Catatan
Ibadah ke-3 Minggu, 29 November 2015
Aku pun kembali berjalan
dengan dua penjagaku hingga tiba di McD. Hahaha... karena perjalanan yang mendebarkan dan cukup lama, ayam gorengnya jadi terasa lebih nikmat daripada biasanya. Selesai
makan kami pun berencana menuju pantai Kuta.
Namun, baru beberapa
meter dari MCD: “Aduh...sandalku putus...
ayo kita cari toko sandal dulu.” Lantas dengan salah satu langkah kakiku
agak terseret kami memasuki toko sandal pertama. Kami pun terpana melihat harga
sandal jepit yang ada di sana. Ha... harganya ada yang setara dengan tiket
perjalanan kami (ratusan ribu Rupiah) dan ada pula yang jutaan Rupiah. Hah...
ini sandal jepit atau perhiasan sich? Apa tidak salah harga? Temanku mengatakan
bahwa sebaiknya cari toko lain saja.
Maka, kami meninggalkan
toko tersebut dan memasuki toko lain. Lagi-lagi kami pun menemukan sandal jepit
biasa yang dijual dengan harga selangit. “Oh
Tuhan, tolong bantu aku. Aku membutuhkan sandal biasa dengan harga terjangkau.
Perjalananku masih cukup jauh.” Setelah beberapa kali keluar masuk toko,
tiba-tiba aku melihat ada PKL yang berjualan sandal khas Bali di pinggir gang
sempit. Selain dia, tak ada PKL yang lain.
Aku pun segera bertanya: “sandal ini berapa harganya?” Jawabnya: “Rp15.000,-“ lalu dengan spontan kutawar
Rp10.000,- dan langsung dia berikan. Hahaha... Terima kasih Tuhan. Untunglah masih
ada PKL yang berjualan malam-malam di antara toko-toko besar yang ada di sana. Hahaha...
Tuhan mengetahui batas keuanganku.
Maka, aku pun bisa
meneruskan perjalanan bersama teman-teman dengan sandal baru hingga tiba di
pantai Kuta. Ah... ternyata saat malam tiba... pantai Kuta sepi. Lantas kami pun
segera pergi melewati Hard Rock cafe (tempat
nongkrong beberapa teman kami). Namun, kami berlima enggan memasuki cafe tersebut sehingga kami putuskan untuk
kembali ke hotel saja.
Kami pun mampir ke hotel
ce Inge dan memenya. Setelah itu aku kembali berjalan ditemani Andre dan Afandi
untuk menuju hotel tempat kami menginap. Namun, sebelum kembali ke hotel kami
sempat singgah sebentar di Monumen Bom Bali I.
HANYA NAMA YESUS
Saat tiada jalan hadapi persoalan, Yesus
ada di sana dan memberiku jawaban. Pahitnya kenyataan dan tak mampu bertahan, Yesus
ada di sana dan memberiku jawaban.
Hanya nama Yesus, Hanya nama Yesus, Hanya
nama Yesus berikanku pengharapan. Hanya nama Yesus, Hanya nama Yesus, Hanya nama
Yesus berikanku kepastian.
0 komentar:
Post a Comment