Catatan Ibadah ke-3 Minggu 7 Mei 2017
30 Maret 2017 tiba-tiba blogku
mendapatkan pesan dari seorang wanita asing yang minta didoakan. Dia tidak
menyebutkan namanya tetapi dari alamat emailnya aku bisa menebak namanya. Dia
menulis demikian:
"tolong doakan saya pak
saya ingin membatalkan pernikahan kedua suami
saya
melalui doa, tolong bantu saya mendoakannya
pak pestanya hari kamis tgl 4 april 2017
saya ingin batal pak karna saya tidak
terima di madu pak. nama suami saya XXXXXXXXX pak. sebelum dan sesudahnya
trima kasih pak"
Wah, bagaimana bisa dia minta kudoakan padahal dia belum
mengenalku? Bahkan, dia pun
belum mengetahui bahwa aku ini tidak akan pernah menjadi bapak tetapi dengan
yakinnya dia memanggilku 'pak'. Oke, tak masalah dengan panggilanku. Aku
memahami perasaannya. Tentulah menyakitkan bila suaminya menikah lagi dengan
wanita lain. Aku pernah berdoa secara tersembunyi untuk membatalkan pernikahan kedua seseorang yang keluarganya telah kukenal dengan baik dan berhasil. Aku
pun tahu saat itu ada orang lain yang juga turut berdoa sesuai imannya. Jadi,
itu bukan kemenangan pribadiku.
Meskipun demikian, kuberanikan
diriku untuk mendoakan wanita tersebut sesuai permintaannya. Untuk menguatkan
dirinya, kuberikan ayat berikut ini:
Mazmur 37:5 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;
Roma 10:11 Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan."
1 Tesalonika 5:17 Tetaplah berdoa.
Namun, tak ada balasan pesan
dari wanita itu hingga hari ini. Kemungkinan besar aku gagal membatalkan
pernikahan kedua suaminya karena jika aku berhasil, tentulah dia memberikan
suatu testimoni. Apa aku salah berdoa
karena belum mengenalnya dengan baik? Apa aku kurang peka? Entahlah tetapi
aku yakin bahwa aku telah berdoa seturut kehendak-Nya karena Tuhan tidak
mengizinkan pria punya isteri lebih dari satu. Lihat saja kemalangan Daud dan
Salomo karena tidak setia kepada isteri masa mudanya.
Mungkinkah saat itu aku perlu meminta foto mereka
terlebih dahulu? Hmmm... sebagai
mak comblang aku tahu gunanya foto tetapi sebagai pendoa ya garuk-garuk
kepala... hehehe... Setahuku ada pendoa yang berdoa sambil tumpang tangan di
atas foto tetapi kata-kata doanya seperti apa ya? Oh Tuhan, aku tak tahu harus
berdoa seperti apa.
Pada suatu sesi retreat Fourth Dimension tiba-tiba Pdm.
Yenny Verodika meminta jemaat mencari partner sejenis (pria dengan pria dan
wanita dengan wanita) yang belum pernah kita kenal. Lalu kita diminta melatih kepekaan dengan mendoakan partner kita itu.
Seorang wanita di sebelah kiriku berkata kepadaku: "Ce, aku sama kamu saja ya". Aku pun mengiyakan
permintaannya sekalipun aku merasa tak yakin untuk mendoakannya.
Jika dia terlihat putus asa,
aku bisa mendoakannya supaya punya harapan. Jika dia terlihat khawatir, aku
bisa mendoakannya agar tak khawatir. Namun, wajahnya terlihat cerah tanpa
masalah. Jadi, apa yang bisa kudoakan? Bagaimana melatih kepekaan? Ini dilatih berdoa atau dilatih menjadi
nabi ya? ...^.^
Kami pun saling berpegangan
tangan dan sama-sama berbahasa Roh. Lalu terdengarlah ce Yenny berkata: "Berdoalah
dengan bahasa yang dimengerti oleh partnermu." Tak lama berselang
partnerku memegang salah satu bahuku dan berdoa agar aku semakin mencintai Yesus.
Maka, aku pun mendapatkan ide untuk mendoakan dia agar mengalami terobosan dan
bersaksi bagi kemuliaan Tuhan.
Setelah itu ce Yenny berkata: "... sebagai permulaan tak apa meskipun
doanya singkat..." Hehehe... bukan masalah doanya singkat tetapi aku
tak tahu harus berdoa apa. Oh, malunya
hati ini bila ingat saat itu. Oh Bapa, mengapa ce Yenny meminta kami
mendoakan orang asing? Bagaimana cara melatih kepekaan? Karena aku tidak
mengenal partnerku, aku pun tidak bisa mendoakannya secara personal dan hanya
bisa mendoakannya secara umum sebagaimana dia mendoakanku.
Hehehe... rasanya Bapa
tersenyum mendengar pertanyaanku. Tampaknya pertanyaanku susah dijawab dengan
kata-kata. Namun, tak lama berselang aku merasakan dorongan untuk menulis doa
bagi orang-orang yang telah kukenal (name
by name seperti kata pak Paulus Bambang) sehingga aku mulai punya buku
catatan doa. Kuawali dengan tulisan doa untuk 3-4 orang lalu terus kutambahkan
per harinya sehinga semakin hari semakin banyak yang kudoakan. Aku pun
menuliskan tanggal penulisan doa-doa tersebut.
Hehehe... apa hubungannya
dengan mendoakan orang asing? Apa hal
ini bisa melatih kepekaan? Apa aku harus meminta karunia bernubuat? Dulu
aku pernah memintanya karena aku ingin memahami bahasa Roh yang kuucapkan.
Semenjak itu tiap kali berbahasa Roh aku mulai teringat kepada kebutuhan si A
atau B atau C atau lainnya sehingga aku berpikir bahwa Rohku sedang mendoakan
mereka tetapi aku tetap tidak dapat menafsirkan kata-kata-Nya.
Oh, apa aku memintanya dengan
motivasi hati yang salah? Apa seharusnya aku meminta karunia bernubuat agar
bisa mendoakan orang yang betul-betul asing bagiku? Jika kubayangkan diriku
berkata kepada orang asing: "Boleh
saya mendoakanmu?" atau "Mari
saya doakan". Lalu.... uwaah...
mukaku bakal berubah semerah tomat karena aku tak tahu harus mengucapkan doa
apa... xixixi... Dengan orang yang sudah kukenal aja belum sanggup apalagi
dengan orang asing. Tidak... tidak... tidak... aku belum siap. Jangan sekarang
lha. Lebih baik aku nyanyi di kamar aja sambil berdoa di dalam hati atau di
tempat yang tersembunyi. Tunggu Tuhan
menyiapkan hatiku...^.^
TERANGI DUNIA ~ GMS Live
(Penulis: Franky Kuncoro)
Woo, o, o, wo, o, ow (x3) Woo, o, o, wo, o, ow (x3)
Verse: Bangkit, kumau bangkit bagi-Mu,
Bersinar dan memuliakan-Mu. Maju, kumau maju bagi-Mu, Berjalan dengan kuat
imanku.
Pre Chorus: Kumau hidup jadi terang-Mu, Terangi dunia di
sekelilingku.
Chorus: Bangkit dan bersinar bagi-Mu,
Serukan nama-Mu atas kemenanganku. Maju dan tinggikan Nama-Mu. Saksikan
kemenangan. Nyatakan Kaulah Tuhan di hidupku.
Woo, o, o, wo, o, ow (x3)
0 komentar:
Post a Comment