Di
Pasar Ribut seorang pedagang berteriak-teriak menjajakan sayurannya. Lalu
datang seorang bocah laki-laki yang merupakan keponakannya. Bocah ini pun duduk
di samping pamannya sambil menyaksikan dia berjualan. Tak lama berselang
seorang gadis pun mampir ke tempatnya untuk membeli bawang merah.
Gadis : "Bawang
merah sekilo berapa?"
Pedagang
: "Brambang tiga puluh ribu."
Gadis : "Bawang
merah pak, bukan brambang."
Pedagang
: "Wah, masih amatir nih. Brambang
sama dengan bawang merah."
Gadis : "Dikasih tulisan satu per satu donk pak dan ditulis juga brambang
= bawang merah biar saya tahu."
Pedagang
: "Kalau dikasih tulisan satu per
satu, ya supermarket. Kalau di pasar tradisional, ya seperti ini."
Tak
lama berselang cecenya datang.
Cece : "Kamu
ini cece cari-cari. Ternyata di sini."
Gadis : "Habisnya cece nawar ayam kelamaan. Ntar ayamnya keburu bangkit
jadi aku tinggal ke sini."
Selanjutnya,
karena gadis itu akan segera menikah, cecenya mau mengajari dia cara menawar
sayur mayur di pasar.
Gadis : "Ngapain
sich ce belanja di pasar seperti ini? Lebih enak belanja di supermarket."
Cece : "Kalau
belanja di pasar bisa dapat harga lebih murah daripada di supermarket."
Gadis : "Saya
ini tidak bisa menawar ce. Mau belanja di pasar ataupun di supermarket, saya
juga tetap mendapatkan harga sama."
Cece : "Karena
itu, sekarang cece mau mengajari kamu cara menawar agar bisa hemat karena hemat
pangkal kaya dan semakin disayang suami."
Lantas
cecenya mulai menawar gila-gilaan. Ada yang Rp17.000 ditawar Rp7000, ada ikan
Rp25.000 ditawar Rp24.000, dan seterusnya dengan beragam alasan, seperti
sayurmu ini layu, tempat jualanmu di pojokan, ikannya kecil-kecil dan tinggal
nyerok saja, atau bawangnya kecil-kecil. Selain itu, dia minta gratisan buncis
pula ketika harga ikan tidak diturunkan oleh penjual.
Pokoknya
bikin malu dech kalau menemani orang semacam ini berbelanja. Lalu semua
belanjaan pun ditotal dan diberi catatan. Totalnya Rp110.000 tetapi cece itu
hanya mau membayar Rp105.000 karena ternyata buncis ikut dicantumkan Rp5000
padahal dia maunya buncis gratis. Karena pedagang tetap tidak mau memberikan
buncisnya secara gratis, cece itu pun mengajak adiknya pergi ke tempat lain
padahal barang belanjaannya sudah dibungkus.
Keponakan: "Ibu tadi tidak jadi
beli?"
Pedagang : "Ya,
tidak jadi."
Keponakan: "Padahal dia sudah
menawar seperti itu."
Pedagang : "Itulah
ujian iman yang harus paman lalui setiap hari."
Keponakan: "Kalau seperti ini,
kapan kita bisa kaya?"
Pedagang : "Jangan
hanya ingin kaya. Uang adalah berkat Tuhan yang paling murah."
Keponakan: "Tapi kalau kaya,
kita bisa membeli apapun."
Pedagang : "Kekayaan
tidak bisa membeli semua hal. Kesehatan tidak bisa dibeli. Orang kaya biasanya
banyak makan daging babi sehingga tidak sehat sedangkan paman bisa makan wortel
dan buncis setiap hari sehingga sehat dan segar."
Beberapa
saat kemudian keponakannya melihat ada dompet merah tertinggal di sekitar sayur
mayur. Pedagang sayur yakin bahwa dompet tersebut milik wanita yang tadi telah
menawar habis-habisan. Keponakannya pun membuka dompet tersebut dan mengambil
kartu jemaat yang sama persis dengan milik pamannya. Ternyata mereka masih satu
gereja. Keponakannya pun terheran-heran dengan kelakuan wanita tadi. "Itu sebabnya minggu lalu pak Philip
membahas tentang etika dan etiket orang Kristen," kata pamannya.
Kemudian
cece tadi mulai menyadari dompetnya yang hilang. Karena kemungkinan besar
tertinggal di tempat pedagang sayur tadi, dia segera mengajak adiknya kembali
ke sana tetapi adiknya tidak mau.
Gadis : "Cece kembali saja sendiri. Saya malu balik ke sana. Tadi sudah
menawar seperti itu dan tidak jadi membeli tetapi sekarang malah mau ambil
dompet."
Cece : "Uang di dompet cece ada banyak. Kalau tidak diambil, ya
sayang."
Gadis : "Muka cece ini tebalnya seperti tembok yang didempul tujuh kali.
Kalau di gereja selalu pelayanan dengan baik tetapi kalau menawar sayur kok
seperti trip to hell. Kembali saja sendiri."
Maka,
cece itu pun kembali sendirian ke pedagang sayur tadi.
Cece : "Apa
ada dompet tertinggal di sini?"
Pedagang
: "Iya, ini. Apa sekarang sayurannya
jadi dibeli?"
Cece : "Nggak, sayurmu mahal. Saya sudah beli di tempat lain."
Pedagang:
"Bagaimana bisa membeli jika
dompetnya masih di sini? Ini sayurnya saya kasih Rp108.000 saja. Uang ibu kan
masih dua juta rupiah."
Namun,
cece tetap tidak mau membeli sayurnya dan dia segera pergi meninggalkan
pedagang sambil membawa dompetnya. Keponakan pedagang pun berteriak kepada cece
itu: "Sampai
jumpa di GMS." Cece terkejut dan adiknya segera menimpali: "Kapokmu
kapan?"
0 komentar:
Post a Comment