Seseorang
bertanya kepada pak Jeffrey: "Apa
tidak ada seminar untuk mertua?" Di koran Kompas beberapa profesor pun
mengatakan bahwa saat ini banyak orang
siap menikah tetapi tidak siap membangun keluarga. Mereka tidak punya komitmen
dalam berumah tangga dan di dalam keluarga rentan timbul perselisihan atau
pertengkaran. Padahal, keluarga yang bahagia merupakan pondasi kemajuan sebuah
bangsa. Banyak masalah bangsa atau kejahatan yang bersumber dari keluarga.
Sayangnya,
tidak ada sekolah untuk membangun keluarga. Ketika kita menghadiri sebuah pesta
pernikahan yang hebat, ini tidak menjamin kehebatan pernikahan mereka. Bahkan,
ada pasangan yang bercerai pada hari pernikahannya. Mereka tetap mengadakan
pesta dan menyambut para tamu tetapi mereka mengetahui bahwa setelah pesta
tersebut mereka akan pulang ke rumah masing-masing.
Oleh
karena itu, penting sekali bagi kita untuk membaca buku dan menambah
pengetahuan dari berbagai sumber tentang cara membangun keluarga. Ketika
menikah, seorang pria akan meninggalkan orang tuanya untuk bersatu dengan
isterinya. Sebagai orang tua, harus belajar melepaskan dan membiarkan anak
belajar mandiri tanpa terlalu bergantung pada orang tua lagi.
Lalu
sebelum menikah setiap orang harus saling mempelajari pasangannya kemudian
harus mempelajari mertuanya. Jika tidak mengenal pasangan dengan baik, setelah
menikah dijamin pasti akan terkejut. Pasangan yang ingin mempunyai anak juga
harus belajar agar siap menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya.
Amsal 24:3-4 Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.
Jangan
sekedar meminta anak kepada Tuhan tetapi orang tua juga harus mendidik
anak-anaknya sesuai firman Tuhan semenjak masa mudanya. Jika anak
merengek-rengek minta sesuatu, orang tua tidak sepatutnya marah karena pikiran
anak-anak memang belum berkembang. Anak-anak belum bisa berpikir seperti orang
dewasa. Orang tua seharusnya mengarahkan anak-anak.
Ketika
kita meninggal, kita hanya meninggalkan nama. Oleh karena itu, pastikan orang
tua mewariskan nama baik kepada anak-anak. Keberhasilan atau kesuksesan
seseorang dalam bisnis atau pekerjaan seringkali ditentukan oleh keluarganya.
Sebelum kita memperoleh jabatan atau kedudukan, hal pertama yang ditanyakan
kepada kita adalah nama kita dan kemudian nama keluarga kita. Jangan sampai
seorang anak mengganti namanya agar tidak lagi mencantumkan nama keluarganya.
Amsal 22:1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.
Kebutuhan Dasar Manusia,
yaitu:
1.
Dikasihi. Sesibuk apapun kita,
sempatkan diri untuk memberikan perhatian kepada keluarga. Jika seorang anak
merasa kurang dikasihi, mereka akan mencarinya di tempat lain, seperti pacaran
usia dini.
2.
Dihargai. Berikan pujian yang tulus.
Jika seorang anak berhasil meraih nilai 8 padahal sebelumnya hanya nilai 7,
pujilah dia dan bukannya bertanya: "mengapa
tidak 10?" Jika anak berani, dia akan balik bertanya: "bagaimana nilai raport ayah?"
3.
Dipercaya. Berikan kepercayaan agar
anak juga belajar bertanggung jawab.
4.
Identitas Diri yang Jelas. Masalah
identitas diri bukan hanya masalah anak-anak, orang dewasa pun masih ada yang
mencari-cari jati dirinya. Oleh karena itu, ketika lahir baru, terlebih dahulu
Tuhan akan memulihkan jati diri kita yang rusak karena dosa.
Jika
keempat kebutuhan tersebut terpenuhi dengan baik, terciptalah suasana keluarga
yang baik pula. Ciri-cirinya: anggota keluarga betah di rumah sehingga enggan
bepergian. Jika suasana keluarga tak nyaman, mungkin saja suami enggan pulang
ke rumah. Sekalipun bos sudah mengizinkan dia pulang, bisa jadi dia masih happy hour bersama teman-temannya dengan
alasan malas pulang karena isterinya cerewet.
Biasanya
happy hour berlangsung 2 jam sehingga
dia hanya bahagia selama 2 jam dan ini pun harus bayar. Jika sering berada di
luar rumah, tentulah banyak pengeluaran, seperti pengeluaran untuk nongkrong di
kafe. Selanjutnya, akan berseru-seru meminta tambahan pemasukan dari Tuhan.
Padahal, masalah utamanya adalah suasana keluarga. Jika suasana keluarga
nyaman, kita bisa hemat karena kita akan jarang ke luar rumah.
0 komentar:
Post a Comment