Sunday, August 12, 2018

Banyak Jalan Ditutup

Semerbak Minyak Urapan (2) 
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 12 Agustus 2018


Ketika tiba di terminal, terdengar seorang bapak berkata: ‘jalannya ditutup’, ‘mau kemana?’, ‘kalau ke arah Sidoarjo, masih bisa’. Namun, aku hanya menganggukkan kepala kepadanya dan terus berjalan lurus hingga hampir ke batas awal penutupan jalan tersebut. Lalu aku bertanya kepada seorang bapak yang berdiri di dekat sebuah bemo: “Apa semua jalan ditutup?” Dia pun menanyakan tujuanku dan ketika kukatakan bahwa aku hendak ke ITC, dia segera menyatakan bahwa semua jalan ke sana telah ditutup. “Ada apa kok ditutup?”, tanyaku lagi dan dia hanya menunjuk sebuah truk pemadam kebakaran yang ada di depan polsek sehingga kupikir ada kebakaran. Namun, aku coba bertanya lagi: “Penutupannya sampai jam berapa?” Katanya sich sampai jam 12 jika aku mau menunggu. Huff… kelihatannya bukan kebakaran. Kalau kebakaran, jam penutupannya tak mungkin bisa diperkirakan oleh bapak ini.

Kemudian terdengar beberapa ibu berteriak: ‘jalan ditutup’, ‘ya harus balik lagi’, ‘kembali ke tempat semula’, ‘naik bemo yang tadi lagi’. Aduh, enaknya putar badan atau putar otak? Masa langsung balik pulang padahal sudah setengah perjalanan? Ya udah, pulang saja dech. Ntar live streaming saja daripada bolak-balik ke Surabaya. Lalu aku putar badan dan berbalik arah tetapi tiba-tiba terdengar beberapa bapak berteriak: ‘ojek, ojek’. Ojek? Kalau semua jalan ditutup, mengapa masih ada ojek yang menawarkan diri? Hmmm… mungkin masih ada jalan tetapi dimana ya jalannya. Sejauh mata memandang hanya kulihat jalanan tertutup dan banyak pengemudi mobil dan motor yang harus berbalik arah setelah diarahkan oleh beberapa polisi.

Okelah, meskipun aku tak tahu jalan mana yang terbuka, aku coba panggil ojek online saja. Kalau dia tidak menolak orderku, berarti dia tahu jalan menuju gereja. Tak lama berselang ada sopir yang menerima pesananku dan beberapa menit kemudian dia mengatakan bahwa dia hampir sampai tetapi harus mencari jalan lain karena ada jalan yang ditutup. Hehehe… jika dia tidak membatalkan order, tentulah dia akan menjemputku dan pasti bisa mengantarku hingga ke gereja. Dia pun berhasil menemukanku. Darinya aku pun mengetahui bahwa banyak jalan ditutup karena ada lari maraton. Dia pun balik bertanya: “Apa tadi malam tidak mendengarkan berita?” Tentu saja kujawab tidak. Andai kutahu pagi ini banyak jalan ditutup, mana mungkin aku pergi pagi-pagi begini.

Lalu dia mengantarku melewati jalan tikus karena dia mengatakan bahwa dia orang Surabaya dan dia hafal setiap jalan di Surabaya, termasuk jalan-jalan tikusnya. Karena aku tidak terlalu hafal jalan-jalan di Surabaya, ya udah aku percaya saja kepadanya. Aku yakin dia akan berusaha sebaik mungkin menyelesaikan tugasnya karena sebelum berhasil menjemputku dia telah berhasil melewati rintangan penutupan jalan. Eh, siapa sangka jalan tikus pun ditutup oleh warga karena ada senam pagi. Aduh, bagaimana ini? Tanyaku kepadanya: “Lewat mana sekarang?” Dia hanya mengatakan bahwa kami harus kembali ke jalan semula lalu dia balik bertanya: “Tadi bemonya kok bisa sampai ke terminal?” Aku pun memberitahunya bahwa aku dari arah Sidoarjo dan di sana tidak ditutup.

Maka, dia putar balik seakan-akan hendak ke Sidoarjo tetapi kemudian dia berbalik lagi dan tahu-tahu sudah tiba di dekat Sutos. Wow… ternyata tidak semua jalan ditutup. Sekalipun jalan utama ditutup, di sini masih ada jalan besar yang bisa dilewati mobil tetapi sopir bemo tadi tentu tidak akan melewati tempat ini karena mereka tidak boleh melanggar rute yang telah disepakati. Ah, seharusnya mereka bilang donk masih ada jalan jika naik taksi atau ojek. Kenapa tadi mereka malah bilang semua jalan sudah ditutup? Hmmm… untunglah di dalam Tuhan tidak ada jalan buntu.

Beberapa saat kemudian sopir ojek bertanya: “Ini mau lewat Semarang, Undaan, atau Tugu Pahlawan?” Jawabku: “Terserah, yang penting sampai di tujuan (dengan selamat tentunya).” Eh, tiba-tiba Roh Kudus berkata: “Ikut Tuhan ya seperti itu.” Oh! Iya… ya… Tuhan memegang kendali hidup kita. Ini berarti Tuhan yang menyetir kehidupan kita. Jika kita menjumpai banyak jalan ditutup, cukuplah kita memanggil Tuhan. Sekalipun kita tidak selalu mengenali semua jalan-jalan-Nya tetapi kita bisa yakin bahwa Dia pasti mengupayakan yang terbaik bagi kita. 
Filipi 1:6 Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.
Sekalipun iblis menutup banyak jalan dan Tuhan juga menutup jalan tikus atau jalan pintas, Dia masih menyediakan sebuah jalan yang terbuka lebar. Jika Tuhan yang menyetir kehidupan kita, terserah Dia donk mau membawa kita lewat jalan yang mana karena yang penting kita bisa sampai di tujuan dengan selamat.

Nah, akhirnya aku pun berhasil tiba dengan selamat di gereja. Meskipun sedikit terlambat karena sempat putar-putar di jalan tetapi aku tidak sampai melewatkan menu pembukanya, yaitu pujian dan penyembahan. ^_^ Jadi, sekalipun kadang kala dalam kehidupan harus balik dulu atau sedikit memutar atau mundur sejenak, toh akhirnya maju lagi dan pertolongan Tuhan tidak terlambat. Jadi, ya terserah Tuhan saja. Terserah Tuhan mau lurus, belok, mundur, putar balik, tancap gas puol (kecepatan penuh), melaju dengan kecepatan sedang, merayap, atau mengerem karena Dia penyetir kehidupan yang jauh lebih handal daripada sopir ojek itu dan Dia juga sangat memahami rambu-rambunya… hehehe… Oke dech, percaya aku… percaya… percayanya tuh di sini… di dalam hati… xixixixi…

PELUK AKU ~ GMS Live
Peluk aku, kasihi aku, biar kumerasakan dekapan kasih-Mu. Peluk aku, kasihi aku, sungguh kumerindu bersama-Mu Tuhan yang membuatku terpesona akan keajaiban hadirat-Mu.
Bukanlah jawaban yang kuperlu tapi jamahan yang ubahkanku. Bantu diriku 'tuk merasakan Kau s'lalu hadir di hidupku.
(Album: Kupercaya Mujizat 2 >> youtu.be/Kl9ipyS0xWk)

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.