Catatan Ibadah ke-1 Minggu 08
Oktober 2017
Saudara pasutri Segan berusaha menasehati anak tengah: "Belajarlah merawat anakmu
sendiri karena orang tuamu sudah tak lagi muda dan tangannya bisa sakit jika
harus sering menggendong anakmu." Namun, anak tengah tidak mau
mendengarkan nasehat tantenya dan malah mengeluhkan tantenya sebagai orang yang
cerewet dan suka usil kehidupan orang lain. Kemudian saudara-saudaranya pun
mencoba menasehati anak tengah tetapi mereka pun tidak didengar dan dianggap
cerewet, bawel, dan juga dilarang ikut campur kehidupannya. Bahkan, dia
mengancam untuk memutuskan hubungan dengan seluruh keluarga lamanya jika dia
berhasil mendapatkan pembantu. Padahal, pembantu pertamanya juga tak tahan
bekerja padanya karena diomeli olehnya.
Lucunya anak tengah telah mengetahui Yesus sebagai jalan kebenaran dan
hidup tetapi justru malah menuntut pasutri Segan yang belum mengenal Yesus untuk
mengajarkan kebenaran. Bagaimana mengajarnya? Seharusnya dia sendiri yang
mengajarkan kebenaran sesuai Alkitab tetapi sayangnya dia juga masih memerlukan
air susu. Jangan-jangan dia juga malas membaca Alkitab. Piye yo rasane duwe ibu sing durung mateng??
Ibrani 5:13-14 Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.
Oleh karena itu, pasutri Segan hanya bisa menangis
sambil berdoa dan berdoa agar anaknya sadar sendiri. Ketika tetangga
memberitahu mereka untuk mencurahkan semua beban mereka kepada anaknya itu, mereka
tidak mau karena takut diomeli atau diabaikan oleh anaknya. Sementara itu
anaknya beranggapan semua baik-baik saja karena orang tuanya selalu mengabulkan
permintaannya tanpa komplain dan tanpa protes. Bagaimana ini? Pasutri Segan tak berani menyatakan pendapat sedangkan
anak tengahnya juga tidak peka. Selain tidak peka, dia juga tidak mau
dinasehati oleh pihak ketiga, keempat, dst.
Jadi, sekalipun anak tengah telah mengetahui bahwa menjaga anak-anak kecil
itu berat dan melelahkan, dia tidak mau memahami bahwa pasutri Segan juga bisa amat
sangat kelelahan. Dia seolah-olah menuntut tenaga orang tuanya harus jauh lebih
besar daripada tenaga orang muda seusianya. Karena pasutri Segan tetap takut
bicara kepada anak tengah dan hanya mau menunggu anaknya sadar sendiri,
tetangga hanya bisa berkata: "Wah, bisa-bisa
dia baru sadar pada saat dia sudah menjadi nenek. Bisa-bisa dia baru sadar jika
nanti anak-anaknya menuntut dia menjadi baby sitter 24 jam non stop pula."
Galatia 6:8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
Oke dech. Bila musim penuaian tiba, mungkin anak tengah baru menyesal.
Inikah masa depan yang mereka inginkan? Inikah fenomena ibu-ibu muda masa gini?
Inikah fenomena nenek-nenek masa gini? Hmmm...
Sementara itu ada tetangga lain yang berinisiatif menyampaikan pesan Tuhan
kepada anak tengah tetapi dia malah kesal karena tetangganya dianggap
membawa-bawa agama. Helow! Tuhan bukan agama tetapi tampaknya dia belum
mengetahuinya sehingga pembawa pesan Tuhan memintaku memberinya pengertian.
Namun, siapa sich yang sanggup membuka
selubung yang menutupi mata rohani seseorang, terutama jika orang tersebut
telah mengeraskan hatinya? Oh, mungkinkah selama ini dia berdoa kepada Tuhan
Yesus sebatas ritual agamawi semata? Jika ya, tidaklah mengherankan jika dia
tetap belum mengenal Tuhan dengan baik.
Jika sungguh-sungguh ingin mengenal Tuhan, jangan menganggap pesan Tuhan sebatas agama semata. Tuhan Yesus
tidak dibatasi agama karena Dia tak terbatas. Tuhan Yesus rela mati untuk semua
orang, termasuk untuk orang-orang non Kristen dan orang-orang tidak beragama.
Namun, keselamatan di dalam Tuhan Yesus sangatlah ditentukan oleh respon
kita dalam menghargai pengorbanan-Nya. Jika kita sungguh-sungguh menghargai
kasih dan pengorbanan-Nya, tentulah kita akan mengikuti-Nya dengan
sungguh-sungguh, termasuk rela keluar dari zona nyaman demi kemenangan bersama,
bukan sekedar kemenangan diri sendiri. Jika hanya diri kita yang enak sedangkan
anggota keluarga lain jadi tertekan, ini namanya berbahagia di atas penderitaan
orang lain. Betul tidak?
Sesungguhnya Tuhan Yesus juga ingin kita menyerahkan seluruh kehidupan kita
kepada-Nya untuk menyelamatkan kita semua dari masa depan yang gelap. Jika kita
berdoa kepada Tuhan Yesus tetapi tak mau mendengarkan nasehat-Nya yang berulang
kali disampaikan melalui orang-orang di sekitar kita, ini sama saja dengan
menolak Tuhan Yesus sendiri. Jangan pernah meminta Tuhan Yesus menyelesaikan
masalahmu jika kamu sendiri menolak-Nya mencampuri keluargamu, pekerjaanmu, dan
seisi duniamu. Jika ingin mengalami Tuhan, jangan tempatkan Dia di dalam kotak
agama dan jangan batasi ruang geraknya di gereja doank. Jika ingin masa depan
cerah, biarkan Tuhan mencampuri keseluruhan hidupmu, baik rohani maupun jasmani
karena sesungguhnya Dialah pemilik segalanya. Jadi, kesuksesan masa depan kita amatlah ditentukan oleh keputusan dan tindakan kita di masa kini.
0 komentar:
Post a Comment