Saturday, August 26, 2017

Hadapi Masalah dengan Tangan Kuat yang Memegangku

Kamis pagi itu hatiku menyanyikan lagu ini:
TANGAN KUAT yang MEMEGANGKU
Saat kusendiri tiada seorangpun yang memperhatikanku seperti Kau Tuhan. Saat kuberjalan dalam lembah kelam kupercaya Kau selalu sertaku.
Reff: Tangan kuat yang memegangku s'lalu menuntunku. Ku tak mau jalan sendiri. Tuhan kuperlu kasih-Mu, kuperlu kuasa-Mu sampai akhir hidupku.
Setelah berulang-ulang menyanyikan lagu tersebut aku ingin menyanyikan lagu lain tetapi tetap saja kembali ke lagu tersebut. Bahkan, hatiku terasa semakin bersemangat menyanyikan refrain lagu itu hingga aku bertanya-tanya: "Ada apa ya? Apa yang akan terjadi? Wah... tampaknya hari ini aku harus bersiap-siap untuk melewati lembah kelam." Lantas aku berbahasa roh lalu hati nuraniku berkata: "Jangan takut. Aku menyertaimu. Jangan takut."

Beberapa jam kemudian bu T berkata: "Pak H bertanya perihal laporan biaya yang kemarin kamu berikan kepadanya. Apa benar ada yang biayanya mencapai Rp300jt?" Seketika itu pak H meneleponku dan meminta dicetak ulang laporan yang kemarin-kemarin itu karena laporan yang kuberikan kepadanya telah diberikan ke bos besar.

Hadapi Masalah
Setelah kucetak ulang laporannya kembali kusodorkan ke bu T sambil berkata: "Memang benar ada yang Rp300jt-an. Ini dia. Kuantitasnya..." Astaga... seketika itu mataku terbuka. "1 rol? Tidak mungkin Rp300jt... pasti ada yang salah bu. Sebentar. Aku cek lagi." Beberapa detik kemudian. "Iya bu... aku salah rumus perkaliannya. Seharusnya 1 rol hanya Rp3jt-an, bukan Rp300jt-an."

Bu T bertanya: "Pak F sudah tahu?" Jawabku: "Belum. Waktu itu aku cuma beritahu bu T kalau pak H minta laporan tersebut dan laporan itu langsung kuberikan padanya setelah kutunjukkan ke bu T. Maka, bu T langsung memintaku untuk mengakui kesalahanku di depan pak F.”

"Pak F, kemarin pak H minta laporan biaya ini. Aku sudah berikan kepadanya setelah kutunjukkan ke bu T dan ternyata aku salah rumus perkalian untuk 1 periode. Saat itu kuantitasnya belum cocok karena ada perbedaan masa pencatatan antara laporanku dengan laporannya. Jadi kupikir pak H masih mencocokkan perbedaan masa pencatatan kuantitasnya tetapi ternyata laporan sudah diberikan ke bos besar. Apa aku perbaiki?"

Jawab pak F: "Bos besar tidak akan lihat kuantitasnya. Dia hanya melihat biayanya (Rp). Kemarin aku ditegur pak S karena bos besar marah-marah. Pak S menanyakan siapa yang telah memberikan laporan seperti itu. Ya... kamu perbaiki itu." Lalu aku memperbaikinya dan menelepon pak H: "Sorry pak..." Pak H langsung bertanya: "Ada yang salah ya?" Jawabku: "Iya pak... aku ada salah rumus perkalian. Ini sudah kubetulkan." Lalu dia memintaku untuk mengecek semuanya sekali lagi.

Bu T pun menanyakan apakah pak F marah kepadaku karena biasanya dia pasti marah tetapi kali ini dia tidak memarahiku. Bu T mengatakan bahwa dia tidak sempat mengecek dan percaya kepadaku karena tahun lalu aku telah mengerjakannya. Jawabku: “Tidak bu. Tahun lalu pak F yang mengerjakan. Aku hanya mengecek perbedaan masa pencatatannya.” Wah, kali ini aku memang salah dan kesalahanku juga telah mengakibatkan banyak orang dimarahi oleh bos besar. Waduh, bodohnya aku. Kenapa bisa sekonyol ini? Sungguh memalukan. Belum pernah aku seperti ini. Namaku bakal disebut-sebut nich padahal kali ini aku tidak ada niat menguji kesabaran mereka.

Jika aku gagal menyanyi, aku masih bisa terima karena itu bukan bidang keahlianku tetapi jika aku gagal dalam ketelitian, sungguh susah kuterima. Dulu aku ini terkenal dengan ketelitianku yang melebihi Bibi Titi Teliti. Acapkali makan aku selalu sanggup menyingkirkan semua biji cabe dan semua seledri yang nangkring di atas piringku, termasuk yang paling kecil dan tak satu pun terlewatkan. Jika ada yang salah input, seperti kurang koma atau kurang titik pun aku mengetahuinya sehingga dulu aku sering kesal kepada mereka yang kurang teliti dan menganggap mereka tidak mengecek pekerjaannya.

Namun, semenjak baptis Kristen aku sudah belajar jingjae alias mulai bisa mentolerir ketidaktelitian orang lain. Ketika ada biji cabe atau sedikit seledri yang tertelan aku juga mulai bisa menerimanya tetapi kali ini kok efeknya sampai seperti ini? Aku selalu copy paste semua rumus tetapi kenapa untuk 1 periode itu aku bisa salah rumus? Kenapa aku bisa tidak copy paste untuk 1 periode itu? Apa yang menutupi mataku pada hari itu?

Terima Kasih Tuhan
Oh Tuhan, kenapa aku juga tidak diberitahu sejak awal sebelum laporan kusampaikan ke pak H? Kenapa baru memberitahuku bahwa ada yang tidak beres setelah nasi menjadi bubur? Ouch... ini sungguh memalukan. Hahaha... untunglah sejak aku berangkat kerja Engkau sudah menyiapkan hatiku dengan lagu di atas tadi. Maka, hari ini aku sungguh siap untuk dimarahi oleh mereka semua yang telah dimarahi oleh bos besar. Namun, siapa sangka pak F dan pak H tidak marah.

Ya, mungkin hari ini tak seorang pun sempat memarahiku karena mereka semua masih sibuk mijit yang penting-penting alias meeting. Lalu aku ingat bahwa Tuhan Yesus tetap menyertaiku sekalipun aku tidak punya apa-apa. Jadi, sekalipun aku kehilangan gelar ketelitianku dan kehilangan keahlianku, aku bisa yakin bahwa aku masih disertai oleh-Nya. Buktinya tadi pagi Roh Kudus memberiku lagu 'Tangan Kuat yang Memegangku'. Hahaha... Tuhan masih menepati janji-Nya di Yesaya 41. ^_^ Hahaha... Asal ada Tuhan di sisiku, tenanglah hatiku. ^_^
Yesaya 41:13 Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau."
Namun, jika hari ini mereka tidak sempat marah, bagaimana dengan esok hari? Pada malam harinya aku mendengarkan khotbah Ps. Philip Mantofa yang berjudul 'Kasih itu Sabar'. Di video ini dia mengatakan bahwa selain sabar kepada orang lain dan Tuhan, kita juga harus sabar terhadap diri sendiri dan seringkali kita sulit bersabar terhadap orang lain karena kelemahan orang tersebut merupakan kelebihan kita. Jika kita bisa sabar terhadap diri sendiri, kita juga bisa sabar terhadap orang lain. Hahaha... sabar terhadap diri sendiri? Iya... ya... ini belum pernah kupikirkan. ^_^ Oke dech...^.^

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.