Sunday, November 26, 2017

Aku Menerima Dua Kunci

Aku Puteri Raja Segala Raja
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 26 November 2017

Aku bermimpi lagi... hehehe... mungkin aku ini pemimpi ye... Aku mendapat mimpi serupa tetapi tak sama pada dua malam yang berbeda. Pada mimpi pertama pada pagi yang cerah aku sedang mengantri di dalam suatu ruangan seluas supermarket yang penuh berisi barang. Tak lama berselang aku tiba di depan mesin kasir dan tak ada siapapun di baliknya. Di sekeliling mesin kasir tampak banyak barang dan sekitar semeter dari mesin tersebut tampaklah seorang wanita muda yang seakan-akan duduk di atas tumpukan barang.

Kalau butuh, pasti dikasih
Wanita itu memberiku sebuah singkong kukus yang selebar genggaman tangan orang dewasa dan sepanjang telapak tangan orang dewasa. Aku menerimanya dan langsung kuberikan kepada seorang pria muda yang antri di belakangku. Dia segera menerima singkong dariku sambil tersenyum lebar. Lalu aku berbalik lagi untuk melihat ke arah wanita tadi. Kulihat dia mengambil sepasang kunci kecil dari sebuah gantungan kemudian memberikan kunci itu kepadaku.

Aku menerima kunci tersebut lalu berjalan lurus untuk meninggalkan ruangan melalui pintu belakang yang terbuat dari kayu. Sekitar 5 orang ikut keluar bersamaku dan mengikutiku berbelok ke kiri tetapi tak lama kemudian aku berbalik lagi ke pintu keluar yang baru saja kutinggalkan. Rupanya malam telah tiba. Lantas aku mengunci pintu ruangan tersebut dengan kunci yang diberikan oleh wanita tadi. Selanjutnya, aku berjalan ke kiri sekitar 2 meter hingga menemui dinding buntu di depanku dan sebuah pintu kayu lain yang masih tertutup di kananku. Dengan kunci pemberian wanita tadi, aku buka pintu itu sementara aku masih diikuti oleh sekitar 5 orang tadi. Cklek... yiee... pintunya terbuka.

Uwaaaahh... penasaran. Apa yang ada di balik pintu itu? Mengapa aku terbangun sebelum melihat apa atau siapa yang ada di balik pintu? Mengapa tiba-tiba aku punya pengikut bagaikan seorang penunjuk arah di tengah kegelapan? Mengapa pintu baru tak jauh dari pintu lama yang baru saja kutinggalkan? Mengapa kedua pintu itu masih berada di dalam gedung yang sama? Pintu barunya merupakan pintu keluar dari gedung atau bukan sich?

Cerita mimpi pun seakan terulang kembali pada malam yang lain dengan tampilan berbeda. Kali ini kudapati diriku berada di dalam sebuah ruang tamu nan luas dengan sedikit cahaya temaram. Tampaknya aku baru saja berpamitan dengan seorang cece berambut hitam sebahu. Sembari berjalan menuju pintu belakang kulihat di sebelah kananku ada si T yang sedang membaca koran. Di dalam hati aku berkata: "Ternyata cece (memenya si T) lebih baik daripada si T." Lantas aku keluar dari pintu belakang tanpa menyapa si T.

Setiba di luar pintu tadi kudapati diriku ada di sebuah lorong yang pagarnya terbuat dari besi-besi dengan motif diagonal seperti pagar kandang burung. Maka, aku berbelok ke kanan lalu ke kanan lagi. Tiba-tiba kulihat cuaca cerah dan terang. Kelihatannya pagi telah tiba dan kudapati diriku sedang berjalan sembari menenteng sebuah kardus yang panjangnya sekitar 3 meter. Kardus tersebut telah diikat dengan benang wol putih agar bisa kutenteng dengan mudah. Sambil berjalan aku menggerutu dalam hati: "Si T sungguh keterlaluan. Masa aku diminta membawa kardus sepanjang ini? Untung aku masih sanggup membawanya." Lalu aku tiba di penghujung lorong dan membuka pintu besi bermotif diagonal kecil-kecil yang ada di depanku. Fiuh...

Lha... lagi-lagi aku terbangun dari mimpi pada saat baru membuka pintu. Penasaran nich. Penasaran. Apa yang ada di balik pintu? Benarkah memenya si T lebih baik daripada si T? Hmmm... egp... untuk yang ini aku tidak terlalu penasaran. Aku hanya penasaran dengan hal-hal yang ada di balik pintu baru. Aku tahu itu pintu keluarnya meskipun aku sempat berputar-putar dulu. Namun, kok ending-nya belum diputuskan? Apa kali ini aku boleh menentukan pilihanku sendiri? Hmmm... aku sich mau benar-benar keluar dari segala area kehidupan si T agar dia tak punya kesempatan untuk menyakitiku lagi.
Rut 3:18 "Duduk sajalah menanti, anakku, sampai engkau mengetahui, bagaimana kesudahan perkara itu; sebab orang itu tidak akan berhenti, sebelum diselesaikannya perkara itu pada hari ini juga."
Ouch, tidak Bapa. Jangan minta aku menunggu si T. Sekalipun dia telah memberiku 6 takar jelai, aku tidak mau menunggunya karena caranya memberi belum sebaik Boas. Bete Bapa... bete... lebih baik makan pete daripada makan ati... hihihi... Ngapain juga membantu si T lagi jika dia tak mau dibantu? Bisa-bisa cerita lama terulang kembali. Lebih baik membantu yang lain saja. Masuk akal? Masuk akal ya...^.^ Sudahi saja lha janji tersebut karena kami sudah sama-sama menolaknya. Baru kali ini lho kami kompak... wkwwk...

SUDAHI KISAH INI
Apa yang harus kulakukan lagi bila dia tak mengerti? Karena aku hanya seorang manusia yang tak dia anggap.
[*] Aku t'lah coba untuk memahaminya tapi dia tak peduli.
[**] Cukup sudah dia sakiti aku lagi. Serpihan perih ini akan kubawa mati.
Aku mencoba memberikan segala yang telah aku punya. Namun semuanya hanya sia-sia. Percuma.
Back to [*][**]Back to [**]
Sampai kapan bisa membuatnya mengerti? Membuat aku bermakna di hatinya, di matanya si T?

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.