Catatan Ibadah ke-1 Minggu 09 Juli 2017
Seringkali kita tidak memahami
perintah Tuhan dalam usaha kita bertumbuh. Namun, kita bisa belajar dari
Abraham di dalam Kejadian 22. Ketika berusia 114 tahun, dia diminta
mempersembahkan anak tunggalnya yang bernama Ishak (14 tahun). Dia pun taat.
Sekalipun mungkin dia tidak mengerti akan hal itu dan tidak ada orang-orang
yang bisa mendoakannya, dia tidak banyak bertanya.
Ishak juga luar biasa. Dia bisa
saja melarikan diri atau meronta-ronta di mezbah bakaran atau tawar menawar
dengan Abraham: "Saya tidak mau
dikorbankan karena saya masih muda. Apa ayah tidak salah dengar suara Tuhan?
Bagaimana jika ayah salah dan saya sudah terlanjur disembelih? Ayah saja yang
berkorban karena usia ayah hanya sisa sedikit sedangkan saya masih muda."
Jika Ishak melawan ayahnya, bisa saja Abraham nggelundung (terjatuh dan terguling-guling menuruni gunung) lalu
meninggal. Maka, kisah Alkitab akan berubah... hehehe...
Namun, Ishak taat karena keteladanan Abraham. Abraham pun berkata dengan
yakin kepada bujangnya bahwa mereka akan pergi bersama dan kembali bersama.
Kita pun mengetahui akhir kisahnya, yaitu Tuhan sudah menyiapkan domba jantan
sebagai pengganti Ishak. Oleh karena itu, untuk mengikuti Tuhan dibutuhkan
komitmen dan ketaatan, terutama pada saat kita tidak mengerti kehendak-Nya.
Uang kita tidak bisa menyogok atau menyuap Tuhan karena
Dia hanya akan berkenan dengan persembahan hati kita. Namun, persembahan hati kita di gereja hanyalah sebagian
kecil. Persembahan kita sebenarnya terjadi setelah ibadah, yaitu saat kita
berkomitmen dan melakukan komitmen kita, seperti untuk meninggalkan
selingkuhan, mengampuni, atau meninggalkan pikiran-pikiran jorok. Inilah bau
yang harum bagi Tuhan.
Matius 5:23-24 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
Di sebuah gereja kecil ada
kesempatan bagi jemaat untuk memberi kesaksian di mimbar. Jika di gereja besar
seperti ini, kita tidak bisa memberi kesempatan kepada jemaat untuk bersaksi di
mimbar karena pasti banyak yang mau bersaksi dan waktunya akan habis untuk
kesaksian saja.
Nah, di gereja kecil tadi
seorang pebisnis bersaksi bahwa Tuhan itu baik dan amat baik sekalipun dia
ditipu oleh teman bisnisnya yang berada di dalam gereja yang sama dengannya.
Saat itu teman bisnisnya juga hadir mendengar kesaksiannya. Karena tidak mau
kalah, dia pun bersaksi bahwa dia telah difitnah dan dia yakin bahwa Tuhan akan
membalas orang yang telah memfitnahnya karena pembalasan adalah hak Tuhan.
Tak lama setelah bersaksi di
mimbar, teman bisnisnya langsung stroke tepat pada saat turun dari mimbar.
Seketika itu juga pebisnis menertawakan temannya. Di dalam perjalanan pulang
dari gereja pebisnis terpengaruh iblis hingga mengalami kecelakaan dan salah
satu kakinya harus diamputasi. Inilah akibatnya jika mimbar dijadikan ajang
balas membalas.
Roma 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
0 komentar:
Post a Comment