan.
2 Samuel 9:13 Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.