Beberapa saat kemudian...
◆ Pemeriksa: "Laporannya sudah sesuai dengan sistem dan memang ada kesalahan."
▪ Bendahara: "Siapa yang salah?" (Hmmm... tampaknya ini pertanyaan paling penting yang jangan sampai lupa ditanyakan oleh bendahara.)
◆ Pemeriksa: "Koki yang salah catat resep. Ada yang salah kuantitas dan ada yang salah satuan ukuran, seperti gram dicatat kilogram sehingga over cost tetapi pemeriksa juga salah karena tidak mengecek atau kelolosan saat proses pengecekan. Kesalahan terjadi sebelum aku bergabung di padepokan ini."◆ Bendahara berkata kepada temannya sambil menunjuk pemeriksa: "Dia ini polos. Masa mau bilang 'saya yang salah'? Yang salah adalah yang membuat. Mana bisa menyalahkan orang yang mengecek?"
Polos? Emangnya apa yang salah jika pemeriksa merasa turut bertanggung jawab atas kesalahan koki? Bukankah pemeriksa emang dibayar untuk melakukan pengecekan terhadap catatan koki termasuk bertanggung jawab atas warisan kesalahan masa lalu? Lantas jika koki salah, masa hanya koki yang harus bertanggung jawab atas semua kesalahan tersebut? Mana ada orang yang bisa bekerja sempurna tanpa salah? Tentulah harus ada double check. Setiap orang bisa salah jika bekerja sendiri tanpa pengecekan. Dicek aja bisa salah, apalagi jika tidak dicek. Mana tanggung jawabnya?
◆ Bendahara: "Koki yang salah, tidak teliti. Kalau kerja salah-salah, ya seharusnya dipecat. Jika nanti koki juga menyalahkanmu karena tidak mengecek dengan baik, aku bisa membelamu tetapi jika kamu sendiri malah mengatakan bahwa kamu juga bersalah, tak ada yang bisa saya lakukan."
Kesalahan koki pasti tidak disengaja dan terbilang wajar karena yang diinput emang sangat banyak. Jika dari sekitar 9000 resep hanya salah belasan resep, masa tidak bisa dimaklumi? Jika bisa memaklumi kelemahan diri sendiri, seharusnya juga bisa lha memaklumi orang lain. Jika sampai pembuat laporan dipecat, pemeriksa pun sudah siap mengundurkan diri karena dia tak akan membiarkan koki keluar sendiri selama pemeriksa masih bertanggung jawab mengecek hasil kerjanya.
◆ Bendahara: "Sebelum laporan ini diperbaiki biar Prabu menegur koki dulu. Kalau kerjanya tidak salah-salah lagi, kamu juga enak."
Oh, kenapa hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau kelompok sendiri? Kita semua masih satu tim meskipun beda-beda fungsi atau talentanya. Selain itu, kita ini dibayar bukan untuk enak tetapi untuk menyelesaikan masalah. Jika mau enak, tentu harus belajar problem solving dulu agar bisa sama-sama menang.
Ah, pemeriksa masih bisa terima ketika harus bertanggung jawab sepenuhnya atas kesalahan pribadinya sekalipun kesalahannya seringkali disebabkan oleh penanggung jawab yang tidak mengajarinya atau tidak mengecek hasil kerjanya. Namun, pemeriksa tak akan membiarkan koki sendirian menanggung akibat kesalahannya karena bagaimanapun juga mengecek hasil kerja koki merupakan bagian dari deskripsi kerja pemeriksa. Jika pemeriksa gagal mengecek, dia juga merasa bersalah donk sehingga dia harus segera cari cara baru agar tidak kelolosan lagi. Lalu kenapa pemeriksa dibilang polos? Salahnya dimana?
1 Tesalonika 5:14-15 Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang. Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.
Yoel 3:10 Tempalah mata bajakmu menjadi pedang dan pisau-pisau pemangkasmu menjadi tombak; baiklah orang yang tidak berdaya berkata: "Aku ini pahlawan!"
KAU SEMANGATI AKU
Saat kuterjatuh dan jiwaku begitu rapuh
Saat datang masalah dan hatiku pun terbebani
Maka kuterdiam dan menanti di sini dalam sepi
Hingga Kau datang menemani
Reff:
Kau semangati aku hingga mampu kudaki gunung
Kau semangati aku 'tuk seberangi lautan badai
Aku kuat saat bersandar pada-Mu
Kau semangati aku 'tuk lakukan lebih dari yang bisa kubayangkan
0 komentar:
Post a Comment