Bencana demi bencana seakan-akan berkelanjutan terjadi. Kesaksian demi kesaksian orang-orang yang terluput sungguh menginspirasi tetapi hal ini pun memunculkan berbagai opini. Ketika seorang ateis mendengarkan kesaksian orang Kristen yang selamat dari kematian karena mendengar suara Tuhan, dia merasa gemas sehingga berkata kepada sesama ateis: “Di sini ini kalau ada bencana selalu dikait-kaitkan dengan agama. Yang selamat berarti dilindungi oleh Tuhan sedangkan yang tidak selamat berarti tidak dilindungi oleh Tuhan. Orang Kristen juga selalu yakin bahwa Tuhan Yesus akan melindunginya. Ini berarti keluarga pendeta yang tak tertolong saat mengalami musibah kapal tenggelam tidak dilindungi oleh Tuhan.”
Lalu ateis yang mendengar ceritanya menyampaikan hal itu kepadaku. HAH! Menurutku itu tidak benar sehingga aku menjawabnya: “Setiap orang dilindungi oleh Tuhan. Tuhan Yesus itu pasti melindungi dari kematian kekal, bukan kematian fisik. Kematian fisik tak bisa dihindari karena setiap orang pasti mati, tetapi caranya berbeda-beda karena setiap orang memiliki panggilan berbeda-beda. Ada yang dipanggil menjadi martir tetapi ada yang dipanggil untuk tetap selamat setelah menjadi pahlawan. Pastinya di akhir zaman nanti mereka yang menerima Yesus akan melihat Dia sebagai pengacaranya sehingga iblis tidak bisa mendakwanya sedangkan yang menolak Yesus akan menghadapi Dia sebagai hakim.”
Hmmm… jika kuingat-ingat lagi, sebenarnya sich tidak semua orang mengalami kematian fisik karena akan ada orang-orang yang tetap hidup tetapi langsung diangkat ke sorga seperti nabi Elia. Namun, aku yakin jumlah ini tidaklah sebanyak jumlah orang yang mengalami kematian fisik sehingga anggap saja setiap orang pasti mengalami kematian fisik. Meskipun demikian, kematian fisik tak ada artinya dibandingkan kematian kekal karena terpisah dari Tuhan. Jadi, daripada ketakutan akan kematian fisik, sebaiknya perhatikan kerohanian kita agar terhindar dari kematian kekal.
Jika membaca kisah Kain dan Habel, kelihatannya kematian fisik tidak dapat dijadikan tolok ukur perlindungan Tuhan.
Kejadian 4:3-5 Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Tuhan mengindahkan Habel dan mengabaikan Kain sehingga Kain menjadi marah dan membenci Habel. Kain pun berencana membunuh Habel. Nah, demi melindungi Habel dari kematian fisik dan melindungi Kain dari kematian rohani, Tuhan pun memperingatkan Kain. Sayang beribu sayang, Kain mengabaikan suara Tuhan sehingga dia membunuh Habel. Kemudian Tuhan mendengar darah Habel berteriak kepada-Nya sehingga Tuhan mengutuk dan mengusir Kain dari tanahnya. Meskipun demikian, Tuhan tetap berbaik hati melindungi Kain dari kematian fisik.
Kejadian 4:13-15 Kata Kain kepada TUHAN: "Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku." Firman TUHAN kepadanya: "Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat." Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapa pun yang bertemu dengan dia.
Mengapa Tuhan membiarkan Habel mengalami kematian fisik yang tragis di tangan kakaknya sendiri padahal Tuhan berkenan kepadanya? Mengapa Tuhan tidak mencegah kematian fisik Habel? Mengapa Tuhan masih membiarkan Kain hidup hingga berkembang biak memenuhi bumi? Lihat saja pasca bencana masih ada tangan-tangan yang tega berbuat nista. Mengapa Tuhan masih melindungi mereka dari kematian fisik? Tentu saja ini karena Tuhan baik kepada setiap orang tanpa kecuali.
Pengkhotbah 3:17-20 Berkatalah aku dalam hati: "Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya." Tentang anak-anak manusia aku berkata dalam hati: "Allah hendak menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka hanyalah binatang." Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia. Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu.
TIADA yang LAIN
Selain Kau tiada yang lain, Hanya Kau milikku di Surga. Sekalipun dagingku lenyap, Hatiku lelah tak berdaya.
Chorus: Kusembah Engkau Allah yang perkasa. Kusanjung tinggi nama-Mu di hidupku. Tuhan tiada yang lain, Hanya Kau satu di hatiku.
0 komentar:
Post a Comment