Sunday, December 17, 2017

Lawanlah Iblis

Saya Belum Mencapai Level Kesenangan Itu
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 17 Desember 2017

Karena tidak memahami medan pertempuran, Tuhan pun memberiku sebuah gambaran lewat film Hacksaw Ridge. Di film itu kuamati cara berperang tentara Kristus yang bernama Desmond Doss.
2 Timotius 2:4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
1. Tidak Mengasihani Diri Sendiri. Di dalam medan pertempuran Desmond Doss tidak memikirkan dirinya sendiri. Demond Doss sibuk menyelamatkan banyak orang sekalipun telapak tangannya terluka karena tali tampar. Aku paham rasa sakitnya karena dulu aku pernah mencoba berayun dengan tali tampar di area outbound. Kala itu aku langsung menyerah pada percobaan pertama karena goresan tali tampar di telapak tangan terasa panas dan amat perih hingga aku harus menahan tangis. Untunglah ada teman yang membawa hansaplast. Namun, di medan perang tak ada waktu mencari hansaplast atau sarung tangan karena banyak jiwa yang lebih mendesak untuk diselamatkan. Luka-luka di telapak tangan Desmond Doss tak sebanding dengan luka-luka yang diderita para rekannya.

2. Mendahulukan Keselamatan Orang Lain. Ketika Doss tertembak, di film dia segera dikeluarkan dari medan pertempuran. Faktanya, dia masih sempat memberikan pertolongan pertama kepada rekan lain yang terluka. Bahkan, dia tidak langsung dikeluarkan dari medan pertempuran karena dia mendahulukan tentara lain yang terluka lebih parah daripada dirinya.
Amsal 16:7 Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia.
Hacksaw Ridge
3. Menolong Orang Lain akan Menolong Diri Sendiri. Ketika menyelamatkan para rekan yang telah menghina, memukul, dan merendahkannya, Desmond Doss telah menghadirkan Terang di tengah kegelapan sehingga tiba-tiba saja musuhnya menjadi temannya. Ini bukan pertemanan ala Herodes dan Pilatus lho. Teman-teman dan atasanya pun harus mengakui bahwa selama itu mereka telah salah menilai Doss. Mereka pun mengakui bahwa mereka membutuhkan Doss sehingga mereka tak mau memasuki medan perang tanpa Doss dan doa-doanya.

4. Tidak Berfokus kepada Situasi dan Kondisi yang Negatif. Tentara yang baru memasuki medan pertempuran sempat merasa ngeri melihat darah berceceran dan menetes dimana-mana. Situasi ini diperparah pula dengan kondisi medan pertempuran yang penuh jenasah dan pastilah baunya tidak sedap. Iblis pun berusaha memancing kita untuk memperhatikan semua hal negatif ini. Nah, jika kita berfokus kepada situasi mengerikan dan memuakkan ini, kita pasti kehilangan semangat tempur karena merasa iblis terlalu kuat untuk dihadapi. 

Doss fokus kepada tujuannya. Dia memasuki medan pertempuran karena ingin menjadi tentara medis yang meminimalkan kerusakan di tengah dunia yang telah rusak sehingga dia berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin orang terluka apapun konsekuensinya. Sekalipun Doss mengetahui bahwa tentara medis merupakan target utama musuh, dia tetap memasuki medan perang dengan berani tetapi tidak memakai seragam paramedis. Bahkan, dia sempat mengobati tentara musuh pula.

5. Tetap Miliki Semangat Hidup sekalipun Gagal di Medan Perang. Di film kulihat ada tentara yang kehilangan kedua kakinya. Doss diminta meninggalkan tentara itu oleh tentara medis lain tetapi tentara tersebut memohon Doss menyelamatkannya karena dia punya isteri dan anak yang menunggunya di rumah. Ouw... jika kesakitan atau kehilangan fungsi anggota tubuh, rasanya aku ingin mati saja tetapi tentara ini masih memiliki semangat hidup. Tampaknya dia merasa terhormat bisa keluar hidup-hidup dari medan pertempuran dengan kaki buntung daripada tak pernah kembali dari medan pertempuran. Namun, semangat hidup ini tak kujumpai pada tentara Jepang karena pemimpinnya lebih memilih harakiri daripada jatuh ke tangan musuh, padahal dia masih terlihat sehat dan bugar tanpa luka sedikit pun. Sebaliknya, Yesus membiarkan dirinya jatuh ke tangan musuh daripada harakiri.

6. Kemenangan Perang merupakan Kemenangan Bersama. Pergantian personil di dalam peperangan merupakan hal yang biasa terjadi. Ini bukanlah hal yang memalukan sehingga tentara tak perlu merasa gagal karena terluka. Oleh karena itu, para tentara yang terluka dan dirawat di tenda pemulihan terlihat gembira ketika mendengar banyak tentara yang selamat. Mereka juga turut gembira ketika mendengar bahwa musuh telah berhasil dikalahkan sekalipun saat itu mereka tak bisa hadir di medan pertempuran untuk menyaksikannya dengan mata kepala sendiri. Mereka semua juga merasa turut berjasa sebagai pahlawan karena mereka semua telah memberikan yang terbaik sesuai posisi penempatan mereka.

Hahaha... Doss keren dech. Aku juga belum sampai ke level ‘kesenangan’nya dalam melakukan firman Tuhan. Jika aku kesakitan, aku tak sempat lagi memikirkan kesakitan orang lain. Aku juga pasti berteriak-teriak agar segera mendapat pertolongan untuk meniadakan sakitku tanpa melihat pasien lain yang kondisinya mungkin lebih parah daripada aku.
Kisah Para Rasul 7:59-60 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.
Ketika Stefanus kesakitan karena dilempari batu, dia masih sempat berdoa untuk musuh-musuhnya sebelum menyerahkan nyawanya. Namun, aku belum sanggup melakukannya. Kalau ayat 59, aku yakin pasti masih bisa dilakukan oleh setiap orang Kristen tetapi tentunya agar segera terbebas dari rasa sakit. Hehehe... motifnya beda ya...
Markus 15:34  Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Dulu aku telah mencapai batasan rasa sakitku hingga merasa seperti ditinggalkan oleh Tuhan. Kala itu aku pun berdoa seperti Yesus karena mengharapkan ending yang sama dengan-Nya (pulang ke rumah Bapa) atau minimal Yesus berkata: "Hari ini juga kamu akan ke Firdaus bersama-Ku." Hahaha... kata-katanya beda tetapi maunya tetap sama saja sich. Namun, Tuhan tidak memberi apa yang kuminta. Dia memberi apa yang kubutuhkan. Saat itu tiba-tiba kurasakan pelukan ilahi yang menghilangkan rasa sakitku. ^_^

Nah, Kamis malam lalu aku menerima rapor. Hasilnya menyatakan bahwa pencapaianku baru 46% dan disertai catatan yang berbunyi: "Kamu belum bisa melakukan invasi ke daerah musuh karena kamu kurang berani." Fiuh... di satu sisi aku lega karena tak perlu ke daerah musuh yang suram itu. Selain itu, aku merasa lebih nyaman melakukan serangan jarak jauh daripada serangan jarak dekat. Namun, di sisi lain aku ya was-was karena Tuhan tak mungkin membiarkan aku berhenti pada pencapaian 46%. Hiyaaaa... kelihatannya akan terus dilatih nich.
Filipi 1:6 Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.