Mentari berlari riang meninggalkan sebuah rumah makan lalu tiba di sebuah persimpangan jalan desa nan hijau permai. Hari sudah menjelang senja sehingga tak ada orang yang lalu lalang. Mentari berdiri termangu di suatu persimpangan jalan. Di depannya terhampar jalan setapak yang lurus seperti jalan yang baru saja dia lewati. Jalan itu rata dan lebarnya sekitar 1,5 meter.
Di sebelah kiri hanya ada rumah-rumah penduduk dan rumah makan tadi. Di sebelah kanan jalan hanya ada sebuah rumah penduduk dan jurang nan dalam sehingga diberi pagar kayu setinggi 1 meter sebagai pembatasnya.
Mentari pun memutuskan untuk tetap melangkah di jalan yang lurus dan rata.
Namun, ketika baru berjalan dua langkah, tiba-tiba Mentari tidak bisa melihat alias buta. Maka, dia mencoba berjalan sambil meluruskan tangan kanan di depan badannya seperti hendak meraba sesuatu. "Kamu kenapa Ri... Apa tidak bisa melihat?", teriak Peri Cowok yang tadinya terlihat berada sekitar 3 meter di kiri depan Mentari dan tampaknya masih ada di sana.
Namun, ketika baru berjalan dua langkah, tiba-tiba Mentari tidak bisa melihat alias buta. Maka, dia mencoba berjalan sambil meluruskan tangan kanan di depan badannya seperti hendak meraba sesuatu. "Kamu kenapa Ri... Apa tidak bisa melihat?", teriak Peri Cowok yang tadinya terlihat berada sekitar 3 meter di kiri depan Mentari dan tampaknya masih ada di sana.
Mendengar teriakan itu Peri Cewek yang berada sekitar 2 meter di kiri belakang Mentari segera berlari ke arah Mentari. Lalu Mentari mulai berjalan mundur untuk kembali ke tempat semula. Pada saat Mentari kembali tiba di persimpangan jalan dia mulai bisa melihat lagi.
Peri Cowok tampak diam terpaku di suatu ambang pintu. Di matanya tersirat ragu dan tak berniat datang membantu. Peri Cewek beranjak dari pintu tanpa ragu dan di matanya tersirat hasrat 'tuk membantu.
Namun, tiba-tiba Mentari melihat jalan kecil di sebelah kanannya. Jalan itu terselip di antara dedaunan dan amat sempit sehingga hanya bisa dilalui oleh satu orang. Jalan itu tidak rata, berbatu-batu, ditumbuhi semak duri, dan beresiko jatuh ke jurang bila tidak berhati-hati.
Namun, karena tidak ingin berjalan di dalam kegelapan, Mentari terpaksa menempuh jalan yang beresiko dan tak lazim itu. Dia pun menerobos celah yang ada di pagar pembatas jalan sambil menyibakkan tanaman-tanaman liar yang menghalangi jalannya. Dia pun melewati bagian belakang rumah penduduk yang telah berubin dan diberi pagar pembatas. Karena jalannya sangat sempit dan banyak ditumbuhi semak duri, Mentari pun mendapat lecet-lecet di sekujur tangannya.
Melihat Mentari memilih jalan sulit itu Peri Cewek langsung diam terpaku dan tak tau harus berbuat apa untuk membantu Mentari.
Sementara itu Mentari tetap melangkah berjam-jam lamanya hingga tiba di suatu jalan yang rata dan lapang nun jauh di atas bukit. Namun, perjalanannya belum usai. Entah kisah apa yang sedang menantinya di sana.
Ketika kuhadapi kehidupan ini jalan mana yang harus kupilih. Kutahu ku 'tak mampu. Kutahu ku 'tak sanggup. Hanya Kau Tuhan tempat jawabanku.
Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya (Matius 7:13-14:)
0 komentar:
Post a Comment