Sunday, August 21, 2016

Revolusi Mental ~ Pdt.Leonardo Sjiamsuri

Catatan Ibadah ke-3 Minggu 21 Agt 2016

Kita harus memiliki kepedulian terhadap bangsa Indonesia dan terus berkarya bagi kemajuan Indonesia. Untuk itu, kita harus melakukan revolusi mental. Mental merupakan suatu keyakinan di dalam hati seseorang yang akan mempengaruhi orang tersebut dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan.

Contoh: Kita mau mengetik mangga tetapi malah mengetik durian. Kita pun baru menyadari kesalahan tersebut setelah hasilnya dicetak. Karena kita malas merevisi data di komputer, kita pun hanya mencoret tulisan durian dan menulis mangga di atas kata durian yang telah dicoret. Selanjutnya, jika kita mencetak ulang data itu, kita akan tetap melihat tulisan durian (bukan mangga) karena data di komputer belum diganti. Mental ya seperti itu sehingga tidak bisa evolusi tetapi harus revolusi. Arsip datanya harus diganti.

Revolusi mental harus dimulai dari diri kita sendiri sebagai anak-anak Tuhan. Beberapa mental yang harus direvolusi, yaitu:

1. Kualitas Uang Lebih Penting daripada Bangsa.

Mental semacam itu harus diubah. Gunakan uang untuk orang dan jangan gunakan orang untuk uang. Kita memang membutuhkan uang. Namun, jangan meletakkan nilai diri kita di bawah uang karena doa orang semacam ini akan menjadi kekejian bagi Tuhan.
1 Timotius 6:9-10 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Pengkhotbah 7:7 Sungguh, pemerasan membodohkan orang berhikmat, dan uang suap merusakkan hati.
Uang suap bukan hanya merusak hati penyuap tetapi juga merusak hati orang yang disuap karena uang suap dapat mematikan hati nurani seseorang sehingga yang salah bisa dinyatakan benar dan yang benar bisa dinyatakan salah.

2. Nepotisme Lebih Menentukan daripada Keterampilan dan Pengetahuan.

Kita harus senantiasa meningkatkan kecakapan atau keterampilan kita dan jangan hanya mengandalkan koneksi. Namun, jika kita punya koneksi, tidak masalah kita menerimanya asalkan kita memang punya kecakapan atau keterampilan yang dibutuhkan.
Amsal 22:29 Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.
Keluaran 18:21 Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang.
Itulah kriteria-kriteria Musa dalam memilih pemimpin dan memang para pemimpin harus bisa memenuhi kriteria tersebut.

3. Kolusi atau Kompromi Lebih Diutamakan daripada Kebenaran atau Kejujuran.

Amsal 14:34 Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa.
Denmark merupakan negara maju meskipun kekayaan negaranya masih kalah jauh dari Indonesia karena di sana orang-orangnya mengutamakan kejujuran. Jika kita bisa menjadi bangsa yang jujur, kita pun bisa mengejar ketertinggalan kita.
Amsal 11:11 Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya.

4. Keinginan untuk Dilayani, bukan Melayani.

Matius 20:26-28 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Melayani Sesama
Di sebuah gereja ada orang yang terketuk hatinya untuk melayani orang gila karena negara tidak akan maju bila banyak orang gilanya. Maka, dia pun memasang pengumuman: “barangsiapa menemukan orang gila harap menghubungi nomer telepon xxxxxxxxxxxx”. Suatu hari ada orang yang coba menghubungi nomer telepon tersebut untuk memberitahu bahwa dia menemukan orang gila. Tak lama berselang orang gila itu raib karena diciduk gereja tersebut dan disembuhkan sehingga di daerah itu sangat sulit menemukan orang gila.

Kita semua juga dipanggil untuk melayani sesama. Jangan hanya memikirkan diri sendiri, keluarga sendiri, dan usaha sendiri. Kita bisa mulai melayani 1-2 orang lalu terus berkembang. 

YANG TERUTAMA. 
Yang terutama di dalam hidup ini meninggikan nama Yesus. Yang terutama di dalam hidup ini memuliakan nama-Nya. 
Reff: Haleluya, haleluya, saya mau cinta Yesus. Haleluya, haleluya, saya mau cinta Yesus.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.