BELAS KASIH atau KEBENARAN?
Ketika aku terbangun, aku mulai teringat sebuah peristiwa yang telah lama kukubur di masa silam. Kala itu Aa dan Bb masih menjadi akuntan di suatu perusahaan yang sama bersama Cc. Karena Bb sering kesulitan mendapatkan nota pembelian dari Dd, Bb pun mengajak Aa untuk mengambil nota tersebut di tokonya secara langsung. Aa menyetujui usul tersebut tetapi Dd tidak mau menyebutkan nama toko, alamat, dan nomer telepon tokonya. Dd hanya kembali berjanji untuk mengambil notanya.
Hingga sehari berlalu Dd tetap belum memberikan notanya sehingga Bb yang bertanggung jawab mengeluarkan uang mulai curiga. Maka, Bb dan Aa segera mendatangi Dd dan mengajaknya bersama-sama ke toko. Karena terus didesak, Dd pun setuju. Mereka bertiga pun pergi naik motor. Dd naik motor sendirian sedangkan Aa dan Bb berboncengan. Kesepakatannya Dd naik motor di depan sebagai penunjuk jalan bagi Aa dan Bb tetapi Dd malah pergi duluan.
Aa dan Bb pun mengejarnya tetapi di tengah perjalanan mereka kehilangan jejak Dd sehingga mereka bertanya-tanya: "Ada apa dengan Dd? Mengapa dia mencurigakan? Sekarang kita harus bagaimana?" Setelah berembuk sejenak Aa dan Bb mampir ke beberapa toko di sekitar sana untuk bertanya: "Apa kalian pernah melihat seorang pria dengan ciri-ciri seperti ini?" tetapi mereka tidak melihatnya.
Karena kehilangan jejak Dd, Aa dan Bb memutuskan kembali ke kantor setelah mengecek harga barang yang sama dengan barang yang dibeli oleh Dd. Ternyata ada selisih harga sekitar Rp2000,- sehingga Aa dan Bb kembali bertanya-tanya: "Mungkinkah Dd kabur karena dia mark up harga beli dan belum sempat membuat nota palsu? Namun, masa sich demi uang kecil dia bersikap seperti ini?"
Sesampai di kantor Aa dan Bb pun melapor kepada bos perihal sikap Dd yang mencurigakan sekaligus melaporkan kegagalan mereka dalam pengejaran. Bos terkejut dan khawatir kalau terjadi sesuatu kepada Aa dan Bb. Lantas bos memanggil konsultan manajemennya. Konsultan mengatakan bahwa seharusnya Aa dan Bb tidak perlu melakukan pengejaran karena itu adegan yang berbahaya.
Selanjutnya, bos kebingungan: "Apa Dd harus dipecat atas nilai pencuriannya yang tidak material?" Aa dan Bb juga kebingungan sehingga mereka mengatakan bahwa semuanya terserah bos. Namun, konsultan mengatakan bahwa Dd harus dipecat untuk mencegahnya mencuri lagi. Menurutnya, meskipun nilai curiannya tidak material, pencurian tersebut telah dilakukan beberapa kali, dan disertai pemalsuan nota yang 'cantik' hingga sulit diketahui kepalsuannya, kecuali ada konfirmasi dengan pihak toko terkait.
Namun, keterbatasan waktu membuat para akuntan tak mungkin menelepon semua toko terkait sehingga hanya sampling. Oleh karena itu, bos menyetujui usul konsultan. Aa dan Bb pun setuju usul konsultan. Namun, Cc tetap tidak setuju sehingga selama beberapa hari Cc mendiamkan Aa dan Bb yang telah melaporkan Dd. Cc tidak setuju karena kesalahan Dd tidak material dan dia berbelas kasih kepadanya. Sebenarnya bos, Aa, dan Bb juga berbelas kasih kepadanya tetapi jika kesalahannya dibiarkan, bagaimana jika Dd keterusan?
Seseorang mengatakan bahwa ketika kita kesulitan memutuskan sesuatu, ini pasti karena nilai-nilai yang kita yakini dan nilai-nilai kita juga bisa mengalami perubahan jika kita mengalami sesuatu yang baru atau memiliki pengetahuan yang baru. Dia benar. Jadi, nilai mana yang harus diutamakan: kasih atau kebenaran?
0 komentar:
Post a Comment