Catatan Ibadah ke-1 Minggu 20 Agustus 2017
Email Senin, 14 Agustus 2017 disetujui Bapa ^_^ ...hahaha... biar dia semakin mirip Bapa dulu ^_^ Sabar ye...^.^
Ujian
Kita Serupa tetapi Beda Kelas
SELIDIKI AKU
Selidiki aku, lihat hatiku: apakah
kusungguh mengasihi-Mu Yesus. Kau yang Maha Tahu dan menilai hidupku. Tak ada
yang tersembunyi bagi-Mu.
Reff: T’lah kulihat
kebaikan-Mu yang tak pernah habis di hidupku. Kuberjuang sampai akhirnya Kau
dapati aku tetap setia.
Mazmur 139:23-24 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
○ Ujian Kesabaran ○
Amsal 16:32 Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.
Sabar itu
ilmu tingkat tinggi.
Belajarnya
setiap hari.
Latihannya
setiap saat.
Ujiannya
sering mendadak.
Sekolahnya
seumur hidup.
Sabar itu
rasanya sangat pahit bagai empedu, tetapi buahnya sangat manis bagai madu.
○ Padamkan Amarah ○
Efesus 4:26-27 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.
Hmmm...
Kulihat di sini matahari telah terbenam. Jadi, seharusnya amarahmu juga telah
padam. ^_^
Ko, dulu ada yang bercerita bahwa kamu selalu mendiamkan
orang-orang yang membuatmu kesal atau marah hingga berhari-hari lamanya. Kala
itu aku tak percaya karena saat jumpa pertama kamu sungguh ramah. (^^) Namun,
setelah melihat dan mengalaminya sendiri, mau tak mau kuharus percaya.
Untunglah kamu berjumpa dengan kembaranmu yang tidak identik ini...^.^
Hehehe... dulu aku pun pernah sepertimu. Dulu saat marah
aku bisa mendiamkan seseorang hingga berbulan-bulan atau minimal hingga orang
yang bersangkutan mengalah kepadaku dengan meminta maaf. Namun, ada kalanya aku
tetap marah sekalipun orang tersebut sudah meminta maaf dan aku hanya berkata
di dalam hati: “Percuma minta maaf kalau
nanti diulangi lagi. Aku tidak butuh maafmu.” Namun, suara hatiku tentu
saja tak terdengar oleh musuh-musuhku itu. Oleh karena itu, mereka yang
membuatku marah atau kesal seringkali harus menebak-nebak isi hatiku. Dengan
mendiamkan mereka aku berharap mereka memahami kesalahan mereka sendiri.
>> Dalamnya Lautan Dapat Diukur tetapi Dalamnya Hati Siapa Tahu. <<
Yach, seiring berjalannya waktu kutemukan fakta bahwa tidak
semua orang bisa menerka isi hati kita dan dasar kebenaran tiap orang juga bisa
berbeda. Sesuatu yang kita anggap salah atau menyebalkan, bisa saja dianggap
tak masalah oleh orang lain karena adanya perbedaan cara pandang. Kita juga
tidak bisa berharap agar semua orang menyenangkan kita karena kebanyakan orang
pasti mengharapkan hal yang sama. Di
sinilah kita harus belajar mengalah.
>> Tuhan, semoga aku ingin memahami daripada dipahami. <<
Aku pun mulai mempelajari perbedaan karakter manusia. Ada
orang yang suka bercanda sehingga hal-hal formal pun dijadikan bahan candaan
tetapi sebaliknya ada orang yang sangat serius sehingga candaan ringan pun bisa
membuatnya tersinggung. Jika tidak memahami perbedaan karakter kita dengan
mereka, perselisihan mungkin saja terjadi.
>> Gajah di Pelupuk Mata Tak Kelihatan tetapi Kuman di Seberang Lautan Kelihatan. <<
Yach, akhirnya kusadari pula bahwa setiap orang cenderung
lebih mampu melihat kesalahan orang lain daripada kesalahan dirinya sendiri.
Padahal, ketika satu jari menunjuk orang lain, empat jari akan menunjuk ke diri
kita. Maka, sebelum aku marah hingga mendiamkan orang lain berbulan-bulan
lamanya, aku pun mencoba instrospeksi diri terlebih dahulu. Kemudian kutuliskan
semua kekesalanku yang tak mampu kuucapkan dengan kata-kata dan kupaksakan
diriku untuk mendoakan musuh-musuhku itu.
>> Musuh Terbesar Kita adalah Diri Sendiri. <<
Jadi, kita tidak bisa memaksa orang lain berubah menjadi
seperti keinginan kita. Perubahan harus dimulai dari diri sendiri dan dalam hal
ini Roh Kudus selalu siap membantu kita. Ketika aku berdoa, Tuhan pun turun
tangan dan menyentuh hatiku dengan kasih-Nya. Namun, ketika hati mulai menjauh
dari Tuhan, tentu saja kemarahan susah diredam. Maka, acapkali masih sulit
berdoa, aku pun memuji dan menyembah Tuhan terlebih dahulu. Pada saat kita
benar-benar tak ingin memuji dan menyembah Tuhan, justru inilah waktu yang
paling tepat untuk memuji dan menyembah-Nya. Putar saja lagu-lagu rohani
Kristen sekalipun awalnya terasa berat didengar tetapi selanjutnya akan semakin
mudah dilakukan.
Roma 12:18, 21 Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
Amsal 10:17 Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.
_
Ujian Kerendahan Hati _
~ Bagaikan Padi, Semakin Berisi Semakin Merunduk.
~ Tiada Gading yang Tak Retak.~
Bagaimanapun juga haruslah kita akui bahwa segala milik
kita, termasuk keahlian kita berasal dari Tuhan. Setiap orang pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan sehingga bisa saling melengkapi, tak perlu minder, dan
tak perlu sombong. Jika aku bisa menulis dengan lancar, belum tentu kamu bisa.
Namun, aku tak bisa berbicara selancar
dirimu, terutama di depan banyak orang. Kenali diri kita sebelum mengenali
musuh kita. Jika mampu mengenal diri kita dengan baik, sulit bagi orang lain
untuk melukai diri kita.
Jangan lupa! Kita
ini sama-sama anak Tuhan, bro. Sekalipun kita tak sempurna, Tuhan mengasihi
kita. Sekalipun Tuhan membenci dosa, Dia tak pernah membenci pendosa. Jadi,
apapun kritik atau komentar yang orang lain ucapkan, tak perlu lha menimbulkan
luka atau amarah di hati kita. Jika terlanjur terluka, cepatlah pulih karena
ada Yesus yang selalu menyertai kita senantiasa hingga akhir zaman apapun
kondisi kita saat ini.
Selamat menempuh ujian kehidupan bersama Yesus. GBU ^_^
0 komentar:
Post a Comment