Sunday, December 16, 2018

Belajar Beriman

Masalah Hati
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 16 Des 2018

Beberapa orang Kristen selalu mau cepat atau instan tetapi seringkali Tuhan menjawab: "Tunggu!" Memang menunggu itu tidak enak tetapi dalam masa penantian ini kita bisa belajar banyak, terutama belajar beriman…^.^ Meskipun demikian, beberapa orang cenderung tidak sabar sehingga mulai berusaha dengan kekuatannya sendiri. Bahkan, pendeta pun bisa terpancing untuk melakukan hal yang sama.

Aku pun mulai bertanya-tanya: "Jawaban apa yang harus kuberikan kepada pendeta itu? Benarkah perintisan gereja boleh dilakukan dengan cara-cara perkumpulan Kaipang?" Alhasil, aku googling dan menemukan artikel berikut ini: Sembilan Pokok Dasar bagi Keberhasilan Perintisan Gereja. Jadi, seharusnya gereja itu lebih mengutamakan orang daripada gedung dan gereja itu bersifat mengelola, mendukung, dan melipatgandakan sendiri di bawah kepemimpinan Tuhan.

Lantas pendeta itu bergantung kepada Tuhan atau bergantung kepada manusia? Jika bergantung kepada Tuhan, mengapa pembangunan gedung gereja bisa terhenti di tengah jalan karena kekurangan dana? Apa gereja pusatnya tidak memberi bantuan sehingga dia harus meminta bantuan dari luar? Bukankah gereja harus mandiri agar tidak disetir oleh orang-orang luar yang mungkin tidak sesuai dengan visi gereja?

Dulu pak Caleb telah mendeklarasikan imannya sebelum gereja dibangun. Saat itu dia mengatakan bahwa selaku pemegang keuangan gereja, dia was-was jika melihat kebutuhan dananya tetapi dia percaya bahwa Tuhan akan sediakan semuanya. Hehehe... memiliki pendeta beriman seperti ini, jemaat bisa ikut tenang dech. Nama panggilannya saja bisa senantiasa mengingatkan kita pada Kaleb bin Yefune yang mengikut Tuhan dengan sepenuh hati.

Nah, di Atom Mall aku tak sengaja bertemu dengan seorang wanita Kristen. Dia mengatakan bahwa gerejaku membayar satu ember uang untuk kontrak di ITC. "Wah, masa sich? Mahal sekali. Aik tahu darimana? Apa aik jemaat GMS juga?" Ternyata beda gereja dan aik itu diberitahu oleh tukang lampunya SIBEC. Aku pun bertanya lagi: "Tukang lampunya tahu darimana? Apa dia jemaat GMS?" Ternyata bukan juga.

Namun, aik itu masih berusaha meyakinkanku dengan berkata: "Dulu tempat itu restoran Double Happiness..." Aku segera memotong: "Double Happiness di dekat Cempaka aik." Aik itu segera berkata: "Iya, tetapi dulu di sana juga ada restoran. Apa ya namanya? Dan di sana sering disewa untuk pesta pernikahan."

Lalu aku mulai menghitung-hitung. Jika seminggu sekali ada pengantin yang menyewa SIBEC dengan membayar sekian puluh juta, sebulan akan ketemu sekian ratus juta, dan setahun akan mencapai... iya ya... bisa satu ember. Bagaimana jika ada lebih dari satu pasang pengantin yang menyewa tempat itu? Wuih, tiba-tiba harga kontrak seember menjadi murah... hahaha...

Saat itu mengertilah aku betapa besar dana yang dibutuhkan untuk pembangunan gedung gereja. Meskipun demikian, aku tak tahu cara merintis gereja yang benar. Jadi, masa aku harus mengajari atau menasehati pendeta? Kupikir sich lebih baik untuk berpura-pura tidak membaca pesannya dengan cara menandai pesan sebagai unread atau langsung menghapusnya.

Namun, tiba-tiba aku teringat kata-kata ko Philip: "Jangan takut dengan pendeta." Astaga, Roh Kudus ini… Ah, akhirnya aku pun membalas pesan pendeta itu dengan meminta maaf karena tak bisa memberi bantuan dana dan hanya bisa membantu doa. Aku pun memberitahunya bahwa gedung tempat ibadahku juga sedang dibangun dan saat ini kami kontrak. Tak lupa kuminta dia untuk lebih mengandalkan Tuhan daripada manusia karena membangun gereja membutuhkan dana yang besar. Kemudian untuk mendukung misinya, kuberikan link artikel tadi. (Sembilan Pokok Dasar bagi Keberhasilan Perintisan Gereja)

Selanjutnya, aku teringat akan keinginan Daud untuk membangun gedung gereja tetapi ditolak oleh Tuhan.
2 Samuel 7:5 "Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami? 
Jadi, ada kalanya Tuhan menolak keinginan kita yang baik. Bagaimana dengan pendeta tadi? Dia membangun gedung gereja atas keinginannya sendiri atau sudah sesuai keinginan Tuhan tetapi terhenti di tengah jalan karena imannya ditenggelamkan oleh fakta-fakta negatif di lapangan? Hanya Tuhan yang tahu. Pastinya untuk mendoakan orang lain, kita tidak perlu memperoleh data sedetil-detilnya, cukup tahu garis besarnya saja.


Nah, setelah menolak keinginan Daud, Tuhan pun memilih Salomo untuk membangun gedung gereja. Untung ya Daud bisa berlapang dada dan tidak iri dengan anaknya. Bahkan, Daud turut menyediakan semua bahan yang diperlukan anaknya untuk pembangunan gedung gereja tersebut. Karena semuanya sudah disediakan oleh Tuhan, Salomo pun tidak perlu bingung akan kebutuhan dana pembangunan. Beginilah gereja yang dirintis dan dikelola oleh Tuhan.
1 Raja-raja 5:5 Dan ketahuilah, aku berpikir-pikir hendak mendirikan sebuah rumah bagi nama TUHAN, Allahku, seperti yang dijanjikan TUHAN kepada Daud, ayahku, demikian: Anakmu yang hendak Kududukkan nanti di atas takhtamu menggantikan engkau, dialah yang akan mendirikan rumah itu bagi nama-Ku. 

KEMURAHAN TUHAN 
Oleh kar'na kemurahan Tuhan, ku ada sampai hari ini. Oleh kar'na kebaikan Tuhan, janji-Mu terjadi bagiku. 
Kusembah Kau Tuhan, kumengangkat tanganku. Selamanya Kau ajaib bagiku. 
Kusembah Kau Tuhan, kumengangkat wajahku. Selamanya Kau hebat bagiku

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.