Thursday, November 15, 2018

Upah dari Tuhan

Seperti di Rumah Sendiri
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Nov 2018

Ketika kudengar beberapa temanku dirumahkan, kusarankan agar mereka tidak bosan-bosan melamar pekerjaan sambil tetap berdoa. Aku pun melakukan hal yang sama sebagaimana kusarankan kepada mereka semua. Beberapa di antaranya telah berhasil menemukan pekerjaan baru yang lebih baik daripada sebelumnya. Namun, beberapa di antaranya belum juga mendapat pekerjaan lagi, termasuk aku.

Ketika aku bermimpi diberi roti saat tidur, aku ingat firman.
Mazmur 127:2 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah — sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

Namun, ketika aku ingin berhenti melamar pekerjaan, aku membaca tulisan seseorang yang mengatakan bahwa Tuhan memberi makanan kepada burung tetapi tidak langsung melempar ke dalam sarangnya sehingga burung harus mencari-cari makanannya terlebih dahulu. Maka, kuteruskan usahaku melamar pekerjaan.
Lalu aku bermimpi lagi dimana Tuhan berkata: "Hiduplah di dalam Roh karena daging tidak berguna."
Yohanes 6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Hidup di dalam Roh seharusnya berarti tidak berusaha dengan kekuatan sendiri, tetapi cukuplah duduk tenang di kaki Tuhan seperti Maria dan tidak sibuk seperti Marta. Hidup di dalam Roh seharusnya juga mempercayai pemeliharaan Tuhan di padang gurun dengan cara menerima manna harian. Maka, kupikir aku tak perlu melamar pekerjaan lagi tetapi aku membaca tulisan seseorang yang menyatakan bahwa kita harus belajar kepada semut.
Amsal 6:6-8 Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.

Jadi, aku kembali melamar pekerjaan sampai akhirnya aku bermimpi tidur nyenyak di kamarku. Ketika dibangunkan oleh alunan lagu mandarin, aku amat terkejut karena mendapati kamarku telah lebih bagus dan lebih besar daripada sebelum aku tidur, dan perabotannya mendadak lebih banyak daripada seharusnya. Aku kembali terkejut: "Kamar siapa ini? Mengapa kamarku berubah?" Sontak aku benar-benar terbangun dari tidurku. Ealah, rupanya mimpiku berlapis-lapis, mirip film Inception saja... wkwkww...

Kemudian aku juga bermimpi duduk, angkat tangan, menari, dan menyanyi bagi Tuhan di gereja. Maka, aku berdoa: "Tuhan, aku sudah capek melamar kerja. Bete aku, sudah habisin uang transportasi untuk mondar-mondir ke sana kemari tetapi tidak mendapat apa-apa selain pelajaran yang berharga. Jadi, aku sudah tidak mau lagi melamar kerja. Capek aku. Aku bantu ortu jaga toko saja. Lagipula lebih enak menangani usaha kecil daripada usaha besar karena masih sederhana. ^_^ Namun, jika Engkau mau aku kembali bekerja pada orang lain, berikan aku pekerjaan sekalipun aku tidak mengajukan lamaran pekerjaan. Aku mau pekerjaan yang benar, gajinya minimal sekian, dekat rumah, dan ini, dan itu. Ah, Bapa pasti tahulah mauku seperti apa karena Engkau Maha Tahu. Aku tidak peduli cara-Mu, terserah Bapa karena semuanya mungkin bagi-Mu."

Nah, jika aku sudah angkat tangan seperti di dalam mimpiku, pasti tidak lama lagi Tuhan turun tangan. Suara hatiku pun berkata: "Kamu akan melihat hal-hal mustahil terjadi di dalam hidupmu." Jawabku: "Aku sudah melihatnya. Aku sudah melihat orang sakit disembuhkan di gereja." Balasnya: "Bukan itu, tetapi ini berkaitan denganmu." Beberapa hari kemudian tiba-tiba ada teman SMA yang menawarkan pekerjaan di perusahaan ortunya sesuai dengan beberapa syarat yang kuminta. Padahal, ya sudah lama tidak saling kontak dengan teman SMAku itu. Bisa aja sich Tuhan ini, benar-benar ahli dalam memberi kejutan.

Astaga! Bingung aku. Aku tidak mendapat pekerjaan ketika aku berusaha keras seperti Petrus yang berusaha menangkap ikan semalam suntuk. Namun, ketika aku berhenti berusaha dengan segenap kemampuanku, malah mendapat pekerjaan. Apa Tuhan keberatan jika aku hanya menangani usaha kecil? Hmmm... was-was juga nich dengan rencana Tuhan yang kelihatannya lebih besar daripada rencanaku.
◆: "Benarkah kamu tidak menyukai hal-hal besar?"
▪: "Oh, tentu saja benar. Aku lebih suka yang kecil-kecil."
◆: "Jika demikian, mengapa kamu tersenyum senang ketika beberapa orang mengatakan bahwa upahmu besar di Surga?"
▪: "Lho, dunianya lain."
◆: "Di Surga segalanya lebih besar daripada di Bumi. Jika kamu tidak siap dengan hal-hal besar di Bumi, bagaimana jika kamu tidak betah di Surga?"
▪: "???!??"

Lalu apa sekarang aku harus menyarankan teman-temanku untuk berdoa doank tanpa berusaha? Bagaimana jika mereka malah bermalas-malasan? Namun, doa seharusnya membuat mereka semakin rajin sich. Meskipun demikian, kadang kala orang rajin tetap tidak bisa menuai hasil sekalipun sudah berusaha mati-matian. Ada kalanya kita diajar untuk berserah dan hanya bersandar kepada Tuhan. Mungkin jawaban doanya bergantung pada karakter pendoanya ya. Jika pendoanya berhati malas, dia harus belajar dulu kepada semut. Jika pendoanya tidak malas, mungkin dia harus belajar tidur atau duduk di dalam hadirat Tuhan. ^_^

S'BAB KAU BESAR
Kuberi kemuliaan dan hormat. Kuangkat suara pujian. Kuagungkan nama-Mu.
Chorus: S'bab Kau besar. Perbuatan-Mu ajaib. Tiada seperti Engkau. Tiada seperti Engkau.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.