Sunday, April 29, 2018

Bisa Dibeli? Eits, Belum Tahu Mereka

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 29 April 2018

Seorang teman bercerita bahwa mantan bosnya sombong karena beranggapan bahwa karyawan bisa dibeli sehingga bisa diperlakukan dengan seenaknya. Bahkan, ada satpam yang mengisahkan adanya mantan karyawan yang sampai stres berat karena perlakuan bosnya hingga harus dirawat di rumah sakit jiwa. Tiap kali mau diantar kerja oleh suaminya, karyawan itu pun menjerit-jerit ketakutan hingga berpegangan pada pintu gerbang perusahaan agar tidak dipaksa masuk ke dalamnya.

Jangan Sombong
Astaga, benar-benar tak kukira ada bos-bos zaman modern yang meninggalkan pikirannya di zaman doloe. Kok bisa sich sampai segitunya kepada karyawan? Sekalipun jumlah lulusan sekolah atau universitas jauh lebih banyak daripada jumlah kebutuhan pekerja di dalam perusahaan, ini bukan alasan untuk menindas karyawan ya. Aku yakin suatu saat nanti mereka pasti disentil oleh Tuhan sehingga harus mengakui kebesaran Tuhan seperti raja Nebukadnezar. Masa keadilan Tuhan pasti tiba karena masa kemurahan Tuhan tak akan berlangsung selamanya.
Daniel 5:20 Tetapi ketika ia menjadi tinggi hati dan keras kepala, sehingga berlaku terlalu angkuh, maka ia dijatuhkan dari takhta kerajaannya dan kemuliaannya diambil dari padanya.
Di tempat lain seorang manajer juga bercerita perihal anak bosnya yang sombong. Dia tidak disukai karena dia terlalu vokal. Anak bos selalu menuntutnya untuk menegur manajer-manajer lain tetapi dia keberatan dengan hal ini. Dia merasa tak sepatutnya jika dia diminta menegur orang-orang lintas departemen tetapi anak bos tak peduli. Bahkan, temanku juga diminta menegur direkturnya. Karena dia merasa kalah posisi, dia pun tidak mau melakukannya. Maka, anak bos pun seenaknya menambah-nambah tugasnya dengan deadline yang ketat sehingga anak bos selalu punya alasan untuk memarahinya.

Maka, dia bertanya: "Kenapa ya semua anak bos seperti itu? Kelihatannya dia akan segera menyingkirkanku jika ada orang lain yang mau menggantikanku." Hehehe... aku hanya bisa mengatakan bahwa memang ada harga yang harus dibayar ketika kita menentang penguasa. Ceritanya ini tak jauh berbeda dari cerita mantan manajerku di masa lalu. Mantan manajerku itu juga sering mengeluhkan sikap anak bosnya di depan para bawahan sehingga lama kelamaan telingaku ya panas karena capek juga aku ikut mendengar keluhannya.

Jadi, kuberitahu temanku bahwa akhirnya aku ceritakan semua masalah yang ada di perusahaan kepada mantan anak bosku itu perihal sikap mantan manajerku karena direktur pilihannya pun tak peduli dengan masalah si manajer itu. Lantas aku meminta mantan anak bos peduli kepada mantan manajerku itu tetapi sepertinya mantan anak bosku juga tidak mau tahu dan menyingkirkannya pula.

Cakap tetapi Rendah Hati
Meskipun demikian, kuyakinkan temanku bahwa masih ada anak bos yang rendah hati karena dia tidak seketika menjadi direktur. Ada anak bos yang sempat diajar bekerja sebagai buruh di perusahaan papanya. Dia pun sempat menjadi manajer penjualan terlebih dahulu di perusahaan papanya yang paling kecil sebelum diangkat menjadi direktur di perusahaan papanya yang besar. Karena pernah memulai dari bawah, dia pun tidak sombong dan bisa berbaur dengan semua karyawan dari semua level.

Bahkan, ada pula anak bos yang bisa diajak berdiskusi dan berdebat oleh stafnya seperti berbincang dengan teman sendiri. Ketika SMA, aku pun pernah berteman dengan beberapa anak bos yang rendah hati. Sekalipun orang tuanya memiliki perusahaan dengan sejumlah karyawan yang tidak sedikit, mereka mau berbaur dengan siapa saja. Ada pula yang lebih suka pulang pergi ke sekolah naik bemo daripada diantar jemput mobil oleh orang tuanya karena mereka merasa tak ada gunanya memamerkan kekayaan orang tua. Jadi, masih ada kok anak bos yang baik. Jika belum menemukannya, jadilah anak baik itu supaya Bos kita di surga bersukacita. ^_^
God works according to the law of gradual growth, so don't be discouraged if your progress seems slow. It is better that things are slow and solid rather than fast and fragile. Trust God's timing and enjoy your journey. God's timing is always perfect. - Maria Luisa DL
Jadi, lebih baik lambat tetapi kuat daripada cepat tetapi rapuh. Oleh karena itu, jangan buru-buru mengejar harta dan tahta tetapi biarkan harta dan tahta mengejarmu. ^_^ Nikmati saja perjalananmu dan tunggulah waktu Tuhan.

DI SETIAP NAFASKU
Aku milik-Mu, kuberserah kepada-Mu. Seluruh hidupku Kau genggam dalam tangan-Mu. Ini hatiku hanya untuk-Mu. Ini jiwaku hanya bagi-Mu.
Reff: Tuhan Kau Allahku, Bapa dan Rajaku. Tak henti di s'tiap nafasku ku 'kan menyembah-Mu s'lalu. Kubawa hidupku ke atas mezbah-Mu. Tak henti di s'tiap langkahku ku 'kan mengikuti-Mu... selamanya...

Lantas aku pun bertanya-tanya kepada Tuhan: "Mengapa Engkau memberikan harta, tahta, dan kekuatan kepada orang-orang jahat sehingga mereka bisa seenaknya menindas orang miskin dan lemah? Mengapa Engkau tidak memberikan harta, tahta, dan kekuatan kepada orang-orang benar saja agar kejahatan bisa ditekan?"


0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.