Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Maret 2018
Hari itu ada sekitar 5 orang yang
menandatangani dokumen perpisahan dengan kerajaan. Pengacara kerajaan terkejut
melihat Beauty karena belum lama mereka
bertemu untuk menandatangani kontrak tinggal. Kala itu dia sudah mengatakan
bahwa banyak pendatang keluar masuk karena tidak cocok dengan sistem kontrak
dan mereka ingin mendapatkan kewarganegaraan tetap di kerajaan lain. Saat itu Beauty mengatakan padanya bahwa dia
tidak masalah dengan sistem kontrak sehingga dia mengira Beauty akan lama di sana. Namun, hari itu mereka bertemu lagi untuk
menandatangani pengakhiran kontrak sehingga dia bertanya: "Mengapa?" Maka, Beauty
memberitahunya bahwa dia tidak cocok dengan peraturannya yang terlalu berlebihan.
Pengacara juga terkejut melihat
orang yang ada di samping Beauty.
Rupanya dia baru 2 minggu di kerajaan Cabe. Hehehe... Beauty mengatakan kepadanya bahwa dia hanya dua kali lipat lebih
lama darinya, yaitu 1 bulan. Pengacara pun memberitahu bahwa dia baru sekitar 2
tahunan di kerajaan Cabe. Wah, kelihatannya kerajaan Cabe terus menerus
melakukan pembaruan. Tiap hari selalu
ada pendatang baru yang antri untuk mencicipi sambal mereka. Namun, setelah
menikmati rasa pedasnya, sebagian besar dari mereka segera antri untuk pergi
dari kerajaan Cabe dan tidak mungkin ada istilah kapok-kapok lombok. Sekali berhasil pergi dari kerajaan Cabe, tentulah
mereka tak mau kembali lagi karena jika sudah cukup lama di sana, proses keluarnya
akan selalu dipersulit.
Nah, pada hari itu Beauty berjumpa lagi dengan S dan dia
berkata: "Pekerjaanmu kemarin sudah
bagus tetapi kenapa berhenti? Kamu tidak cocok dengan peraturan yang
mana?" Oh, sebagai mantan rakyat jelata, mengapa Puteri S tidak
memahami rakyatnya ya? Setelah menjadi
isteri Pangeran, seharusnya dia bisa membuat nasib rakyat menjadi semakin baik
dan sejahtera, bukan semakin buruk. Jika mereka menuntut loyalitas rakyat,
seharusnya dia bisa mempengaruhi Pangeran I untuk menjaga tutur katanya, membuat
peraturan yang menguntungkan kedua belah pihak, dan benar-benar menepati
kesepakatan yang telah dibuat.
Jadi, Beauty mengatakan padanya soal larangan penggunaan HP dan pemakaian
Ms. Excel yang diatur karena memang banyak rakyat tidak menyukai hal tersebut.
Lantas Puteri S mengatakan bahwa di kerajaan tersebut memang tidak boleh
menggunakan HP dan kembali bertanya: "Apakah
kamu harus selalu standby di dekat HP?" Tentu saja Beauty menjawab tidak tetapi sewaktu-waktu dia memerlukannya. Lalu Puteri
S mengatakan bahwa soal itu bisa menghubungi HP kerajaan. Beauty diam saja lalu Puteri S segera pergi. Beauty berpikir: “Bagaimana
caranya memberitahu orang-orang asing perihal nomer kerajaan? Kelihatannya Puteri
S akan melakukan segala cara untuk menghalangi semua rakyatnya memperoleh kehidupan
yang lebih baik di kerajaan lain.”
Sebenarnya bukan dua peraturan
itu yang amat memberatkan Beauty. Dia
justru sangat tidak cocok dengan aturan pengusiran terhadap H sebelum
kontraknya habis hingga upah seminggunya yang masih belum dibayar dan aturan
larangan meninggalkan kerajaan bagi D, L, M, V, dan beberapa warga lainnya. D
terpaksa harus menunggu setahun lebih padahal kesepakatannya hanya 2 bulan
menunggu. M dan L terpaksa menunggu hingga kontraknya habis padahal Puteri S
juga tak selalu menepati kesepakatan dan pangeran I juga telah menghina dan
mempermalukan M di depan sekelompok orang. V juga tak bisa keluar dari kerajaan
Cabe hingga berhasil membuat Puteri S mengubah keputusannya.
Jika beberapa warga pendatang
sudah tak mau tinggal di kerajaan Cabe, kenapa tidak dilepaskan? Kenapa ijazah
mereka masih ditahan? Apa hak mereka merampas kebebasan warga pendatang padahal
mereka telah menepati kesepakatan dengan mengajukan surat pengunduran diri 2
bulan sebelumnya? Bukankah ini
pemaksaan? Bukankah ini penindasan? Bukankah ini penjajahan? Bukankah ini
perbudakan? Kelakuan mereka tersebut terdengar amat jahat sehingga Beauty pun menyetujui perintah Raja
segala raja untuk tidak membantu mereka lagi.
Mereka pasti berpikir bahwa Beauty tidak mengetahui peristiwa
tersebut karena mereka memang merahasiakannya dari para pendatang baru. Namun, Raja
segala raja telah mempertemukan Beauty dengan
beberapa informan sehingga dia mengetahui kebenaran yang mereka tutupi darinya.
Selain itu, Beauty tidak cocok dengan
aturan ketelitiannya yang mempermasalahkan Rp1,- Jika hanya karena selisih Rp1,- saja bisa marah-marah kepada rakyat,
bukankah hatinya amat mencintai uang?
Semoga saja Puteri S tidak
menikah dengan Pangeran I karena uang pula. Namun, ketika melihat caranya
menggenggam uang, tampaknya sungguh mengkhawatirkan. Sekalipun dia menikahi Pangeran
I, tampaknya dia akan selalu takut kehilangan Rp1,-. Rupanya kehidupan
Cinderella di dunia nyata sungguh tak seindah dongeng. Karena isteri Pangeran
tidak mau kehilangan Rp1,- wajarlah jika N dan W juga tak mau kehilangan
Rp0,01. Pantas saja N dan W bisa marah-marah karena Rp0,01. Namun, kelihatannya
N sudah capek marah-marah sehingga terdengar kabar bahwa dia pun sudah
mengajukan pengunduran diri tetapi tampaknya dia masih harus menunggu
penggantinya.
Yaaaa... semoga kelak anak yang
masih di kandungan Puteri S dapat membebaskan mereka semua dari perbudakan Mamon.
Semoga mereka semua memperoleh keadilan di bumi seperti di sorga. Ketelitian
memang penting dan Beauty juga tidak
suka selisih Rp1,- tetapi apa perlu marah-marah karena selisih Rp1,-? Jika penyebab
selisih tersebut tak ditemukan, diikhlaskan saja lha karena marah-marah karena
hal sepele ini justru hanya menyia-nyiakan waktu dan tenaga serta akan
menghalangi berkat Tuhan. Betul tidak?
0 komentar:
Post a Comment