Sunday, February 25, 2018

Masa Depan ~ Pdt. Sukirno Tarjadi

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 25 Februari 2018

Suatu hari pak Sukirno naik pesawat. Di dalam pesawat dia menonton film India. Film ini diangkat dari kisah nyata dan berkisah tentang seorang ayah yang ingin memiliki anak laki-laki tetapi keempat anaknya malah perempuan semua. Karena dia pegulat, dia melatih semua anaknya menjadi pegulat dan memotong pendek rambut mereka semua. Dia juga berharap salah satu anaknya menjadi pegulat wanita yang memenangkan kejuaraan. Dia pun dicibir oleh orang-orang di sekitarnya.

Setelah sekian waktu lamanya salah satu anaknya pun mengikuti pertandingan gulat di New Delhi. Ketika pertandingan sedang seru-serunya, pesawat mendarat sehingga pak Sukirno tak bisa menonton kelanjutannya. Dia pun sangat penasaran dengan kelanjutan ceritanya sehingga tak sabar untuk segera naik pesawat lagi.

Beberapa saat kemudian dia pun naik pesawat lagi dan segera melanjutkan nonton film tadi. Karena filmnya bagus, dia pun memutar ulang film tersebut. Namun, aneh. Ketika menonton untuk kedua kalinya, film tersebut sudah tidak seru lagi. Ini karena dia sudah mengetahui endingnya yaitu anak pegulat itu berhasil menang di kejuaraan gulat.

Duduk di taman
Kita pun merasa tenang jika bisa mengetahui masa depan kita. Maka dari itu, dulu ada dukun dan sekarang kita mengenal adanya pakar. Bayangkan hari ini kita membaca koran masa depan. Kita bisa tenang karena mengetahui presiden terpilih di tahun 2019. Kita juga bisa kaya karena mengetahui pergerakan saham di masa depan. Kita juga akan menang judi olah raga karena kita sudah mengetahui juara olah raga. Namun, bagaimana jika di dalam koran tersebut kita juga membaca berita dukacita atas kematian kita?
Ibrani 11:8-9 Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
Ada orang yang mempersiapkan banyak hal untuk keberangkatannya ke negara lain karena persiapan ke India tentu berbeda dengan ke Korea. Minimal mempersiapkan bahasa dan tempat menginapnya. Di sisi lain, ada pula orang yang bisa langsung pergi ke negara lain tanpa banyak persiapan tetapi minimal dia mengetahui tujuannya. Jika pergi tanpa tujuan, ini namanya kabur dari rumah. Namun, bagaimana jika kita mengetahui bahwa kita tak akan pernah kembali? Apa persiapan kita juga sama?

Kita seringkali mengetahui tujuan kita tetapi tidak mengetahui apa yang perlu ditinggalkan. Abraham justru berbeda dari kita. Dia tidak mengetahui tujuannya dan hanya mengetahui segala sesuatu yang harus dia tinggalkan.
Ibrani 11:10-12 Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
Apa yang ditinggalkan Abraham di belakang:
1. Kenyamanan Hidup. Abraham meninggalkan Ur Kasdim padahal dia sudah nyaman di kota besar itu.
2. Pendukung Hidup. Di Ur Kasdim dia sudah memiliki fasilitas yang memadai, tukang roti langganan, dan berbagai kemudahan lainnya. Dia sudah sangat mengenal wilayah itu. Dia pasti sudah mengetahui bakmi yang enak di sana.

Apa yang ditemukan Abraham di depan:
1. Kebingungan dan Ketidakpastian. Abraham pasti bingung karena tak tahu harus kemana. Dia juga harus tinggal di tenda. Siapa yang suka tinggal di tenda? Jika kita berkemah selama 3 hari, mungkin menyenangkan tetapi bagaimana jika berkemah lebih dari setahun?

(Penulis: "Hehehe... siapa bilang berkemah itu menyenangkan? 3 hari? Coba pikir dulu dech. Bagaimana jika berkemah di tempat yang tak ada toiletnya padahal kita mendapatkan 'panggilan alam'? Bagaimana pula jika berkemah saat musim hujan dan tendanya bocor ketika kita sedang terlelap? Coba rasakan sejuknya tidur di bawah guyuran hujan. Mampu bertahan 3 hari? Salut dech untuk Sara karena sehari saja aku sudah tak nyaman. Cobain dulu dech serunya berkemah di tempat yang masih asri... hihihi...")

2. Ketakutan dan Kekuatiran. Karena tidak mengetahui masa depan, tentu kita akan takut dan kuatir.
Untuk mengatasi kedua hal itu, diperlukan IMAN seperti Abraham. Iman membuat kita melihat yang belum terlihat.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.