Renungan Buku 'Doa untuk Intervensi Surgawi' ~ Dr.Myles Munroe
Bagian II: Persiapan untuk Berdoa
Bab 4: Bagaimana Memasuki Hadirat Allah?
▪ Ketika di asrama aku diajari untuk berdoa dengan berlutut. Namun, berlutut terlalu lama di atas lantai membuat lutut terasa sakit, terutama pada saat doa rosario secara utuh yang terbilang lama. Biasanya aku mengalasi lutut dengan sandal jepit tetapi tetap saja tak nyaman berlama-lama seperti itu sehingga doa pun jadi tidak konsentrasi.
Bila aku atau anak asrama lain terlihat setengah berlutut, tentulah ditegur oleh suster. Jadi, aku pun berlutut dengan baik tetapi pada saat kaki kesemutan atau lutut kelelahan hati ini tak henti-hentinya berkata: "lama sekali... kapan selesainya?" dan ketika suster tak melihat, cepat-cepat aku duduk di atas kakiku (setengah berlutut). Nah... dengan begini aku terlihat telah berdoa dengan baik sehingga tidak dimarahi suster.
Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati. Ah... kupikir-pikir... tampaknya doaku saat itu sia-sia saja. Semakin lama aku berlutut, semakin lama aku menggerutu di dalam hati dan semakin tak suka berdoa. Selain itu, doa-doa hafalan itu tidak bisa membuatku menyuarakan isi hatiku yang sesungguhnya sehingga aku masih merasa perlu berdoa lagi ketika berbaring di atas tempat tidurku.
Selanjutnya, setelah meninggalkan asrama aku tidak pernah lagi berdoa secara pribadi dengan berlutut di lantai. Maka, aku pun terkagum-kagum pada saat melihat ada orang yang sanggup berlutut cukup lama di atas lantai ruang ibadah yang hanya beralas karpet. Namun, seandainya aku bisa mendengar suara hati mereka, bisakah aku tetap mengagumi mereka?
▪ Matius 6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Setelah meninggalkan bangku sekolah Katolik aku pun tak pernah ke gereja dan hanya kadang-kadang berdoa di kamar. Namun, beberapa tahun kemudian aku pun mengalami hadirat Tuhan menjamah hidupku lewat acara rohani Kristen berjudul 'Before 30' yang saat itu sempat ditayangkan di Global TV.
Semenjak menerima kasih karunia tersebut aku pun merasakan keharuan luar biasa seperti seorang anak yang baru saja bertemu kembali dengan ortunya setelah lama berpisah. Semenjak itu aku pun berdoa seperti seorang anak yang bercakap-cakap dengan ortunya dalam suasana santai tetapi tetap santun, yakni berdoa sambil duduk. Namun, terkadang aku pun berdoa sembari berbaring karena sedang tak enak badan.
▪ Matius 26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.
Beberapa waktu lalu di salah satu khotbahnya pdt.Welyar Kauntu bercerita bahwa dia melatih kedua tangannya agar bisa terangkat tinggi (tidak setengah tiang) untuk waktu yang lama pada saat menyembah Tuhan. Seiring berjalannya waktu dia pun berhasil. Beberapa pendeta lain pun menyatakan bahwa kita perlu menggerakkan tubuh kita agar roh kita semakin berkobar untuk berdoa atau menyembah.
Selama ini doa-doaku dijawab Tuhan Yesus meskipun aku berdoa sembari duduk sama tinggi dan berdiri sama rendah sebagai anak di hadapan Bapa. Selama ini Bapa tidak mengabaikanku dan tidak mengusirku meskipun aku tidak berdoa sambil berlutut dan tidak mengangkat tangan tinggi-tinggi. Selama ini aku berusaha fokus kepada Bapa pada saat berdoa dalam sikap duduk, berdiri, dan berjalan. Jika harus berdoa sambil berlutut dan angkat tangan tinggi-tinggi, aku malah tidak fokus kepada Tuhan karena bagian-bagian tubuhku malah kelelahan sehingga aku semakin sulit berdoa.
Jadi, gimana yach? Apakah aku harus latihan angkat tangan tinggi-tinggi dan juga harus latihan berdoa sambil berlutut? Sebenarnya sikap doa dan penyembahan semacam itu termasuk latihan badani atau ibadah?
▪ Ketika harus berdoa secara korporat, tentulah mengikuti komando dari pemimpin doa agar tercipta harmoni. Ketika diminta berdiri, ya berdiri. Ketika diminta duduk, ya duduk. Namun, ketika diminta bertepuk tangan atau angkat tangan, ya kadang ikut, kadang tidak. Ketika merasa capek,ya tidak ikutan dan lebih memilih sikap tenang... hehehe...
Ajariku mengerti hati-Mu, memahami pikiran-Mu
Ajariku ikuti rencana-Mu, melakukan kehendak-Mu
Reff :
Kuingin diriku menjadi pribadi yang Kau rindukan
S`bab hanya Engkaulah menjadi tujuan hidupku ya Tuhan
0 komentar:
Post a Comment