Sunday, April 15, 2018

Suasana Keluarga Yang Baik ~ Ps. Jeffrey Rachmat (JPCC)

Suasana Keluarga
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 15 April 2018

Cara Memperoleh Suasana Baik dalam Keluarga, yaitu:

1. Membangun Keintiman atau Kerukunan. Kita tidak perlu mengejar berkat. Jika ada kerukunan, niscaya berkat akan datang dengan sendirinya seperti tertulis pada Mazmur 133: dimana ada kerukunan, ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat. Bila ada kerukunan, ide-ide baru akan bermunculan. Jika tak ada kerukunan, kita harus bekerja dengan susah payah. Maka, pada saat pak Jeffrey bertengkar dengan isterinya, dia berpikir: "apa untungnya menang-menangan dari isterinya?" Jika pak Jeffrey yang menang, dia akan didiamkan oleh isterinya selama beberapa waktu lamanya sehingga di tengah keramaian pun dia akan merasa sepi. Namun, jika kita menjaga kerukunan, pasti ada berkat Tuhan.

2. Mengembangkan Kemurahan Hati. Kita tidak boleh pelit kepada anggota keluarga. Kita harus saling memberi perhatian, saling memaafkan, dan saling mendukung. Di tengah kesibukannya pak Jeffrey menyempatkan diri mengirim pesan kepada isteri dan anak-anaknya sebagai pernyataan bahwa mereka masih ada dalam pikirannya. Biasanya dia mengatakan I love you atau I miss you. Apalagi saat ini banyak emotikon sehingga semakin memudahkan penyampaian pesan.

3. Menjaga Keterbukaan. Ceritakan pergumulan yang dihadapi dan bersama-sama menyelesaikannya.
Efesus 2:18-20 karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Arti keluarga
Jika suasana keluarga kita tidak seperti ketiga kriteria tersebut, kita bisa memperolehnya di rumah Tuhan. Kita bisa menemukan keluarga baru kita di tempat yang tepat dengan bergabung di dalam sebuah CG. Mungkin kita tidak langsung cocok dengan suatu CG dan harus mencari-cari CG lain yang mau menerima kita apa adanya sebagai sebuah keluarga. Di sinilah kita bisa mendapatkan suasana keluarga. Namun, ini tidak berarti bebas dari gesekan. Gesekan akan selalu terjadi ketika dua benda saling berdekatan. Begitu pula hubungan kita dengan sesama.

Di dalam komunitas yang tepat kita akan bergerak leluasa seperti ikan. Jika ikan berada di darat, mereka tidak akan merasa nyaman. Sebaliknya, seekor ikan yang berada di dalam air akan bergerak dengan leluasa, belajar, bermain, dan sebagainya. Jika seorang anak tidak berprestasi, jangan buru-buru menyalahkan anak tersebut. Coba perhatikan dulu suasana keluarganya. Jika setiap hari anak mendengar keributan orang tuanya, bagaimana dia bisa belajar dengan baik?

HIDUP dalam KASIH - GMS (Album: Indonesia di Hatiku)
Hidup dalam kasih, dalam harmoni, Itulah cara kami menyembah-Mu. Kami angkat tangan dalam satu hati. Kami menyembah-Mu tinggikan nama-Mu.
Reff : S'bab Engkaulah Tuhan kami. Kami ini milik-Mu. Tenggelamkan kami semua Dalam kasih yang abadi.

LIVING in HARMONY - GMS
Living in harmony, love and unity, That's the way we worship You our God. And now we lift up Our hands in one accord. We want to worship You And lift Your Name on high.
Chorus: Just because You are our God. To You Jesus we belong. So sink us all in love In Your love, Eternal love.

Jangan Membuat Perbandingan.

Agar suasana keluarga baik, kita juga harus menghindari perbandingan karena setiap orang diciptakan unik. Isteri, jangan membandingkan suamimu dengan suami orang lain! Orang tua, jangan membandingkan anakmu dengan anak lain atau membandingkan antar anakmu!

Jika melihat media sosial (medsos), mungkin ada pula yang membandingkan dirinya dengan orang lain. Ketika melihat teman-teman medsosnya posting perjalanannya ke beberapa tempat di luar negeri, mungkin timbul pertanyaan: "kapan giliran saya ke Jakarta?" (Lho, Jakarta ya masih di dalam negeri ^_^ dan kiranya Indonesia tak sesuai novel Ghost Fleet, red.) Oleh karena itu, jika tidak tahan melihat yang seperti ini, tutup saja medsosnya.

Hubungan Saul dan Daud menjadi rusak karena ada ibu-ibu yang membandingkan mereka.
1 Samuel 18:7 dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa."
Mungkin kedengarannya lucu karena ini fakta tetapi karena perbandingan tersebut, Saul berubah menjadi pembunuh. Ketika membaca cerita ini, pak Jeffrey merasa kesal karena ketika masalah Saul dan Daud menjadi semakin besar, ibu-ibu ini tidak disebutkan lagi padahal merekalah yang menjadi biang keladinya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.