Friday, June 17, 2016

Bab 2: Kejadian Doa

Renungan Buku 'Doa untuk Intervensi Surgawi' ~ Dr. Myles Munroe
BAGIAN I: Tujuan dan Prioritas Doa
Bab 1: Apakah Doa Memang Bekerja?

Meskipun doa telah menjadi suatu kebutuhan, ada kalanya rasa kantuk membuatku lalai berdoa. Jika sudah mengantuk, seringkali berpikir: "Tuhan pasti mengetahui semua kebutuhanku sehingga aku pun tak perlu memaksa diri untuk berdoa." Namun, kalau lama tidak berdoa, hati ini seperti taman yang tidak diairi dengan baik. Bila tidak berdoa secara konsisten, emosi menjadi labil (mudah gelisah, panik, marah, atau tersinggung). Bila aku lalai berdoa, Roh Kudus pun menegur lewat mimpi... hehehe...


Yohanes 14:12  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;
Yesus ingin setiap orang percaya melakukan pekerjaan besar tetapi konsekuensinya juga besar donk. Ketika ke gereja, tiba-tiba bertemu mantan bos yang sempat tidak langsung membayar gajiku lalu bertemu mantan atasan yang sempat mengajarkan ketidakbenaran. Aneh sekali... gerejanya buesar... jemaatnya juga amat buanyak... tapi kok aku bisa bertemu mereka? Meskipun tidak sering bertemu, tetap saja membuat hati ini was-was saat datang ke gereja. Gimana kalau bertemu mereka lagi?


Nah, semakin dipikirkan aku merasa semakin aneh. Siapa yang salah? Siapa yang benar? Mengapa aku takut kepada mereka? Bukankah seharusnya mereka yang takut terhadapku? Kenapa ya?
Matius 14:3-4  Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!"
Matius 14:6-8  Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam."
Oooh... kini kutahu alasannya. Acap kali harus menegur seseorang, seketika itu juga aku menjadi berat lidah karena setahuku tidak semua orang suka ditegur. Bahkan, ada orang yang bisa bereaksi seperti Herodias. Herodias tidak langsung marah ketika Yohanes menegur Herodes tetapi diam-diam Herodias menyimpan belati di hati alias dendam hingga akhirnya dia meminta kepala Yohanes melalui anaknya. Nah, Herodias lain juga masih ada di era teknologi.

Alkisah di masa yang silam tiga remaja laki-laki (H, R, Y) sedang bermain sepak bola dengan mesin Play Station (PS) di lantai 2 sebuah ruko. Ketika jam makan siang tiba, anak pemilik PS (Y) segera makan di lantai 1 setelah mengajak kedua teman bermainnya (H dan R).

Namun, H dan R tidak segera menyusul makan sehingga Y berteriak kepada mereka dari lantai 1: "Hoi... ayo makan... matikan PS-nya..." Tak lama kemudian kedua temannya segera turun setelah mematikan PS tetapi mereka segera berpamitan pulang dengan alasan mereka ingin makan di rumah mereka sendiri. Semenjak itu H dan R tidak pernah datang lagi ke rumah Y meskipun ditawari bermain PS.

Beberapa bulan kemudian mamanya Y ditelepon oleh mamanya H dan R. Katanya: "R mau ke rumahmu sambil membawa pisau dapur untuk membunuh Y karena Y pernah mengusir dia dan kokonya pada saat bermain PS." Dengan penuh keterkejutan mamanya Y segera mengatakan bahwa Y tidak pernah bermaksud mengusir H dan R. Y memang berteriak tetapi tidak ada maksud mengusirnya dan hanya ingin meminta H dan R makan dulu.

Namun, mamanya H dan R berkata: "Lebih baik suruhlah Y meminta maaf kepada R agar R tidak lagi marah kepadanya." Karena tak ingin terjadi hal-hal buruk, Y langsung meminta maaf kepada R dengan ditemani papanya sehingga pisau dapur R tidak sampai bertindak. Setelah kejadian tersebut hubungan mereka semakin renggang. Y harus berhati-hati terhadap R karena ternyata R sangat sensitif. Di balik wajah ramahnya bisa tersimpan sebuah pisau belati di hati bagi setiap orang yang dianggap menyakitinya meskipun bisa saja hanya salah paham.

Yach... tampaknya pikiran bawah sadarku masih merekam kejadian tersebut sehingga aku pun selalu takut menegur orang dan harus ekstra hati-hati dalam berbicara. Lebih baik aku dikatakan pendiam oleh orang-orang yang baru kukenal daripada aku salah bicara lalu menuai dendam. Maka, setelah lahir baru aku mulai diajar Roh Kudus untuk menegur orang lewat tulisan.
Kolose 3:16  Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
Meskipun takut, tetap saja kulakukan karena Tuhan beri kekuatan dan pencobaannya juga tidak melebihi batasanku. Dengan hati berdebar-debar aku pun mengawali teguranku dengan cerita fiksi karena Yesus juga suka menggunakan perumpamaan dalam menyampaikan sesuatu. Seiring berjalannya waktu mulai timbul sedikit keberanian untuk menggunakan cerita non fiksi dengan inisial nama dan menggunakan gaya bahasa tersirat. Namun, ketika harus menegur dengan bahasa lisan, masih belum bisa nich... lidahku langsung terasa kelu.

Selain itu, ada kalanya kita harus memberikan teguran keras seperti teguran Yesus kepada ahli-ahli taurat dan orang Farisi (Mat 23:27) padahal tidak semua orang bisa menerima teguran yang keras. Mereka yang tidak terima, bisa jadi memberikan perlawanan yang keras pula. Untuk hal semacam ini, aku juga masih belum sanggup.
Matius 10:28  Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
Iya sich... mauku begitu... tetapi imanku belum sebesar itu.
Matius 17:20  Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, — maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Iman sebesar Biji Sesawi
Oke dech... aku akan coba menanam iman sebesar biji sesawi lalu nanti siapa ya yang menyiraminya agar bisa bertumbuh lebih besar daripada sesawi? ^.^
1 Korintus 3:7  Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
S'PERTI BAPA SAYANG ANAKNYA
Bapa besar sungguh kasih setia-Mu. Nyata sungguh perlindungan-Mu. Tak satu kuasa mampu pisahkan aku dari kasih-Mu. Bapa ajar ku s’lalu hormati-Mu. Ajarku s’turut perintah-Mu. B’rikanku hati ‘tuk menyembah-Mu Dan bersyukur s’tiap waktu.
Reff : S’perti Bapa sayang anak-Nya, Demikianlah Engkau mengasihiku. Kau jadikan biji mata-Mu. Kau berikan s’mua yang ada pada-Mu. S’perti Bapa sayang anak-Nya, Demikianlah Kau menuntun langkahku. Hari depan indah Kau beri. Rancangan-Mu yang terbaik bagiku.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.