Sunday, December 6, 2015

Pendeta Itu Pekerjaan Mulia

Catatan Ibadah ke-2 Minggu, 6 Desember 2015

Philip Mantofa: "Jangan takut menjadi pendeta. Pendeta itu pekerjaan mulia."

Alamak... ini kedua kalinya aku mendengar ko Philip mengatakan hal itu di ibadah yang kuikuti. Maka, aku merasa perlu menuliskannya. Siapa sich yang menampik pernyataan itu? Tentu saja pendeta adalah pekerjaan mulia tetapi masalahnya tidak semua orang benar-benar terpanggil untuk menjadi pendeta. Lantas perkataannya membuatku teringat kepada dua temanku yang pernah mengatakan ingin melakukan pekerjaan mulia dengan menjadi suster atau pastor.

Ketika masih kelas 5 SD, suatu hari suster asrama bertanya kepada sekitar 10 orang anak yang duduk semeja dengannya: "Siapa yang mau menjadi suster?" Saat itu memang hanya tersisa belasan anak di asrama, termasuk aku karena anak-anak lain berlibur di rumah mereka masing-masing. Namun, kami tidak dijemput ortu sehingga harus berpuas diri menghabiskan masa liburan di asrama.

Setelah mendengar pertanyaan suster temanku mengangkat tangannya. Lalu suster berkata: "Bagus. Ada lagi yang mau menjadi suster?" Aku segera berpikir: "Pakai pakaian putih setiap hari? Oh tidak. Aku tak sanggup memakai pakaian putih tiap hari. Aku ingin banyak warna. Aku pun ingin memakai aksesoris rambut dan sepatu berwarna selain hitam."

Pada akhirnya tak ada lagi yang mengangkat tangannya lalu suster berkata: "Iya... saya tahu tidak banyak yang mau menjadi suster." Saat itu aku pun berpikir: "Hebat sekali temanku mau menjadi suster." Namun, beberapa tahun kemudian setelah meninggalkan asrama aku bertemu kembali dengan temanku tersebut dan ternyata dia sudah menikah. Oh, mungkin waktu itu dia tidak sungguh-sungguh ingin menjadi suster.

Ketika lulus SMP, seorang teman memutuskan untuk melanjutkan SMA di sekolah seminari karena ingin menjadi pastor. Namun, beberapa tahun kemudian kudengar kabar bahwa dia sudah meninggalkan sekolah seminari karena tidak kuat.

Oalah... keinginan saja tidak cukup. Jika yang punya keinginan sulit meraih keinginannya, bagaimana dengan orang yang tak punya keinginan?

Kemudian Philip Mantofa berdoa syafaat untuk kemunculan pendeta-pendeta selanjutnya. Tiba-tiba aku teringat ayat ini yang sempat me-rhema pada masa awal lahir baru.
Yohanes 4:38  Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.
: "Hmm... apa ayat tersebut memang berkaitan dengan doa syafaat tersebut?"
Lantas aku teringat kembali kepada cerita ko Philip. Ceritanya: Suatu hari Irene - isterinya menginjili orang lalu orang tersebut minta dibaptis. Maka, ko Philip diminta menemui orang tersebut. Kata Irene: "kamu 'kan pendetanya." Sembari tersenyum ko Philip berkata: "Irene yang menginjili, saya yang menuai."

Oh... itu toh maksudnya menuai yang tidak diusahakan. Tapi, itu 'kan penuaian pendeta. Apa hubungannya denganku? Aku 'kan bukan pendeta. Kira-kira aku akan menuai apa yach? Karena aku bergerak di bidang keuangan, mungkin menuai uang... hahaha...

Beberapa hari lalu aku melihat 2 lembar uang Rp20.000,- tercecer di dekat sebuah taxi yang parkir di terminal. Aku ingin bertanya kepada sopir-sopir taxi yang ada di sana: "uang siapa ini?" Hehehe... siapa tahu nanti mereka mengatakan agar aku mengambilnya atau membaginya denganku karena aku yang melihatnya.

Pohon Iman Berbuah Mujizat
Namun, akhirnya aku malah berpura-pura tidak melihatnya karena hatiku mengatakan agar aku terus berjalan. Katanya: "Itu bukan milikmu, biarlah diambil oleh orang lain yang lebih membutuhkan. Jangan mengingini." Wah... padahal dapat Rp40.000,- gratis 'kan lumayan. Jarang-jarang ada kesempatan semacam itu tetapi tampaknya aku tidak akan melakukan penuaian semacam itu.

Hehehe... aku pasti menuai yang lebih baik daripada itu. Kalau uangnya dari Tuhan, pasti diberikan secara baik-baik. (bukan dengan memungutnya di jalanan)

JADIKANKU HAMBA SETIA
Basuh aku di dalam darah-Mu Anak Domba. Jamah bibir, luruskan hatiku dengan Roh-Mu. Kurindu kemuliaan Tuhan Lebih dari segala harta. Jadikanku hamba berkenan kepada-Mu.
Lebih dari s'galanya kuingin Kau Tuhan. Emas, perak, dan permata tiada artinya. Kuingin lebih dekat bersekutu dengan-Mu. Jadikanku hamba setia kepada-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.