Catatan Ibadah ke-1 Minggu
15 April 2018
1 Samuel 18:7 dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa."
Kemungkinan
besar ibu-ibu ini hanya membagikan pengalaman mereka. Sebagaimana mereka dibandingkan, beginilah mereka bisa membuat perbandingan. Namun, seharusnya
perbandingan ini tidak akan bisa melukai hati Saul jika dia masih memiliki
kepercayaan diri. Kemungkinan besar Saul tak lagi memiliki kepercayaan diri
karena dia telah ditolak oleh Tuhan. (1 Samuel 13 dan 15)
Seandainya
Saul masih yakin kepada jati dirinya sebagai raja pilihan Tuhan, mungkin dia
justru merasa senang bisa memiliki pegawai sehebat Daud. Sebagai raja
seharusnya dia tidak hanya menangani masalah pertahanan keamanan, tetapi dia
pasti menangani masalah ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Nah, jika ada
Daud yang bisa diandalkan untuk membantunya dalam hal keamanan, bukankah ini
bisa meringankan tugasnya? Sebagai rajanya, seharusnya dia turut bangga donk. Kemenangan prajurit juga menjadi kemenangan raja.
Daripada
menganggap Daud sebagai musuh atau saingan, kenapa Saul tidak menganggapnya
sebagai pendukung kerajaan? Kelihatannya
Saul tidak lagi percaya diri. Karena kegagalan-kegagalannya dalam mentaati
perintah Tuhan, dia pun meletakkan kepercayaannya pada hal-hal lahiriah, yaitu
prestasi dan pujian ibu-ibu.
Agar
kita kebal terhadap perbandingan, kita harus percaya penuh kepada Tuhan.
Mungkin kita tidak mengerti mengapa ada orang yang terlihat lebih beruntung
atau lebih malang daripada kita. Namun, kita harus yakin bahwa semuanya berasal
dari Tuhan yang Maha Adil. Adil bukan berarti mendapatkan segala sesuatu sama
besarnya dengan orang lain. Adil berarti mendapatkan segala sesuatu sesuai
dengan porsinya atau daya tampungnya.
Yohanes 3:27 Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga.
Yakobus 1:17 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.
Status
kita sebagai ciptaan Tuhan tidaklah berubah sekalipun situasi kita berubah.
Berprestasi atau gagal berprestasi, kita tetap ciptaan Tuhan yang mulia. Ketika
SD, seseorang membandingkanku dengan teman lain. Katanya: "Kamu kok kalah darinya? Rankingmu kok dikalahkan olehnya?"
Aku hanya menjawab singkat: "Tak
masalah. Mungkin tahun ini dia telah belajar lebih keras daripada tahun-tahun
sebelumnya."
Hehehe...
sebenarnya sich perkataan tersebut tidak mempengaruhiku karena ukuran
kesuksesanku terbilang sederhana saja. Aturannya: aku sukses jika aku telah
berusaha sebaik mungkin. Maka, hasil akhirnya tak terlalu penting dan kalah
menang tak jadi masalah lagi. Bisa lulus saja sudah senang kok dan selebihnya
adalah bonus. ^_^
Lalu
suatu hari ada pula teman yang membandingkan penampilanku dengan meme sulung.
Katanya kepada teman lain: "Adiknya
ini lebih modis daripada dia." Hehehe.. aku sich santai saja. Jawabku:
"Selera kami memang beda. Aku lebih
nyaman seperti ini." Kemudian ada yang berkata: "Kamu ini lebih muda dariku tetapi kok sudah beruban padahal
rambutku masih hitam?" Kujawab aja sekenanya: "Iya, mungkin karena aku suka gonta-ganti sampo."
Hehehe... masa petualang dibandingkan dengan pesolek? Beda jalur lha. ^_^
Amsal 16:31 Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran.
Kemudian
ada ibu-ibu yang mengatakan bahwa aku tampak lebih muda daripada meme bungsu.
Wah, kalau yang seperti ini, aku baru agak khawatir. Jangan sampai dia kesal
terhadapku karena perkataan ibu-ibu itu. Untunglah dia telah lahir baru dan
sering berada di hadirat Tuhan sehingga dia masih bisa tersenyum sekalipun
berkata: "ini nyebelin."
Lantas, kutimpali perkataannya sambil bercanda: "Makanya banyakin senyum. Kalau tidak ada yang bisa diajak senyum,
senyum-senyum aja sendiri... hahaha..." Setidaknya Tuhan pasti
melihat.
Jadi,
dipuji ataupun dihina, kita ini tetap ciptaan Tuhan yang mulia. Jika ada yang
menghina kekurangan kita, sebenarnya orang itu sedang menghina Pencipta kita.
Jadi, urusannya ya sama Sang Pencipta.
2 Raja-raja 2:23-24 Elisa pergi dari sana ke Betel. Dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu mencemoohkan dia serta berseru kepadanya: "Naiklah botak, naiklah botak!" Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat mereka, dikutuknyalah mereka demi nama TUHAN. Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak.
Seharusnya
memang benar bahwa anak-anak belum bisa berpikir dewasa, tetapi kenapa mereka
segera dihukum atas penghinaan yang mereka lontarkan? Mungkinkah anak-anak
dalam cerita tersebut sudah dewasa? Pastinya menghina ciptaan Tuhan sama saja
dengan menghina Tuhan.
Sebenarnya
Saul dan Daud sama-sama pernah gagal dalam mentaati perintah Tuhan tetapi
respon mereka berbeda dalam menanggapi teguran Tuhan. Saul cenderung memberikan
sejumlah alasan untuk membenarkan dirinya sehingga dia ditolak menjadi raja dan
keturunannya pun tak beroleh kesempatan. Sebaliknya, Daud segera mengakui
kesalahannya dan bertobat. Oleh karena itu, keturunan Daud masih dikenan oleh
Tuhan untuk menjadi raja selanjutnya.
TURUNKAN KEMULIAAN-MU
Kumau datang
kepada-Mu bukan untuk mencari tangan-Mu. Namun mencari hati-Mu dan kerinduan-Mu
Tuhan bagi hidupku.
Kunaikkan
kepada-Mu tak semata korban bakaranku. Namun membawa hatiku dan kesediaanku
Tuhan, pakailah hidupku.
Turunkan
kemuliaan-Mu Tuhan atas diriku, atas diriku. Nyatakan kemuliaan-Mu melaluiku,
melaluiku, melalui diriku.
0 komentar:
Post a Comment