Kamis pagi itu hatiku
menyanyikan lagu ini:
TANGAN KUAT yang MEMEGANGKU
Saat kusendiri tiada seorangpun yang
memperhatikanku seperti Kau Tuhan. Saat kuberjalan dalam lembah kelam kupercaya
Kau selalu sertaku.
Reff: Tangan kuat yang memegangku s'lalu
menuntunku. Ku tak mau jalan sendiri. Tuhan kuperlu kasih-Mu, kuperlu kuasa-Mu
sampai akhir hidupku.
Setelah berulang-ulang
menyanyikan lagu tersebut aku ingin menyanyikan lagu lain tetapi tetap saja
kembali ke lagu tersebut. Bahkan, hatiku terasa semakin bersemangat menyanyikan
refrain lagu itu hingga aku bertanya-tanya: "Ada
apa ya? Apa yang akan terjadi? Wah... tampaknya hari ini aku harus bersiap-siap
untuk melewati lembah kelam." Lantas aku berbahasa roh lalu hati
nuraniku berkata: "Jangan
takut. Aku menyertaimu. Jangan takut."
Beberapa jam kemudian bu T
berkata: "Pak H bertanya perihal
laporan biaya yang kemarin kamu berikan kepadanya. Apa benar ada yang biayanya
mencapai Rp300jt?" Seketika itu pak H meneleponku dan meminta dicetak
ulang laporan yang kemarin-kemarin itu karena laporan yang kuberikan kepadanya
telah diberikan ke bos besar.
Setelah kucetak ulang
laporannya kembali kusodorkan ke bu T sambil berkata: "Memang benar ada yang Rp300jt-an. Ini dia. Kuantitasnya..."
Astaga... seketika itu mataku terbuka. "1
rol? Tidak mungkin Rp300jt... pasti ada yang salah bu. Sebentar. Aku cek
lagi." Beberapa detik kemudian. "Iya
bu... aku salah rumus perkaliannya.
Seharusnya 1 rol hanya Rp3jt-an, bukan Rp300jt-an."
Bu T bertanya: "Pak F sudah tahu?" Jawabku: "Belum. Waktu itu aku cuma beritahu bu
T kalau pak H minta laporan tersebut dan laporan itu langsung kuberikan padanya
setelah kutunjukkan ke bu T. Maka, bu T langsung memintaku untuk mengakui
kesalahanku di depan pak F.”
"Pak F, kemarin pak H minta laporan biaya ini. Aku
sudah berikan kepadanya setelah kutunjukkan ke bu T dan ternyata aku salah
rumus perkalian untuk 1 periode. Saat itu kuantitasnya belum cocok karena ada
perbedaan masa pencatatan antara laporanku dengan laporannya. Jadi kupikir pak
H masih mencocokkan perbedaan masa pencatatan kuantitasnya tetapi ternyata
laporan sudah diberikan ke bos besar. Apa aku perbaiki?"
Jawab pak F: "Bos besar tidak akan lihat
kuantitasnya. Dia hanya melihat biayanya (Rp). Kemarin aku ditegur pak S karena
bos besar marah-marah. Pak S menanyakan siapa yang telah memberikan laporan
seperti itu. Ya... kamu perbaiki itu." Lalu aku memperbaikinya dan
menelepon pak H: "Sorry pak..." Pak H langsung bertanya: "Ada yang salah ya?" Jawabku: "Iya pak... aku ada salah rumus
perkalian. Ini sudah kubetulkan." Lalu dia memintaku untuk mengecek
semuanya sekali lagi.
Bu T pun menanyakan apakah pak F marah kepadaku karena
biasanya dia pasti marah tetapi kali ini dia tidak memarahiku. Bu T mengatakan
bahwa dia tidak sempat mengecek dan percaya kepadaku karena tahun lalu aku
telah mengerjakannya. Jawabku: “Tidak bu.
