Tuesday, May 13, 2014

Siraman Kasih Tuhan dalam Menghadapi si Jago Merah – seri 1

Aku Berencana tetapi Tuhan yang Menentukan

Aku berencana cuti pada 26 November 2007 tetapi Tuhan berkehendak lain. Di tempat kerjaku cuti harus diajukan 1 minggu sebelumnya tetapi aku malah lupa mengajukan cuti. Padahal, biasanya aku selalu ingat untuk mengajukan cuti setiap bulannya sesuai dengan jatah cuti yang diberikan perusahaan agar aku bisa beristirahat di rumah. Pagi itu aku terbangun dari tidurku dan tersadar bahwa seharusnya hari ini aku cuti tetapi aku belum mengajukannya. Alhasil, aku terpaksa berangkat kerja seperti biasanya.

Manusia berencana Tuhan menentukan
Sekitar pk.14.00WIB aku ditelepon oleh sopir kantor yang sedang bertugas di luar kantor. Katanya: “Ruko di daerah tempat tinggalmu terbakar tapi aku tidak tau kondisi rukomu.” Jawabku: “Ok, nti aku hubungi mamaku.” Setelah itu aku segera menelepon ke rumah tetapi tak ada yang mengangkatnya. Aku pun menelepon titiku tetapi dia tidak tahu menahu soal kebakaran itu karena dia sedang di rumah temannya. Padahal, biasanya dia selalu di kamarnya pada jam segini tapi hari ini tiba-tiba saja dia ingin ke rumah temannya.

Lantas aku menelepon papaku tetapi dia baru saja tiba di Malang karena apakku dipanggil Tuhan dalam keadaan sakit dan papa juga tidak mengetahui peristiwa kebakaran tersebut. Kata papa: “Mama ‘kan di rumah, telepon ke rumah saja.” Kataku: “Sudah kucoba tapi tidak ada yang mengangkat. Titi juga sedang di rumah teman. Meme bungsu juga tidak bisa ditelepon.”

Papa mengatakan bahwa meme bungsu di sekolah lalu papa memberiku satu nomer telepon tetangga terdekat yang tinggal di blok yang sama dan juga satu nomer telepon tetangga yang beda blok. Karena dilanda kepanikan, aku hanya mencatat nomer telepon itu tanpa nama pemiliknya. Aku menghubungi nomer telepon tetangga pertama tetapi tidak ada jawaban pula. Maka, aku menghubungi nomer telepon yang satu lagi dan diangkat.
Tanyaku:  Halo, apa ini TH? Apa di sana terjadi kebakaran? Blok mana yang terbakar?”
Tetangga: “Tidak tahu blok apa…. Aku belum lihat… kabarnya di dekat FF.”
Aku: “Aduh, itu dekat rumahku.”
Tetangga: “Kamu siapa? Kamu dapat nomer telepon ini dari siapa?”
Aku:  Aku tinggal di toko alat listrik dan hanya asal pencet nomer telepon. Ini siapa?”
Tetangga: “Ini toko SM.”
Aku: “Oh, aku anaknya toko YJ.”
Tetangga: “Oh, YJ… ya, aku tau. Kabarnya tacik pemilik toko cat telah meninggal.”
Aku: “Apa??.... Toko cat itu persis ada di sebelah rumahku. Ya apa mamaku?” (sambil menahan tangis)
Tetangga: “Aku tidak tahu…. Dari tadi aku belum keluar rumah karena di luar sudah ada banyak orang.”
Aku: “Ya sudah… terima kasih.”
Lalu aku menghubungi meme sulung agar segera pulang ke rumah karena tacik toko cat telah meninggal jadi kemungkinan besar ruko kami juga kena imbasnya karena ruko kami saling berdempetan. Aku pun segera meminta izin pulang cepat untuk mencari tau kondisi mama dan meme bungsu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.