Hari ini Nathan menerima rapor bersama mamanya. Pak Guru menunjukkan bahwa nilainya merah semua karena saat pelajaran daya tangkap Nathan rendah. Lantas pak guru ingin bicara berdua dengan mamanya Nathan sehingga Nathan menunggu di luar pintu ruang kelas. Sembari pak guru berbicara dengan mama, Nathan berusaha menguping pembicaraan mereka.
Pak guru: "Apakah Nathan anak kandung ibu dan bukan anak adopsi karena dia tidak sepintar cece dan kokonya?"
Mama Nathan: "Dia anak kandung saya. Anak kandung, sekandungan."
Pak guru: "Ibu yakin tidak main gila dengan lelaki lain sehingga mempunyai Nathan?"
Mama Nathan: "Pak guru jangan menggosip ya. Nanti akan saya laporkan ke kepala sekolah. Gosip itu lebih kejam daripada pembunuhan."
Pak guru: "Maaf bu. Jika ada kesamaan nama dan tempat, ini hanya kebetulan belaka. Kita damai saja."
Mama Nathan: "Ya sudah pak guru. Tolong dibantu saja anak saya."
Sembari meninggalkan ruang kelas mama Nathan berbicara sendiri: "Saya salah pilih sekolah." Lantas di dalam perjalanan pulang Nathan bertanya: "Ma, nilai Nathan jelek ya?" Mamanya hanya menjawab: "Sudah, tidak apa-apa."
Setiba di rumah mereka berdua disambut oleh papa dan cece. Karena mama pulang membawa piala, papanya mengira piala tersebut milik Nathan lalu papa juga menanyakan nilai rapor Nathan. Nathan mengatakan bahwa nilainya bagus lalu dia mulai membacakan nilainya yang bagus-bagus, seperti nilai Bible. Namun, cece menanyakan nilai sainsnya yang ternyata dinilai D. Meskipun demikian, papa mama berusaha menghibur Nathan.
Papa: "Cece dan koko itu pintarnya mirip mama. Kalau Nathan, mirip papa. Untung wajah cece mirip papa."
Mama: "Itu tidak menghibur."
Papa: "Tenang saja. Dulu papa juga pernah tidak naik kelas."
Mama: "Papa ini bagaimana? Jangan mengutuk anak tidak naik kelas. Ini belum kenaikan. Ini masih pertengahan."
Tak lama berselang kokonya datang dan menceritakan prestasi basketnya. Kokonya juga mendapatkan piala seperti cecenya. Kemudian mamanya meminta papa membelikan meja baru agar dapat memajang semua piala cece dan koko yang jumlahnya semakin bertambah. Papa pun menyetujui usul tersebut. Eh, tiba-tiba Nathan marah dan mengunci diri di kamar. Seisi rumah pun bergegas mengetuk pintu kamar agar Nathan mau keluar sambil menanyakan penyebab kemarahannya.
Dari balik pintu Nathan berkata: "Papa mama tidak sayang Nathan karena Nathan bukan anak kandung. Mungkin Nathan ditemukan di rumah sakit lalu diadopsi karena kasihan. Itu sebabnya Nathan berbeda dari cece dan koko. Nathan tidak sepintar mereka dan tidak bisa mendapatkan piala. Nathan mau pergi saja dari rumah ini."
Sementara mama, cece, dan koko berusaha menghibur Nathan, diam-diam papa Nathan berhasil menyusup masuk ke dalam kamar. Nathan terkejut melihat kedatangannya karena kamar itu hanya memiliki satu pintu. Papanya berkata: "Papa kan Spiderman. Papa tahu seluk beluk rumah ini." Meskipun begitu, Nathan terhibur dengan kedatangan papanya sehingga dia bersedia keluar dari kamar bersama papanya.
Lalu mereka semua duduk bersama di ruang keluarga untuk menghibur Nathan. Karena Nathan mengatakan bahwa dia tidak bisa mendapat piala, kokonya berkata bahwa dia akan memberikan pialanya untuk Nathan. Piala itu pun ditulisi: "The most favourite brother." Lalu cece juga memberikan pialanya untuk Nathan dengan tulisan: "The most favourite brother to bully" karena cece merasa rumah sepi jika tidak ada Nathan yang bisa digangguin.
Papa Nathan pun menengahi: "Karena cece dan koko mau berbagi piala, Nathan jangan sedih lagi. Sekarang kembalikan pialanya." Cece dan koko segera berebut mengambil piala mereka dan menghapus kembali semua tulisan mereka di piala tersebut.
Sementara itu papa melanjutkan perkataannya: "Nathan ini anak kandung papa juga. Anak papa tidak dilahirkan dari piala-piala. Anak papa dilahirkan dari darah dan daging. Nathanael berarti hadiah dari Tuhan. Nathan ini titipan Tuhan untuk papa mama jaga. Setiap anak terlahir dengan tujuan tersendiri." Nathan pun menjawab: "Tidak apa meskipun Nathan tidak sepintar cece dan koko karena Nathan disayang papa mama."
Oke, karena Nathan sudah tenang kembali, mereka pun berinisiatif makan bakso bersama-sama. Namun, tepuk bakso dulu sebelum memanggil tukang bakso: "Tepuk bakso. Bi ei kei es ou. Bakso." Hahaha...
0 komentar:
Post a Comment