Tahun lalu pak F yang mengerjakan. Aku hanya mengecek perbedaan masa
pencatatannya.” Wah, kali ini aku memang salah dan kesalahanku juga telah
mengakibatkan banyak orang dimarahi oleh bos besar. Waduh, bodohnya aku. Kenapa
bisa sekonyol ini? Sungguh memalukan. Belum pernah aku seperti ini. Namaku
bakal disebut-sebut nich padahal kali ini aku
tidak ada niat menguji kesabaran mereka.
Jika aku gagal menyanyi, aku
masih bisa terima karena itu bukan bidang keahlianku tetapi jika aku gagal
dalam ketelitian, sungguh susah kuterima. Dulu aku ini terkenal dengan
ketelitianku yang melebihi Bibi Titi Teliti. Acapkali makan aku selalu sanggup
menyingkirkan semua biji cabe dan semua seledri yang nangkring di atas piringku,
termasuk yang paling kecil dan tak satu pun terlewatkan. Jika ada yang salah
input, seperti kurang koma atau kurang titik pun aku mengetahuinya sehingga
dulu aku sering kesal kepada mereka yang kurang teliti dan menganggap mereka
tidak mengecek pekerjaannya.
Namun, semenjak baptis Kristen
aku sudah belajar jingjae alias mulai
bisa mentolerir ketidaktelitian orang lain. Ketika ada biji cabe atau sedikit
seledri yang tertelan aku juga mulai bisa menerimanya tetapi kali ini kok
efeknya sampai seperti ini? Aku selalu copy
paste semua rumus tetapi kenapa untuk 1 periode itu aku bisa salah rumus?
Kenapa aku bisa tidak copy paste
untuk 1 periode itu? Apa yang menutupi
mataku pada hari itu?
Oh Tuhan, kenapa aku juga tidak
diberitahu sejak awal sebelum laporan kusampaikan ke pak H? Kenapa baru
memberitahuku bahwa ada yang tidak beres setelah nasi menjadi bubur? Ouch...
ini sungguh memalukan. Hahaha... untunglah sejak aku berangkat kerja Engkau
sudah menyiapkan hatiku dengan lagu di atas tadi. Maka, hari ini aku sungguh
siap untuk dimarahi oleh mereka semua yang telah dimarahi oleh bos besar.
Namun, siapa sangka pak F dan pak H tidak marah.
Ya, mungkin hari ini tak
seorang pun sempat memarahiku karena mereka semua masih sibuk mijit yang
penting-penting alias meeting. Lalu
aku ingat bahwa Tuhan Yesus tetap menyertaiku sekalipun aku tidak punya
apa-apa. Jadi, sekalipun aku kehilangan gelar ketelitianku dan kehilangan
keahlianku, aku bisa yakin bahwa aku masih disertai oleh-Nya. Buktinya tadi
pagi Roh Kudus memberiku lagu 'Tangan Kuat yang Memegangku'. Hahaha... Tuhan
masih menepati janji-Nya di Yesaya 41. ^_^ Hahaha... Asal ada Tuhan di sisiku,
tenanglah hatiku. ^_^
Yesaya 41:13 Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau."Namun, jika hari ini mereka tidak sempat marah, bagaimana dengan esok hari? Pada malam harinya aku mendengarkan khotbah Ps. Philip Mantofa yang berjudul 'Kasih itu Sabar'. Di video ini dia mengatakan bahwa selain sabar kepada orang lain dan Tuhan, kita juga harus sabar terhadap diri sendiri dan seringkali kita sulit bersabar terhadap orang lain karena kelemahan orang tersebut merupakan kelebihan kita. Jika kita bisa sabar terhadap diri sendiri, kita juga bisa sabar terhadap orang lain. Hahaha... sabar terhadap diri sendiri? Iya... ya... ini belum pernah kupikirkan. ^_^ Oke dech...^.^
0 komentar:
Post a Comment