Catatan Ibadah ke-1, Minggu 14 Juni 2015
(Ibadah Serupa/ Ibadah ke-3: youtu.be/x0RRFtMUL6U)
Latar Belakang Hari Ayah Sedunia
Minggu depan kita akan
merayakan hari ayah (father's day)
sedunia. Ide ini pertama kali muncul di Spokane, Washington dari seorang anak
bernama Sonora Smart. Saat itu dia sedang mendengarkan khotbah hari ibu (Mother’s Day) di sebuah gereja pada
tahun 1909. Karena Sonora telah ditinggal meninggal oleh ibunya dan dia sangat
mengagumi ayahnya, William Jackson Smart, dia pun ingin memperingati hari ayah.
Karena kekaguman pada
ayahnya yang telah menjadi single parent
(orang tua tunggal) untuk keenam anaknya, Sonora mengusulkan satu hari yang
bertepatan dengan tanggal kelahiran ayahnya 19 Juni 1910 sebagai hari ayah (the father’s day). Karena Sonora
mendapat banyak dukungan dari para politisi, negarawan, dan pengacara Amerika,
usulnya pun disetujui sehingga lahirlah hari ayah.
Hari Ayah di Indonesia dan Gereja
Di Indonesia tidak ada
hari ayah dan hanya ada hari ibu, entah apa sebabnya. Mungkin karena budaya
Indonesia kurang menghargai ayah atau mungkin di Indonesia banyak ayah yang
tidak bisa dihargai. Pastinya kedua alasan itu menyedihkan.
Pria yang akan menikah di
gereja ini mendapatkan pertanyaan: "Siapa
yang akan mendidik anak?" Kebanyakan dari pria tersebut menjawab: "isteri saya" padahal seorang
ayah juga memegang peranan penting dalam mendidik anak. Jangan lepas tanggung
jawab. Kalau berani membuat anak, seorang ayah harus berani tanggung jawab.
Jika anak bertanya: "Pa, nanti saya akan menjadi apa?"
Arahkan mereka sesuai bakatnya dan jangan hanya menjawab seperti lagu ini: "Que sera, sera, whatever will be, will
be; The future's not ours to see. Que sera, sera, what will be, will
be." ("Apapun yang terjadi
nanti masa depan tidak untuk kita lihat. Apa yang terjadi, terjadilah.")
▪▪ hehehe... ini 'kan
lagu yang pernah kubagikan... kupikir lagu ini memberikan pesan agar anak-anak
tidak khawatir akan masa depan. Ternyata ko Philip mempunyai cara pandang yang berbeda...
hehehe... tapi benar juga sich. Orang tua memang wajib membantu anak-anaknya
dalam merencanakan masa depan.
Efesus 6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
>> Ayat tersebut
mempunyai sisi negatif (jangan marah) dan sisi positif (didik sesuai kehendak
Tuhan). Seorang ayah jangan suka memarahi dan memukul anak karena hal ini bisa
merusak masa depan anak. Anak bisa mencontoh kelakuan buruk ayahnya dan
menerapkan hal tersebut ke dalam kehidupan keluarganya nanti.
Ya, setiap orang pasti
memiliki ayah. Namun, ada ayah yang baik, ada pula ayah yang buruk. Meskipun
punya ayah yang buruk, kita tetap harus menghargainya tetapi jangan tiru
kelakuan buruknya karena kita masih punya panutan yang baik dari Bapa kita di
Surga.
0 komentar:
Post a Comment