Catatan Ibadah ke-1 Minggu 25 Maret 2018
Di medan perang prajurit menemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh puluhan prajurit, belasan kapten, dan seorang kolonel tetapi jenderal tidak mengetahuinya. Prajurit sudah berusaha menegur beberapa dari mereka tetapi tak ada perubahan berarti. Dia pun menyadari bahwa dia memang tidak punya wewenang untuk melakukan hal itu. Maka, dia melaporkan semua hal itu kepada jenderal sekalipun ada resikonya.
Mazmur 78:2 Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala.Dengan membuat laporan tersebut, prajurit berharap jenderal dapat membenahi perilaku mereka atau membuat suatu sistem yang baik untuk mengendalikan perilaku mereka. Namun, jenderal marah dan justru memberitahu kolonel dan kaptennya perihal laporan prajurit tentang mereka. Maka, kaptennya memanfaatkan situasi ini untuk membela diri hingga jenderal pun memerintah kaptennya untuk memulangkan prajurit. Meskipun demikian, prajurit tidak diam saja. Pulang ya pulang tetapi misi belum selesai. Lakon menang keri. ^_^
Setelah pulang ke rumahnya, prajurit pun menyampaikan surat pembelaan diri kepada jenderal dan mulai menceritakan segalanya tanpa perumpamaan lagi karena kelihatannya jenderal kurang bisa memahami perumpamaan meskipun dia juga murid Yesus. Dia mengira prajurit hanya menceritakan kondisi satu desa padahal dia sedang menceritakan kondisi satu kota. Karena kesal dengan tanggapan jenderal, rasanya prajurit ingin mengatakan bahwa dunianya tidak sesempit pikirannya. Namun, dia masih berusaha menahan diri sehingga hanya mengatakan bahwa dunianya tidak sesempit itu dan selanjutnya mendorong jenderal untuk belajar berpikir positif karena masalah adalah berkat terselubung.
Lewat suratnya prajurit juga menyatakan bahwa dia tidak sanggup mengasihi kaptennya yang suka menyalahkan orang lain dan meminta jenderal yang melakukannya. Namun, siapa sangka jenderal malah memulangkan kaptennya pula. Hal ini diketahuinya lewat mimpi dan dikonfirmasi dengan adanya iklan di media massa yang berbunyi 'Dicari kapten ...' Lho, bukan ini yang diminta oleh prajurit sebagaimana diketahui oleh jenderal. Ini sebabnya prajurit lebih suka menggunakan perumpamaan karena lewat perumpamaan prajurit tak perlu sebut nama-nama orang. Cukuplah jenderal mengetahui masalahnya lalu benahi sistemnya.
Namun, tampaknya perumpamaan malah membuat jenderal salah paham sehingga dia membuat keputusan yang tidak adil. Karena ketidakadilan yang dialaminya, prajurit pun terpaksa membuka suara dengan menyebut nama-nama pelaku ketidakadilan. Hmm... andai saja jenderal bisa membenahi sistem, nama-nama pelaku pasti muncul dengan sendirinya. Huff... kelihatannya dia mau instan. Dengan begini, prajurit terkesan sebagai tukang lapor donk tetapi saat itu prajurit tidak melihat jalan lain untuk membuka mata atau wawasan atau pikiran jenderal. Jadi, ya apa boleh buat?
Prajurit tidak pernah meminta jenderal menyingkirkan kaptennya. Dia hanya berharap jenderal bisa mengubah atau mengontrol perilakunya agar tidak merusak kesatuan. Apa jenderal juga seperti prajurit yang tidak sanggup menghadapinya? Entahlah... meskipun demikian, prajurit percaya ini baik juga untuk kesehatan kaptennya karena sebenarnya dokter militer juga sudah memintanya untuk cuti panjang agar cepat sembuh dari luka-luka perangnya tetapi dia tidak mau. Sekarang mau tak mau kaptennya harus benar-benar istirahat sesuai saran dokter militer. Semua baik. Tuhan baik. Tuhan tahu yang terbaik untuk semuanya. ^_^
Beberapa bulan kemudian prajurit bermimpi diberi wewenang oleh jenderal tetapi prajurit segera berinisiatif membalikkan perintah tersebut kepada jenderal karena di dunia nyata prajurit sudah berada di luar medan perang. ^_^ Maka, dia segera mencari beberapa informasi sebelum memberitahu jenderal perihal mimpinya. Setelah terkumpul sedikit informasi, dia pun kembali menulis surat kepada jenderal.
#Semalam aku bermimpi kamu memberiku instruksi yang
berbunyi: "Tolong benahi sistem
karyawannya." Seketika itu juga aku terbangun dan bertanya-tanya
hingga susah tidur lagi padahal hari belum pagi: "Apa?!?! Aku ini bukan pakar SDM, bukan lulusan Psikologi dan juga
bukan lulusan Hukum sehingga terus terang saja aku juga kurang paham masalah
SDM."
Meskipun demikian, mimpi itu sungguh mengusik tidurku
sehingga akhirnya aku mencoba cari solusi di rimba Google berbekal pengalamanku
tentang organisasi dengan sistem SDM yang baik. Lalu kutemukan beberapa
pakarnya.
"Jika organisasi mau maju
dan besar, maka benahi dulu legalitas dan hak-hak karyawannya. Jika organisasi
kita mau besar, maka kita mesti mempunyai kesamaan atau parameter yang
objektif, yaitu core values. Kita cari nilai apa yang menjadikan kita besar dan
bisa membuat kita semakin besar.
Jika sudah sepakat, maka core
competency tersebut harus dimiliki dari level tertinggi hingga level terendah.
Jika setiap orang di organisasi sudah didasarkan oleh nilai-nilai, maka
organisasi tinggal memetik buahnya. Pohon itu kan besar baru menghasilkan,
kalau belum besar kita harus beri pupuk. Kita beri mereka pengalaman,
pengetahuan yang cukup supaya nanti berbuah. Dengan begitu, kita adil."
Baca selengkapnya di: https://portalhr.com/people-management/wajah-hr/paulus-irwan-edy-tugas-hr-memfasilitasi-karyawan-dengan-sistem-yang-baik
NB: Terlampir contoh peraturan organisasi yang baik.#
0 komentar:
Post a Comment