Sunday, June 25, 2017

Pengalaman Pertama Kami

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 25 Juni 2017

Ketika pertama kali ikut CG, ko Fuji diantar seorang teman dengan sepeda motor hingga ke depan pintu tempat CG. Lalu temannya menjemput teman lain lagi. Karena tidak berani masuk ke dalam rumah asing sendirian, ko Fuji duduk di trotoar menunggu teman yang mengajaknya. Untung ko Fuji tidak kabur. Jangan lakukan ini kepada jiwa baru. Sebaiknya antar dia masuk dan perkenalkan terlebih dahulu dengan orang-orang yang ada di dalam rumah tersebut. Lalu di dalam CG ko Fuji juga sempat ketakutan ketika harus bergantian membaca ayat-ayat di Alkitab.

Ketika mendapat hukuman di dalam permainan yang diadakan di CG, dia pun merasa malu. Oh, sejak kecil aku pun selalu menjumpai permainan dengan hukuman dan ketakutanku tentu saja melebihi ko Fuji sehingga tiap kali harus terlibat dalam permainan tersebut, aku selalu berdoa berulang kali hingga permainan berakhir: “Tuhan, tolong aku. Jangan sampai aku dihukum. Tolong aku...” Ketika berbuat salah, aku pun berseru kepada Tuhan dengan doa serupa itu. Doa ini pun terus merasuki pikiranku bahwa aku tidak mau dihukum sekalipun hanya dalam permainan.

Nah, ketika pulang dari hari pertama masuk kuliah, sempat ada seorang ibu penjual es bertanya: “Kamu di Hukum?”, segera saja kujawab: “Tidak bu... aku tidak dihukum, tetapi ada yang dihukum.” Ibu itu tampak bingung sehingga memaksaku berpikir dan berpikir. Setelah dia tak terlihat olehku, barulah aku menyadari sesuatu. Hahaha... mungkin ibu itu tadi bertanya: “Apakah aku kuliah di Fakultas Hukum?” Hahaha... jawabanku sungguh konyol tetapi sepertinya masih masuk akal juga ya karena aku memang tidak kuliah di Fakultas Hukum.

Syukur kepada Tuhan
Ketika pertama kali mengikuti CG umum yang isinya orang-orang tua, tidak ada permainan, hanya pembacaan firman, sharing pengalaman, dan makan malam. Namun, aku tidak kembali ke CG itu karena aku ingin CG yang seusia. Aku mendaftar offline dan online agar dapat mengikuti CG seusia tetapi aku tak pernah ditelepon yang sesuai lokasi. Tak lama berselang salah satu temanku meminta saran permainan untuk CG-nya. Dia bercerita bahwa setiap peserta CG harus menyiapkan permainan dengan hukuman dan gilirannya tiba pada pertemuan CG selanjutnya. Jadi, di dalam CG juga ada permainan dengan hukuman? Oh syukurlah tak ada yang meneleponku untuk ikut CG lagi. Ternyata Tuhan tahu apa yang menantiku di CG bukanlah sesuatu yang bisa kutanggung... hehehe...

Kemudian ko Fuji juga bercerita bahwa setelah bertobat dia pun memutuskan bahwa dia akan berbicara seperti pengkhotbah. Lantas dia diminta menjadi MC dalam suatu acara ulang tahun. Dia pun berkata: “Nanti setelah tiup lilin, kita nyanyikan lagu ulang tahun. Sekarang tiup lilinnya.” Lilin pun ditiup dan seketika ko Fuji bernyanyi:“Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun dan tahun baru.” (sesuai nada lagu ‘Selamat hari Natal dan tahun baru’) Kenapa ko Fuji lancar bernyanyi seperti ini? Karena grogi. Sontak semua orang tertawa termasuk pembimbingnya. Iya... kadang-kadang ada peristiwa memalukan semacam ini. Bahkan, ko Fuji juga selalu memejamkan mata dan menghadap ke samping mimbar saat harus menjadi pemimpin pujian.

Iya... sewaktu SMP aku juga dipaksa mengikuti lomba cerdas cermat P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Saat itu diajukan sebuah pertanyaan sederhana kepadaku: “Apa nama lain P4?” Ratusan pasang mata memandangku dan menunggu jawabanku sehingga aku menjawab: “Pancasila” dan semua orang langsung tertawa, termasuk guru-gurunya. Hahaha... aku juga tahu jawabannya bukan itu tetapi karena grogi aku jadi menjawab seperti itu. Di dalam ujian tertulis aku bisa menjawab dengan benar: Eka Prasetya Pancakarsa tetapi jika diperhatikan oleh banyak pasang mata, ya harap maklum kalau jawabannya salah.

Mereka yang tidak ikut tampil sebagai peserta tentu bisa dengan mudah berkata: “Aduh, sayang sekali. Itu mudah sekali kok sampai salah menjawab sich?” Padahal, mereka pun juga bisa salah menjawab jika grogi. Jadi, biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Setidaknya setelah kejadian itu tak ada lagi yang memaksaku mengikuti lomba-lomba. ^_^ Oleh sebab berbagai hal memalukan semasa SMP, aku juga enggan mengikuti reuni SMP sekalipun aku yakin bahwa teman-temanku sudah tak mengingat semua peristiwa itu. Ah, aku masih mengingatnya... hahaha... ihihihi... huhuhu... hehehe... hohoho... warna-warninya masa transisi... xixixi... masa pencarian jati diri.

Semasa SMA aku nyaris ditunjuk lagi untuk mengikuti lomba cerdas cermat oleh seisi kelas. Untung bu guru berkata: “Untuk mengikuti lomba, tidak cukup hanya pintar, tetapi juga harus berani tampil di depan umum. Rully berani?” Tentu saja langsung kujawab: “Tidak bu”. Maka, orang lain yang terpilih. Fiuh... senangnya punya bu guru yang pengertian. ^_^

YESUS PADA-MU KUBERSERU
Kau Tuhan penolong dalam hidupku. Kupercaya hanya kepada-Mu. Kau pegang tanganku dan tuntun langkahku. Yesus, Kau perlindunganku.
Kau Tuhan kekuatan dalam hidupku. Penolongku dalam kesesakan. Kau gunung batuku dan pertahananku. Yesus, Kau kemenanganku
Reff: Yesus pada-Mu kuberseru. Kaulah penyelamatku. Terpujilah Kau Tuhanku. Mulutku memuji nama-Mu s'panjang umur hidupku. Terpujilah Kau Tuhanku di atas segalanya.
Bridge: Kaulah sumber kuatku. Kaulah kehidupanku. Kaulah pertahananku. Kupercaya pada-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.