Wednesday, October 18, 2017

Gara-gara Uang




INI JAMAN UANG (Abiem Ngesti)


lagi lagi uang.. uang...
cari cari uang.. uang...
pikir pikir uang.. uang...
sana sini uang.. uang...
ini jaman uang...
uang s'lalu jadi rebutan...
uang slalu jadi pikiran...
tapi jangan karena uang...
menghalalkan segala cara...

walau jaman sekarang...
semuanya.. uang...

jatuh cinta bisa karena uang..
yang pendek tampak jangkung...
yang pesek jadi mancung...
itu semua karena uang...

jangan heran kalau ada pasangan...
yang satu... dua lima...
satunya... lima dua...
bisa jadi karena uang...

Mina jadi Mince...
juga karena uang...
Yanto jadi Yanti...
juga karena uang...

Gara-gara Uang 
Yach, gara-gara uang, hubungan pun bisa hancur. Suatu hari ada seorang wanita yang mengatakan bahwa dirinya sudah tak tahan lagi dengan suaminya sehingga dia ingin bercerai. Aku amat terkejut mendengarnya karena pernikahannya baru terjadi beberapa bulan silam. Apa yang terjadi?

Usut punya usut dia kecewa karena suaminya suka marah-marah dan tak punya waktu untuk mendengarkan dia. Acapkali dia ingin berbicara dengan suaminya dari hati ke hati, suaminya malah marah dan berkata: "Tak usah bicara atau tak usah berceramah." Ternyata kontrak kerja suaminya baru saja diakhiri oleh bosnya dan isteri ingin mengubah fokus hatinya agar lebih tertuju kepada Tuhan daripada uang.


Isteri berharap suami bisa lebih mencintai Tuhan dan dirinya melebihi kecintaannya akan uang, tetapi suami tetap beranggapan bahwa dia tak bisa hidup tanpa uang. Maka, isteri mengeluh: "Beginilah sakitnya jika menikah dengan suami yang agamawi dan tidak sungguh-sungguh mencintai Tuhan. Dia tidak bisa menafkahiku. Aku diusir dari rumah dan tak diperbolehkan masuk rumah. Semua pintu dikunci olehnya."

Sendiri tapi BahagiaMeskipun demikian, kusarankan dia bertahan dan tidak pergi dari rumah. Lantas dia mencongkel jendela hingga berhasil masuk ke dalam rumah tetapi suami malah marah-marah dan berusaha mengusirnya kembali. Setelah perdebatan yang terasa amat panjang, mereka pun berdamai. Namun, tak lama berselang keributan muncul lagi dan muncul lagi karena suaminya cenderung kekanak-kanakan dan hanya memikirkan diri sendiri.

Kemudian aku bercerita kepadanya tentang temanku yang lain: "Aku punya teman yang suaminya juga sepertimu. Suaminya tidak bekerja sehingga tidak menghasilkan uang. Suaminya pun tidak mau mendengarkan perkataan temanku itu. Namun, aku lihat temanku punya kebiasaan yang baik. Dia rajin ke gereja dan acapkali mulai tertekan, dia pun semakin sering ke gereja. Hingga kini dia masih berhasil mempertahankan pernikahannya hingga puluhan tahun."

Selanjutnya, aku pun menyarankan wanita tersebut untuk bersabar dan harus bisa lebih sabar daripada aku karena bagaimanapun juga suaminya pernah menjadi satu-satunya pilihan di dalam hidupnya. Namun, dia menyatakan bahwa dia tak bisa sesabar diriku.

Hehehe... yang benar saja. Aku ini tidak sabar sehingga aku hanya bisa meminta dia bisa lebih sabar dariku tetapi aku sendiri tak bisa melakukannya. Aku hanya bisa memberinya teladan untuk bersukacita tanpa uang. Aku tahu bagaimana rasanya menjalin hubungan dengan orang semacam itu sehingga aku tahu betapa sakit dan betapa kecewanya dia. Oleh karena itu, aku menggunakan teknik memancing kepiting agar segera terbebas dari mulut buaya sebelum aku ikutan 'gila' hingga sanggup membalas kejahatan dengan kejahatan. ^_^ Aku pun berhasil membuat kepiting mengeluarkanku dari rawa-rawa itu. Hip hip... hore!

melihat terang
Meskipun demikian, aku tak mungkin menyetujui keinginan wanita itu untuk bercerai karena kasus kami beda hubungan. Tuhan tidak mengizinkan perceraian suami isteri sedangkan Tuhan masih mengizinkan perpisahan karyawan dari bosnya. ^_^ Oleh karena itu, aku masih boleh meninggalkan lingkungan kerjaku setelah menyerahkan tongkat estafet kepada orang lain.
Yesaya 33:19 Tidak lagi akan kaulihat bangsa yang biadab itu, bangsa yang logatnya samar, sehingga tidak dapat dipahami, yang bahasanya gagap, sehingga tiada yang mengerti.

Namun, Tuhan tidak akan berkenan dengan perceraiannya. Lalu dia menjawab: "Aku tahu Tuhan tidak menghendaki perceraian, tetapi aku sudah tak tahan lagi hidup seperti ini." Aku hanya bisa berkata: "Sabarlah. Tuhan tidak akan mencobaimu melebihi batas kekuatanmu. Jika Dia memberimu suami semacam itu, Dia tahu kamu mampu menanggungnya karena kamu pun tahu pernikahan sebaiknya hanya sekali seumur hidup. Kamu tak bisa meninggalkannya untuk mencari yang lain."

Wanita itu menjawab: "Aku tidak akan mencari yang lain karena aku tahu pernikahan tuh deritanya seperti ini."  Wah, kelihatannya dia mulai trauma dengan pernikahan. Hmmm... bagaimana aku bisa membantunya jika aku sendiri tak bisa memberinya teladan kesabaran? Semoga Tuhan sendiri yang menguatkannya.

Ya beginilah keadaannya jika kita menjalin hubungan dengan orang agamawi. Tanpa sadar suami telah menutup berkat Tuhan atas keluarganya sendiri karena dia telah mengutamakan uang daripada Tuhan dan hubungannya.
Imamat 26:20 Maka tenagamu akan habis dengan sia-sia, tanahmu tidak akan memberi hasilnya dan pohon-pohonan di tanah itu tidak akan memberi buahnya.
Uang Besar
Mau punya banyak uang? Yakin hatimu sudah siap?
Sebaliknya, jika kita mendahulukan Tuhan, kita pun akan mendahulukan hubungan dengan sesama. Maka, sekalipun kita terjatuh dalam sebuah lubang, kita akan mendapati bahwa lubang tersebut adalah tambang emas. E, mas Yesus. E, mas Amin. E, mas Haleluya. E, mas Syalom. E, mas Kamsya. E, mas Terang. E, mas Iman. E, mas Sukacita. E, mas Duit, ternyata kamu ada di sini juga. Hahaha... banyak dech emasnya. Hahaha... terjadilah seturut imanmu.
Imamat 26:13 Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, supaya kamu jangan lagi menjadi budak mereka. Aku telah mematahkan kayu kuk yang di atasmu dan membuat kamu berjalan tegak."
PERCAYALAH KEPADA TUHAN
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Reff: Berbahagia orang-orang yang memperoleh hikmatnya, lebih berharga dari emas, perak, dan permata. Umur panjang di tangan kananmu, kekayaan, hormat di tangan kiri. Jalannya penuh damai sejahtera senantiasa.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.