Aku Berencana tetapi Tuhan yang Menentukan
Aku berencana cuti pada 26
November 2007 tetapi Tuhan berkehendak lain.
Di tempat kerjaku cuti harus diajukan 1 minggu sebelumnya tetapi aku malah lupa
mengajukan cuti. Padahal, biasanya aku selalu ingat untuk mengajukan cuti
setiap bulannya sesuai dengan jatah cuti yang diberikan perusahaan agar aku
bisa beristirahat di rumah. Pagi itu aku terbangun dari tidurku dan tersadar
bahwa seharusnya hari ini aku cuti tetapi aku belum mengajukannya. Alhasil, aku
terpaksa berangkat kerja seperti biasanya.
Sekitar pk.14.00WIB aku
ditelepon oleh sopir kantor yang sedang bertugas di luar kantor. Katanya: “Ruko di daerah
tempat tinggalmu terbakar tapi aku tidak tau kondisi rukomu.”
Jawabku: “Ok, nti aku hubungi mamaku.”
Setelah itu aku segera menelepon ke rumah tetapi tak ada yang mengangkatnya.
Aku pun menelepon titiku tetapi dia tidak tahu menahu soal kebakaran itu karena
dia sedang di rumah temannya. Padahal, biasanya dia selalu di kamarnya pada jam
segini tapi hari ini tiba-tiba saja dia ingin ke rumah temannya.
Lantas aku menelepon papaku tetapi dia baru saja tiba di
Malang karena apakku dipanggil Tuhan dalam keadaan sakit dan papa juga tidak
mengetahui peristiwa kebakaran tersebut. Kata papa: “Mama ‘kan di rumah, telepon ke rumah saja.”
Kataku: “Sudah kucoba tapi tidak ada yang
mengangkat. Titi juga sedang di rumah teman. Meme bungsu juga tidak bisa
ditelepon.”
Papa mengatakan bahwa meme bungsu di sekolah lalu papa
memberiku satu nomer telepon tetangga terdekat yang tinggal di blok yang sama
dan juga satu nomer telepon tetangga yang beda blok. Karena dilanda
kepanikan, aku hanya mencatat nomer telepon itu tanpa nama pemiliknya.
Aku menghubungi nomer telepon tetangga pertama tetapi
tidak ada jawaban pula. Maka, aku menghubungi nomer
telepon yang satu lagi dan diangkat.
Tanyaku: “Halo, apa ini TH? Apa di sana terjadi kebakaran? Blok mana yang terbakar?”
Tetangga:
“Tidak tahu blok
apa…. Aku belum lihat… kabarnya di dekat FF.”
Aku:
“Aduh, itu dekat rumahku.”
Tetangga:
“Kamu siapa?
Kamu dapat nomer telepon ini dari siapa?”
Aku: “Aku tinggal di toko alat listrik dan hanya asal pencet nomer telepon. Ini siapa?”
Tetangga:
“Ini toko SM.”
Aku:
“Oh, aku anaknya toko YJ.”
Tetangga:
“Oh, YJ… ya, aku
tau. Kabarnya tacik
pemilik toko cat telah meninggal.”
Aku:
“Apa??.... Toko cat itu persis ada
di sebelah rumahku. Ya apa mamaku?” (sambil menahan tangis)
Tetangga:
“Aku tidak
tahu…. Dari tadi aku belum keluar rumah karena di luar sudah ada banyak orang.”
Aku:
“Ya sudah… terima kasih.”
Lalu aku
menghubungi meme sulung agar segera pulang ke rumah karena tacik toko cat telah meninggal jadi
kemungkinan besar ruko kami juga kena imbasnya karena ruko kami saling
berdempetan. Aku pun segera meminta izin pulang cepat untuk mencari tau kondisi mama
dan meme bungsu.
0 komentar:
Post a Comment