Catatan Ibadah ke-1 Minggu
06 Mei 2018
Eh,
beberapa jam kemudian teleponku berdering. Karena melihat nomer tak dikenal,
seperti biasa aku bertanya kepada hatiku: "diangkat
atau tidak ya?" Seketika itu juga aku seperti mendengar suara: "Angkat. Cepat angkat." Ketika
kuangkat dan penelepon memperkenalkan diri, aku langsung teringat akan kitab
Ester. Lalu dia mengajakku ikut CGnya yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Karena teringat akan perkataan batinku saat
membaca kisah pak Niko, aku pun takjub dengan keajaiban ini hingga lupa
bertanya: ‘darimana dia tahu nomerku dan
kenapa dia mengatakan bahwa CGnya seusia denganku?’ Wah, sepertinya dia
tahu aku tetapi aku belum tahu dia. Selasa nanti saja lha aku tanyakan.
Namun,
dia bukan hanya mengajakku ikut CG yang diadakan tiap hari Selasa, dia juga
mengajakku ke panti asuhan bersama CGnya pada Sabtu kemarin. Aduh, aku langsung teringat akan semua
kelelahanku dalam menjaga kedua balita yang dititipkan di rumahku dari
Senin-Jumat. Maka, kukatakan padanya bahwa aku ikut CGnya mulai Selasa
depan saja. Hehehe... maklumlah Sabtu dan Minggu aku ingin ke tempat yang
tenang, seperti mengunjungi emak dan saudara-saudara mama. ^_^ Selain itu, CGnya
juga tak mungkin ke panti asuhan tiap Sabtu. Hahaha... ini namanya sedikit
mengulur waktu untuk menyiapkan hati.
Lantas
aku teringat masa kecilku di asrama sehingga aku menyadari bahwa panti asuhan
pun belum tentu dihuni oleh anak-anak balita saja. Di sana pasti juga ada
anak-anak remaja. Namun, selama di asrama aku juga nyaris tidak pernah
melibatkan diriku dalam mengurusi anak-anak balita yang mudah rewel dan suka
berulah. Biasanya aku hanya membantu masalah teman sebaya atau kakak-kakak
asrama.
Jadi,
aku benar-benar yakin bahwa masalah balita merupakan masalah asing bagiku. Bener-bener capek lho ngurusin balita.
Capek ati, capek tenaga, dan capek pikiran pula karena mereka mudah bosan dengan
berbagai macam mainan dan tetap suka berbuat seenaknya sekalipun sudah
dinasehati ratusan kali. Aku ya capek kalau harus mengajak mereka bermain terus
menerus tetapi begitulah anak-anak. Maunya maiiiinn melulu. Jadi, aku tetap
berdoa agar Tuhan memberikan jalan keluar lain: "BAPA, aku capek. Bukan
hanya kedua balita itu yang masih ingin digendong. Aku juga masih mau lho
digendong oleh-MU. Aku ingin kembali ke masa anak-anak lagi."
Tak
lama berselang aku bermimpi lagi. Kali ini aku mendengar suara anak perempuan
yang berkata: "Ini adalah permainan. Ini adalah permainan." Aku pun
memikirkan hal ini selama sekian waktu lamanya hingga aku pun menyadari bahwa hidup ini adalah permainan waktu. Aku
merasa sedang diajak menjelajah waktu. Dengan menggunakan mesin waktu, aku pun
kembali ke masa 31 tahun silam. Di sana kulihat dua balita nakal, yang tak lain
dan tak bukan adalah diriku sendiri dan memeku semasa balita.
Hehehe...
ternyata kedua balita yang ditempatkan oleh Tuhan di rumahku bukanlah pengalaman
asing bagiku. Ternyata mereka adalah pribadiku dan memeku 31 tahun silam. Dulu
kami juga nakal seperti kebanyakan balita lainnya karena kami ingin mencoba
berbagai hal dan saat itu kami juga tak bosan-bosannya bermain. Hahaha... dulu
kami yang membuat stres orang dewasa tetapi sekarang giliranku dibuat stres
oleh kepribadian masa balitaku itu. Ouch, apakah ini hukum karma? TIDAK. Aku anggap
ini sebagai sebuah momen penjelajahan waktu. Wkwwkw... ternyata begini ya rasanya menggunakan mesin waktu. ^_^
Jika
suster dan guru asrama berhasil menjinakkanku dalam nama Yesus, seharusnya aku
pun bisa menggunakan cara-cara mereka untuk mengendalikan keusilan kedua balita
itu. Oh Tuhan, sepertinya aku tidak membutuhkan urapan kuasa. Aku ini hanya
membutuhkan urapan kasih yang tak bisa binasa, yang dalamnya sejauh langit dari
bumi. ^_^ Jika tidak memiliki kasih sebesar itu, tampaknya aku bisa capek
mencangkul... wkwwk...
JANGAN LELAH
Jangan lelah
bekerja di ladang-Nya Tuhan. Roh Kudus yang b’ri kekuatan, Yang mengajar dan
menopang. Tiada lelah bekerja bersama-Mu Tuhan yang selalu mencukupkan akan
segalanya.
Reff : Ratakan tanah bergelombang, timbunlah tanah yang berlubang, menjadi
siap dibangun di atas dasar iman.
0 komentar:
Post a Comment