Thursday, May 10, 2018

Drama: Kapokmu Kapan?!!

Catatan Ibadah Kenaikan Yesus ke-1 Kamis 10 Mei 2018

Di Pasar Ribut seorang pedagang berteriak-teriak menjajakan sayurannya. Lalu datang seorang bocah laki-laki yang merupakan keponakannya. Bocah ini pun duduk di samping pamannya sambil menyaksikan dia berjualan. Tak lama berselang seorang gadis pun mampir ke tempatnya untuk membeli bawang merah.
Gadis          : "Bawang merah sekilo berapa?"
Pedagang : "Brambang tiga puluh ribu."
Gadis          : "Bawang merah pak, bukan brambang."
Pedagang : "Wah, masih amatir nih. Brambang sama dengan bawang merah."
Gadis         : "Dikasih tulisan satu per satu donk pak dan ditulis juga brambang = bawang merah biar saya tahu."
Pedagang : "Kalau dikasih tulisan satu per satu, ya supermarket. Kalau di pasar tradisional, ya seperti ini."

Tak lama berselang cecenya datang.
Cece          : "Kamu ini cece cari-cari. Ternyata di sini."
Gadis        : "Habisnya cece nawar ayam kelamaan. Ntar ayamnya keburu bangkit jadi aku tinggal ke sini."

Selanjutnya, karena gadis itu akan segera menikah, cecenya mau mengajari dia cara menawar sayur mayur di pasar.
Gadis        : "Ngapain sich ce belanja di pasar seperti ini? Lebih enak belanja di supermarket."
Cece         : "Kalau belanja di pasar bisa dapat harga lebih murah daripada di supermarket."
Gadis        : "Saya ini tidak bisa menawar ce. Mau belanja di pasar ataupun di supermarket, saya juga tetap mendapatkan harga sama."
Cece         : "Karena itu, sekarang cece mau mengajari kamu cara menawar agar bisa hemat karena hemat pangkal kaya dan semakin disayang suami."

Jangan menawar pedagang kecil
Lantas cecenya mulai menawar gila-gilaan. Ada yang Rp17.000 ditawar Rp7000, ada ikan Rp25.000 ditawar Rp24.000, dan seterusnya dengan beragam alasan, seperti sayurmu ini layu, tempat jualanmu di pojokan, ikannya kecil-kecil dan tinggal nyerok saja, atau bawangnya kecil-kecil. Selain itu, dia minta gratisan buncis pula ketika harga ikan tidak diturunkan oleh penjual.

Pokoknya bikin malu dech kalau menemani orang semacam ini berbelanja. Lalu semua belanjaan pun ditotal dan diberi catatan. Totalnya Rp110.000 tetapi cece itu hanya mau membayar Rp105.000 karena ternyata buncis ikut dicantumkan Rp5000 padahal dia maunya buncis gratis. Karena pedagang tetap tidak mau memberikan buncisnya secara gratis, cece itu pun mengajak adiknya pergi ke tempat lain padahal barang belanjaannya sudah dibungkus.
Keponakan: "Ibu tadi tidak jadi beli?"
Pedagang   : "Ya, tidak jadi."
Keponakan: "Padahal dia sudah menawar seperti itu."
Pedagang   : "Itulah ujian iman yang harus paman lalui setiap hari."
Keponakan: "Kalau seperti ini, kapan kita bisa kaya?"
Pedagang    : "Jangan hanya ingin kaya. Uang adalah berkat Tuhan yang paling murah."
Keponakan: "Tapi kalau kaya, kita bisa membeli apapun."
Pedagang   : "Kekayaan tidak bisa membeli semua hal. Kesehatan tidak bisa dibeli. Orang kaya biasanya banyak makan daging babi sehingga tidak sehat sedangkan paman bisa makan wortel dan buncis setiap hari sehingga sehat dan segar."

Beberapa saat kemudian keponakannya melihat ada dompet merah tertinggal di sekitar sayur mayur. Pedagang sayur yakin bahwa dompet tersebut milik wanita yang tadi telah menawar habis-habisan. Keponakannya pun membuka dompet tersebut dan mengambil kartu jemaat yang sama persis dengan milik pamannya. Ternyata mereka masih satu gereja. Keponakannya pun terheran-heran dengan kelakuan wanita tadi. "Itu sebabnya minggu lalu pak Philip membahas tentang etika dan etiket orang Kristen," kata pamannya.

Kemudian cece tadi mulai menyadari dompetnya yang hilang. Karena kemungkinan besar tertinggal di tempat pedagang sayur tadi, dia segera mengajak adiknya kembali ke sana tetapi adiknya tidak mau.
Jangan menawar berlebihan
Gadis     : "Cece kembali saja sendiri. Saya malu balik ke sana. Tadi sudah menawar seperti itu dan tidak jadi membeli tetapi sekarang malah mau ambil dompet."
Cece      : "Uang di dompet cece ada banyak. Kalau tidak diambil, ya sayang."
Gadis     : "Muka cece ini tebalnya seperti tembok yang didempul tujuh kali. Kalau di gereja selalu pelayanan dengan baik tetapi kalau menawar sayur kok seperti trip to hell. Kembali saja sendiri."
Maka, cece itu pun kembali sendirian ke pedagang sayur tadi.
Cece          : "Apa ada dompet tertinggal di sini?"
Pedagang : "Iya, ini. Apa sekarang sayurannya jadi dibeli?"
Cece          : "Nggak, sayurmu mahal. Saya sudah beli di tempat lain."
Pedagang: "Bagaimana bisa membeli jika dompetnya masih di sini? Ini sayurnya saya kasih Rp108.000 saja. Uang ibu kan masih dua juta rupiah."

Namun, cece tetap tidak mau membeli sayurnya dan dia segera pergi meninggalkan pedagang sambil membawa dompetnya. Keponakan pedagang pun berteriak kepada cece itu: "Sampai jumpa di GMS." Cece terkejut dan adiknya segera menimpali: "Kapokmu kapan?"

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.