Saturday, June 18, 2016

Bab 3: Otoritas Doa

Renungan Buku 'Doa untuk Intervensi Surgawi' ~ Dr. Myles Munroe
BAGIAN I: Tujuan dan Prioritas Doa

Semenjak anak-anak (TK) aku diajari berdoa kepada Tuhan Yesus yang penuh kasih dan aku menyukainya. Selanjutnya, ketika aku beranjak remaja dan menghadapi masalah besar, kupikir tak ada gunanya berdoa sehingga aku pun mengusir-Nya (lulus SD). "Buat apa berdoa jika tak bisa terhindar dari masalah? Buat apa berdoa 'Bapa Kami' kalau tidak bisa menjauhkanku dari segala yang jahat?" Namun, bukan Tuhan Yesus namanya bila Dia menuruti permintaan semacam ini.
2 Timotius 2:13  jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.

Lambat laun aku mulai mencurigai bahwa masalah-masalah yang kuhadapi adalah tipuan setan untuk menjauhkanku dari TuhanYesus (retret SMP). Namun, ada beberapa hal yang masih membingungkanku sehingga saat itu aku mulai bertanya-tanya di dalam hati: "Tuhan yang sebenarnya itu seperti apa sich? Mengapa Tuhan di Perjanjian Baru terkesan amat sangat penuh kasih terhadap orang berdosa sedangkan di Perjanjian Lama Dia terkesan kejam hingga membunuh orang-orang berdosa? Bahkan, bayi-bayi yang seharusnya belum mengenal dosa pun turut dibunuh-Nya. Apa karena dosa asal yang diwariskan Adam dan Hawa?"
1 Samuel 15:2-3  Beginilah firman TUHAN semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir. Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai."

Setelah mengingat-ingat isi Perjanjian Lama aku berkata dengan nekat (SMP): "Tuhan, jika Engkau sama jahatnya dengan setan, aku ikut setan saja karena setidaknya setan mau membantuku balas dendam sedangkan Kau tidak mau membantuku dan membiarkanku dalam masalah." Namun, hati ini tidak tenang sehingga sesekali masih membaca Alkitab. Eh, tak lama setelah itu aku bermimpi dicekik setan. Lalu kudengar banyak orang berdoa 'Bapa Kami' untukku hingga akhirnya aku tidak jadi ikut setan karena mimpi itu benar-benar terasa nyata dan sungguh mencekam... hehehe...

Semenjak beroleh mimpi tersebut aku semakin menyadari bahwa aku telah ditipu setan. Faktanya Tuhan Yesus tak pernah meninggalkanku dan selalu ingin menolongku tetapi aku yang menolaknya karena terfokus pada masalah.

Meskipun doa yang Yesus ajarkan telah menolongku dari cekikan setan, aku tetap merasa takut bila mengingat isi Perjanjian Lama sehingga aku berkata kepada-Nya: "Tuhan, aku masih tidak tahu Engkau seperti apa tetapi aku percaya Tuhan Yesus penuh kasih. Apakah Tuhan di Perjanjian Lama sama dengan Tuhan di Perjanjian Baru? Apakah Tuhan hanya membunuh orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat?"

Namun, doa sekonyol itu pun direspon dengan baik oleh-Nya. Di tengah berbagai goncangan besar yang datang silih berganti di hidupku Tuhan selalu hadir menghiburku dan mengingatkanku akan janji atau firman-Nya. Meskipun demikian, setiap manusia telah jatuh ke dalam dosa. Aku pun punya dosa. Oleh karena itu, aku ya takut kepada-Nya sehingga sempat berdoa: "Tuhan, tolong jangan berbicara kepadaku atau mendadak muncul di depanku karena aku takut."

Keluaran 20:19  Mereka berkata kepada Musa: "Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati."

Keluaran 33:20  Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup."

1 Yohanes 1:8-10  Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.

Lantas Tuhan berbicara kepadaku dengan lagu (akhir 2013) dan suara nan lembut (April 2014) untuk menenangkanku. Hahaha... ternyata Tuhan itu memang baik. Jika Dia jahat seperti setan, Dia tidak akan mau mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia dan tanpa pengorbanan-Nya aku juga tidak akan sanggup bertahan hidup. Selanjutnya, setelah lahir baru berbagai pertanyaanku mulai terjawab satu per satu.

"Meskipun kita menikmati kebaikan dan penerimaan Tuhan, kita tidak berani meremehkan bahwa Tuhan juga adalah Api Yang Menghanguskan!" ~ Philip Mantofa

Ibrani 12:28-29  Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.

Nah, karena telah merasakan dampak penebusan Kristus di hidupku, akhirnya aku pun bisa berdoa kepada-Nya sebagai anak-Nya, sahabat-Nya, murid-Nya, dan umat-Nya...^.^

Kasih-Nya seperti Sungai
KASIH-NYA SEPERTI SUNGAI

Kasih-Nya seperti sungai, kasih-Nya seperti sungai, kasih-Nya seperti sungai di hatiku. Mengalir di waktu susah, mengalir di waktu senang, kasih-Nya seperti sungai di hatiku.

Damai-Nya seperti sungai, damai-Nya seperti sungai, damai-Nya seperti sungai di hatiku. Mengalir di waktu susah, mengalir di waktu senang, damai-Nya seperti sungai di hatiku.

Berkat-Nya seperti sungai, berkat-Nya seperti sungai, berkat-Nya seperti sungai di hatiku. Mengalir di waktu susah, mengalir di waktu senang, berkat-Nya seperti sungai di hatiku.

Kuasa-Nya seperti sungai, kuasa-Nya seperti sungai, kuasa-Nya seperti sungai di hatiku. Mengalir di waktu susah, mengalir di waktu senang, kuasa-Nya seperti sungai di hatiku.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.