Sunday, August 10, 2014

Di Balik Sol Sepatu atau Sol Sandal

Beberapa hari lalu Ivana yang merupakan teman kerjaku bercerita tentang salah satu pendeta favoritnya yang bernama Sukirno Tarjadi. Dia mengatakan bahwa khotbah pendeta ini menyenangkan. Namun, kubilang padanya kalau aku belum bisa mengingat semua nama pendeta yang khotbah di GMS, terutama kalau aku hanya melihatnya sekali saja. Selain itu, aku tidak selalu dapat membaca tulisan nama pendeta yang dimunculkan di layar karena kadang kala tertutupi kepala orang-orang yang ada di depanku. Jadi, aku tidak tahu pendeta yang dia maksud.

Maka, dia tunjukkan foto Sukirno Tarjadi yang ada di Facebook tetapi aku mengatakan bahwa aku belum pernah melihatnya. Lalu dia bilang: "Ah, pasti kamu jarang ke gereja sehingga tidak pernah melihatnya karena tiap bulan dia pasti khotbah di GMS." Namun, aku tetap yakin bahwa aku belum pernah melihatnya.

Lalu sore ini aku melihat Ivana ikut ibadah sore di GMS tetapi dia tidak melihatku karena aku belum sempat menyapanya dan dia keburu pergi. Tak lama berselang muncullah seorang pendeta yang berbicara cukup cepat. Lalu sebelum khotbah muncullah tulisan namanya di layar 'Sukirno Tarjadi'... (hehehe... kini kutahu orangnya)

Lalu pak Sukirno bercerita bahwa sebelumnya dia sempat ditanya oleh seorang jemaat GMS (entah siapa). Pertanyaannya: "Besok Minggu pak Sukirno khotbah di GMS?" Saat itu pak Sukirno mengatakan bahwa dia mau pulang ke Jakarta jadi Minggu tidak ke GMS. Namun, Tuhan berkehendak lain karena mendadak pak Sukirno ditelepon dan diminta khotbah di GMS pada hari Minggu ini. (entah siapa yang meneleponnya, entah siapa yang memintanya) Hal ini membuat pak Sukirno pinjam dasi, dll hingga merasa penampilannya kurang sempurna tapi katanya: “tak apalah”.

Lalu mungkinkah pak Sukirno batal ke Jakarta karena Ivana ingin menunjukkan khotbahnya padaku? Hahaha....., ini sich alasan yang terlalu mengada-ada karena aku 'kan tidak terlalu penasaran untuk melihat dan mendengarnya khotbah di GMS.

Catatan dari Pinggir Oasis
Saat kuceritakan kepada titiku perihal perbincanganku dengan Ivana, dia mengatakan bahwa pak Sukirno adalah penulis buku ‘Catatan dari Pinggir Oasis’ yang telah dia berikan padaku dan telah kubaca sampai habis. Ealah... inilah salah satu kebiasaan burukku: banyak membaca buku dan banyak melupakan nama penulisnya.... hehehe... kebiasaan yang satu ini jangan ditiru dech. 

Namun, aku memang tak mampu  mengenali dan mengingat seseorang hanya dengan melihat fotonya. Jadi, minimal aku harus melihatnya secara langsung dan mendengarnya bicara. Kalau dia punya gaya bercerita yang mengesankan, wah biasanya semakin mudah bagiku untuk mengingatnya ...^.^

Namun, sesungguhnya hal penting apakah yang harus dia sampaikan di GMS sehingga dia belum boleh balik ke Jakarta? Kalau begitu, mari dengar pesan yang disampaikannya. Sebenarnya inti pesannya adalah perubahan hidup agar menjadi serupa dengan Kristus.

Di dalam khotbahnya ini dia membagikan banyak kisah tetapi salah satu ceritanya yang berkesan bagiku adalah kisah sol sepatu. Dia bercerita bahwa pada suatu acara sol sepatunya rusak tetapi dia tetap bersyukur karena: sol sepatunya copot saat selesai acara dan bukan sebelumnya, yang copot cuma sol sepatu dan bukan anggota tubuh yang lain, dan dua alasan lainnya yang kurang kuingat dan belum sempat kucatat.

Lantas kisah sol sepatunya ini mengingatkanku pada kisah tentang sol sandalku yang copot saat aku mau ibadah di GMS beberapa malam yang lalu. Saat itu aku pun bersyukur karena sol sandal kananku copot di parkiran motor yang sepi sehingga hanya diketahui oleh titiku, sol sandal kiriku juga dapat kucopot dengan mudahnya sehingga aku tetap mampu berjalan seimbang, tali temali sandalku masih melekat erat pada alasnya sehingga sandal masih bisa kupakai dengan segala ketidaksempurnaannya, hari pun sudah malam sehingga tak banyak orang memperhatikan sandalku yang sudah tak bersol, jarak antar kursi ibadah di GMS saling berdekatan sehingga jemaat lain juga tidak punya kesempatan untuk memperhatikan sandalku.

Pada akhirnya, tali temali sandal tak bersol ini tetap bertahan hingga aku tiba di rumah.... hahaha.... syukurlah. Alhasil, malam itu aku berkata pada memeku: "Ini artinya yang lama telah berlalu dan yang baru akan datang. Jadi, waktunya beli sandal baru." Saat itu memeku mengatakan bahwa dia juga mau sepatu baru.

Firman Perubahan Hidup
Waktu pun bergulir hingga malam ini pak Sukirno yang diminta membatalkan kepulangannya ke Jakarta datang ke GMS untuk menyampaikan firman ini: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17)

Wow... ini 'kan mirip kata-kata yang kuucapkan pada memeku saat sol sandalku copot padahal saat itu aku tidak sedang mengingat-ingat firman dan firman ini juga sama persis dengan firman yang kudapatkan pada hari baptisanku. Wow... luar biasa... tampaknya hal-hal baru akan segera terjadi: harapan baru, kesempatan baru, hubungan baru, dan pastinya pengalaman baru dengan senyuman baru.

Jadi, perubahan itu pasti terjadi tanpa berlambat-lambat.


1 comment:

  1. KASIH-MU TERBESAR

    Yang lama t'lah berlalu, yang baru t'lah datang.
    Kasih-Mu b'ri pengharapan, anugrah-Mu terbesar.
    Tak perlu lihat ke b'lakang, langkahkan kaki ke depan.
    Kasih-Mu b'ri pengharapan dan kekuatan.

    Kasih-Mu, kasih-Mu, kasih-Mu Tuhan, kasih yang terbesar.
    Kasih-Mu, kasih-Mu, kasih-Mu Tuhan, kekuatan kehidupan.
    Kasih-Mu, kasih-Mu, kasih-Mu Tuhan, kasih yang terbesar.
    Kasih-Mu, kasih-Mu, kasih-Mu Tuhan, kekuatan kehidupan.

    KASIH-MU TERBESAR.

    (Lagu Penutup Before 30 - Episode 118 : Beres Dengan Tuhan: http://youtu.be/h2I_Z62tuP4)

    ReplyDelete

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.