Philip Mantofa: "Tuhan sudah mengalahkan Setan, tapi pastikan anda tidak mengalah dengan Iblis. Jangan pernah biarkan komitmen anda terhadap Kristus goyah."
Ah, kata-kata tersebut
membuatku teringat akan kekonyolanku di masa lalu hingga tadi malam aku melihat
pula korban kekonyolanku tersenyum di dalam mimpiku. Ouch... Dari dulu aku tahu
bahwa Tuhan sudah mengalahkan setan tetapi kenapa iblis tetap kuat dan tak
mudah dikalahkan manusia sekalipun manusia itu disertai oleh Tuhan? Jangan
remehkan iblis lho jika tak ingin mengalami kekonyolan kisah ini.
Suatu malam aku tengah menonton
film di TV sendirian. Kala itu aku mendengar tokoh wanitanya berkata kepada
seorang pria: "Aku membencimu sejak pada pandangan pertama."
Hahahahahaha... aku pun spontan tertawa seraya berkata: "Aku percaya ada cinta pada pandangan pertama yang membuat tahi
kucing berasa coklat sehingga aku selalu waspada agar tidak jatuh ke dalamnya
tetapi mana bisa benci pada pandangan pertama? Untuk mencintai seseorang
mungkin tidak dibutuhkan alasan karena terkadang cinta itu tak ada logika
tetapi untuk membenci seseorang seharusnya ada alasan terlebih dahulu.
Hahahaha... ada-ada saja nich... tidak masuk akal."
Beberapa minggu kemudian aku
mulai masuk kuliah dan sekitar sehari setelah itu aku melihat kedatangan
seorang kakak pembina pada masa orientasi mahasiswa. Pagi itu tanpa
memperkenalkan dirinya dia langsung memarahi salah satu teman sekelompokku.
Maka, tanpa sadar seketika itu juga aku
langsung membencinya. Aku pun ingin membalasnya tetapi aku tidak berani
karena aku masih yunior.
Beberapa hari kemudian aku
teringat akan film tadi. Oh, inikah yang
namanya benci pada pandangan pertama? Ternyata ada hal semacam ini.
Jangan-jangan saat itu aku tidak menonton TV sendirian. Jangan-jangan saat itu
iblis ikut menonton lalu mendengarku tertawa sehingga si ular tua itu merasa
diremehkan dan mau unjuk gigi. Aduh, sekarang bagaimana caranya menyingkirkan
kebencian ini? O... Yesus pernah mengatakan bahwa kebencian bisa dikalahkan
dengan kasih. Jika aku bisa mengasihinya, tentu aku bisa lepas dari kebencian
ini.
Namun, bagaimana aku bisa mengasihinya? Jika orang lain tidak perlu alasan
untuk mengasihi, aku sich perlu alasannya terlebih dahulu karena bagiku tak
kenal maka tak sayang. Selain itu, aku tetap harus menjaga hatiku dengan segala
kewaspadaan agar tidak menganggap tahi kucing sebagai coklat sehingga aku harus
punya alasan untuk mengasihi seseorang. Kutipannya: cinta pun harus dilogika.
Hmmmm... mmmm... aha... aku akan mencari tahu kebaikannya agar bisa berhenti
membencinya.
Observasi pun mulai dilakukan
tetapi hasilnya sungguh mengecewakan. Aku temukan bahwa dia pintar hingga
menjadi salah seorang asisten dosen pula. Namun, kutemukan bahwa dia perokok
dan berpikiran sempit. Di kampus ada seorang dosen wanita yang galak dan dia
beranggapan bahwa dosen itu galak karena tidak menikah. Aku benci penilaian
semacam ini. Galak atau jahat tak bisa dikaitkan dengan status seseorang dan
ada banyak alasan yang membuat seseorang tidak menikah. Jadi, dia tidak berhak
menilai dosen tersebut berdasarkan sebuah persepsi pribadinya yang sempit itu.
Seharusnya dia melihat dari banyak perspektif.
Tak kenal maka tak sayang. Namun, semakin kenal juga bisa semakin benci. Aku
benar-benar tak bisa menyingkirkan kebencianku sehingga aku mencari cara untuk
membalasnya tetapi aku hanya bisa menunggu hingga dia lulus kuliah karena
sebagai yunior aku tak punya keberanian melawan senior. Maka, kucari tahu
data-data pribadinya terlebih dahulu dan kusimpan.
Nah, setelah dia lulus aku buat
dia penasaran dengan sms misterius hingga dia mengajak bertemu di sebuah mall.
Aku pun menemuinya bersama sepupuku dan setelah pertemuan tersebut tiba-tiba aku berpikir untuk menyudahi
kebencianku yang tidak masuk akal. Maka, aku meminta alamat emailnya untuk
mengakui semuanya. Di dalam email tersebut aku ceritakan bahwa aku telah
membencinya pada pandangan pertama dan aku pun mengemukakan semua alasanku.
Setelah membaca emailku yang
panjang lebar dia pun mengirimkan pesan singkat yang intinya menyatakan
pembelaan dirinya dan sekaligus menyatakan bahwa dia tidak keberatan jika aku
membencinya. Aku lega membacanya. Kini, semua sudah berakhir. Aku tak perlu
membencinya lagi dan tak perlu menghubunginya lagi. Semenjak saat itu aku amat
berhati-hati dalam menertawakan sesuatu dan aku juga tidak berani meremehkan
iblis. Sekalipun Yesus telah mengalahkan
iblis, aku tetap tak bisa meremehkan iblis karena dia sudah hidup ribuan
tahun dan ternyata masih banyak hal yang belum kuketahui.
Yakobus 4:7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
Kemudian seiring berjalannya
waktu aku menemukan kutipan yang berbunyi: "Jika ada yang menyakitimu, tulislah di
atas pasir. Jika kau menerima kebaikan, pahatlah di atas batu."
Oleh karena itu, aku telah lama menghapus semua email dan tulisan kebencianku
terhadap kakak tadi agar aku tidak mengingat-ingat peristiwa konyol tersebut.
Fiuh, untunglah saat itu si kakak yang percaya hukum karma juga bisa
memaklumiku sehingga dia pun tidak membalas kebencianku dengan kebencian pula.
^_^
DIA SELALU ADA
Satu persatu kubuka lembar hidupku
terbayang betapa berdosanya aku. Aku mencoba melawan ini sendiri tetapi tak
sanggup ku terjatuh lagi. Ternyata aku s’lalu melupakan Dia ada mengulurkan
tangan.
Reff: Dia s’lalu ada dengan cinta-Nya
menembus hatiku, menyelamatkanku. Dia s’lalu bisa menunjukkan cara agar
kupercaya Dia s’lalu ada.
0 komentar:
Post a Comment