Catatan Ibadah Kenaikan
Yesus ke-1 Kamis 10 Mei 2018
Ketika
mendengar cerita perihal seorang pria Kristen yang takut kematian seorang pria
non Kristen yang tidak takut mati pernah bercanda dengan temannya sesama pria
non Kristen: "Aku pernah pingsan dan
hampir meninggal. Saat itu aku seperti melihat cahaya putih tetapi rasanya
enak. Jadi buat apa takut meninggal? Setiap orang pasti meninggal. Ini hanya
soal waktu saja. Nunggu giliran. Kalau
meninggal tidak enak, pasti mereka yang meninggal balik lagi ke sini.
Kenyataannya mereka tidak mau balik lagi ke dunia ini. Berarti ya di sana enak
sehingga mereka betah." Hahaha... mereka pun tertawa bersama.
Beginilah
susahnya jadi orang Kristen, terutama dalam menghadapi orang-orang tua yang
telah banyak pengalaman sehingga telah memiliki pembenaran sendiri yang sulit
dipatahkan. Selain itu, standar kekristenan pun terbilang tinggi jika ditinjau
dari standar dunia sehingga dibutuhkan
keberanian tingkat tinggi pula untuk bisa menjadi Kristen sejati. Contoh
standarnya: kasihi dan berkati musuhmu, ampuni sesamamu berulang-ulang kali
hingga 7.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777.777,
lalu jadilah sempurna seperti Bapamu di sorga.
Standar tinggi tersebut
telah menyebabkan beberapa orang Kristen menurunkan standar kekristenan mereka
agar sesuai dengan standar dunia. Biasanya orang Kristen semacam ini akan berkata
kepada kita: "Jangan terlalu jujur,
jangan terlalu saklek, sedikit kompromi tak apa lha karena Tuhan pasti mengerti
bahwa kita membutuhkan pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup."
Jadi,
sebenarnya dari dulu (sebelum Kristen) aku sudah tahu jika menjadi Kristen itu
susah sehingga awalnya aku pun enggan menjadi Kristen. Hingga kini KTPku juga
belum Kristen sehingga belum ada yang bisa menyebutku Kristen KTP sekalipun
jalan kekristenanku masih jauh dari sempurna... hehehe...
Jika
bukan karena Yesus yang gigih mengejarku, sekitar 4 tahun lalu aku pasti masih
berhasil kabur dari dunia kekristenan yang sulit ini. Namun, di sinilah
hebatnya Yesus. Orang-orang Kristen yang seharusnya menjadi batu sandungan di
dalam hidupku justru dijadikan-Nya batu loncatan bagi pertumbuhan imanku. Aneh
bin ajaib.
AJAIB KAU YESUS ~ Welyar Kauntu
Ajaib Kau
Yesus, ajaib kasih-Mu, yang Kau nyatakan di sepanjang hidupku. Dari s'galanya
yang Kau janjikan t'lah Kau genapi bagiku.
Chorus: Banyaklah yang t'lah Kau buat dalam hidupku. Kumau bersyukur,
kumemuji-Mu. Dengan apa ku dapat membalas kasih-Mu, kusembah Kau Yesus
selamanya.
Oh,
kelihatannya kali ini aku pun kesulitan
kabur dari CG. Tempat CG pertama diadakan di sebuah rumah yang nomer
rumahnya tak terlihat jelas olehku sehingga kutelepon empunya rumah. Dia pun
keluar rumah untuk menyambutku sehingga dia mengetahui kedatanganku dengan ojek
online. Ternyata anggota CG yang hadir saat itu ada sekitar 20 orang padahal CG
pertama yang kuikuti hanya sekitar 5 orang. Jadi, aku diam saja dan
mendengarkan.
Ketika
sudah hampir waktunya pulang, saat doa penutup, selagi yang lain berdoa, kubuka ponselku untuk memanggil ojek online
tetapi nun jauh di luar seperti terdengar bunyi hujan. Pikirku: “Aduh, jangan hujan donk. Aku mau naik ojek
dan sedang tidak bawa jas hujan. Tapi, tak apalah hujan-hujan karena dekat
rumah kalau ada sopir yang mau mengambil pesananku.” Jadi, kupencet tombol booking (pesan) tetapi sopir tidak
ditemukan dan aplikasi memintaku mengulanginya lagi. Ini memang biasa terjadi
saat hujan turun karena biasanya kebanyakan sopir ojek enggan berhujan-hujan. Oh Tuhan, jangan seperti ini. Aku pun
mengulangi pencarian ojek online lagi.
Nah,
saat dalam tahap pencarian kedua, doa penutup sudah selesai dan ada seorang
anak kecil yang berlari hingga menumpahkan air minuman di depanku. Empunya
rumah (suami ketua CG) segera mengambil kain lap dan ketika mengelap tumpahan
air di atas tikar, tiba-tiba dia berkata kepadaku: “Tadi kamu ke sini naik ojek ya?
Nanti pulangnya saya antar saja.” Aku pun menanyakan tempat tinggalnya
karena tak enak rasanya kalau arah jauh berbeda tetapi dia tidak keberatan
karena arahnya hanya berbeda sedikit saja. Maka, aku pun menerima tawarannya
dan segera membatalkan pencarian ojek online. Anehnya, setelah itu suara hujan tak terdengar lagi. Sebenarnya tadi
hujan apa tidak sich?
Ketika
dalam perjalanan pulang, aku pun ditanya ketua CG: ‘Kenapa aku masuk Kristen padahal orang tuaku bukan Kristen?’Aku pun
hanya menjawab: “ceritanya panjang.”
Dia segera menjawab: “Kalau gitu, Selasa
depan kesaksian ya.” Astaga, inikah
sebabnya aku kesulitan menemukan sopir ojek online? Karena sudah diantar
pulang oleh dia dan suaminya, mau tak mau aku pun menyetujui ajakannya untuk CG
lagi Selasa depan. Tapi Tuhan, apa ini tidak terlalu cepat? Di sana ada 20an
orang lho dan katanya tadi itu belum semuanya hadir padahal biasanya aku hanya
bersaksi kepada satu atau dua orang tersendiri atau lewat tulisan saja. Bagaimana
ini?
Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. (2 Timotius 4:2)
Aku tidak bisa kabur lagi nich
karena aku pun pantang menarik ucapanku. Dulu aku telah beberapa kali mendaftar CG acapkali
merasa risih direcoki khotbah beberapa pendeta tentang pentingnya CG. Namun, setelah
daftar CG aku tak pernah ditelepon hingga berbulan-bulan lamanya sehingga aku
merasa tenang. Eh, kenapa malah ditelepon ketua CG setelah kubaca kesaksian pak
Niko? Andaikan aku tidak terbawa perasaan saat membaca kesaksian pak Niko hingga
berucap akan mengikuti dia yang mengajakku seperti respon pak Niko, mungkin aku
tidak ikut CG. Kenapa pula yang menelepon malah ketua CG dan bukan yang lain?
Oh,
kenapa aku menemukan kesaksian pak Niko yang seperti itu? Kenapa bukan
kesaksian lainnya? Jika seperti ini, kelihatannya aku harus bersaksi nich di CG
itu bahwa awalnya aku enggan menjadi Kristen tetapi Tuhan Yesus terus
mengejarku hingga akhirnya aku terperangkap oleh jaring-jaring kasih yang
dipasang oleh Yesus. Hehehe... untung belum ada yang menanyakan nama lengkapku
dan blog ini juga masih tersembunyi dari mereka. Psssssssst...
0 komentar:
Post a Comment