Catatan Ibadah ke-1 Minggu 28 Okt 2018
Hal-hal yang harus dilakukan untuk memperoleh janji Abraham, yaitu:
1. Berfokus pada generasi yang akan datang. James Dobson merupakan pendiri yayasan Focus on the Family. Ini tidak terlepas dari nenek buyutnya yang senantiasa berdoa agar semua keturunannya melayani Tuhan. James Dobson sebagai generasi keempat melihat bahwa doa tersebut telah digenapi oleh generasi sebelum dirinya dan mulai tiba di generasinya. Maka, James berusaha menentang hal ini karena dia memiliki selera yang berbeda. Dia tidak mau masuk sekolah Alkitab dan mengambil sekolah jurusan lainnya bersama sepupunya. Namun, beberapa waktu kemudian sepupunya memutuskan keluar dari sekolah itu karena ingin melayani Tuhan. James pun was-was karena dia tidak ingin melayani Tuhan. Namun, pada akhirnya dia mendirikan suatu yayasan yang amat besar dan memiliki paling banyak karyawan untuk melayani Tuhan, yaitu Focus on the Family. Jadi, kita pun harus senantiasa mendoakan anak, menantu, cucu, cucu menantu, cicit, cicit menantu, dan semua keturunan kita agar nantinya mereka semua melayani Tuhan.
2. Miliki Rasa Tanggung Jawab. Jangan bermental seperti Adam dan Kain, tetapi miliki mental Abraham. Dalam Kejadian 3 dikisahkan Adam jatuh ke dalam dosa. Ketika Tuhan bertanya kepadanya: “Apa yang kau perbuat ini?”, Adam segera menyalahkan Hawa dan Hawa menyalahkan ular. Adam melarikan diri dari tanggung jawabnya. Seharusnya Adam mengakui kesalahannya dan meminta pemulihan kepada Tuhan. Orang yang tidak bertanggungjawab selalu mencari kambing hitam atau yang salah, tetapi orang yang bertanggung jawab akan mencari solusinya. Ini sebabnya Tuhan tidak memilih Adam sebagai penerima janji-Nya.
Mungkin ada di antara kita yang juga bersembunyi di Firdaus seperti Adam. Mungkin dulunya melayani Tuhan karena kasih tetapi sekarang menjadikan pelayanan sebagai tempat persembunyian. Jika punya ayah yang suka memukul, mungkin kita bisa menghampiri dia dan memeluknya dengan erat agar dia tidak bisa memukul kita karena jika kita semakin jauh darinya, pukulannya bisa semakin keras. Jadi, jika kita bersalah kepada Tuhan, sebaiknya kita hampiri saja Bapa kita dan bukan bersembunyi dari-Nya. Akui segalanya dan mintalah pemulihan dari-Nya.
Kejadian 13:8-9 Maka berkatalah Abram kepada Lot: "Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri."
Habel juga tidak dipilih oleh Tuhan untuk menerima janji-Nya karena Habel tidak peduli dengan adiknya. Bahkan, membunuhnya.
Kejadian 4:9 Firman Tuhan kepada Kain: “Di mana Habel, adikmu itu?” Jawabnya: Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?”
Dulu ketika lahir baru, mulut pak Bambang belum lahir baru sehingga dia masih mengucapkan kata-kata atau candaan yang menyakitkan hati. Suatu hari dalam perjalanan misi di dalam kereta dia ditegur temannya yang saat ini telah menjadi pendeta: “Kamu ini yang lahir baru apanya? Kenapa masih bercanda kelewatan seperti itu?” Mungkin kita juga telah membunuh saudara seiman kita lewat perkataan kita yang menyakitkan. Tuhan bertanya: “Dimana Habel yang dulu aktif ke gereja? Dimana Habel yang dulu aktif melayani?” Janganlah kita bersikap seperti Kain yang tidak peduli dengan Habel.Kita harus memiliki tanggung jawab seperti Abraham yang dengan senang hati mengajak Lot (keponakannya), menjaganya, dan mencarikan tempat untuknya. Bahkan, ketika Lot ditangkap musuh, Abraham pun menyelamatkannya. (Kejadian 14)
3. Miliki Belas Kasihan. Jangan bermental seperti Nuh. Ketika Tuhan ingin memusnahkan bumi dan segala isinya karena kejahatan manusia, Nuh hanya peduli kepada keselamatan keluarganya dan tidak peduli dengan orang lain atau bangsanya. (Kejadian 6) Sebaliknya, ketika Tuhan ingin memusnahkan Sodom dan Gomora karena segala kejahatannya, Abraham segera berdoa syafaat agar Tuhan tidak melaksanakan keputusannya itu jika didapati masih ada beberapa orang benar di sana. (Kejadian 18) Jadi, milikilah belas kasihan kepada orang lain.
4. Tidak Membanding-bandingkan. Seringkali ketidakbahagiaan kita terjadi karena kita membanding-bandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain yang terlihat lebih baik daripada kita. Keturunan Nuh membangun menara Babel untuk membangun atau membesarkan namanya sendiri. (Kejadian 11) Namun, Abraham justru meninggalkan namanya sendiri. (Kejadian 17)
5. Jangan Merayakan Kemenangan Terlalu Dini. Tuhan tidak memilih Terah untuk menerima janji-Nya karena dia berhenti dan menetap di Haran, padahal seharusnya ke tanah Kanaan. Terah pun meninggal di Haran (Kejadian 11) sehingga dia tidak menyelesaikan perjalanannya dengan baik sampai garis akhir. Setelah kematian Terah, Abraham pun melanjutkan perjalanannya hingga ke tanah Kanaan.
6. Senantiasa Belajar. Abraham tidak serta merta kuat beriman. Dia belajar terlebih dahulu dari Terah, kakeknya, dan orang-orang yang bergaul akrab dengan Tuhan. Jadi, keberanian iman Abraham timbul karena hasrat dan kasihnya yang besar kepada Tuhan.
Selain bersifat conditional dan generational, janji Tuhan juga bersifat instrumental. Ketika Daud memainkan alat musiknya, roh jahat undur daripada Saul. Tuhan juga ingin kita menjadi alat-Nya sebagai saluran berkat dan bukan hanya menampung berkat. Jangan hanya berdoa meminta berkat tetapi berdoalah agar bisa memberi berkat. Sekalipun pak Bambang harus sering berpindah-pindah tempat, dia berdoa kepada Tuhan agar tidak memindahkan dia sebelum dia bisa meninggalkan berkat Abraham di tiap tempat tersebut. Kita pun harus senantiasa menjadi garam dan terang bagi dunia.
LINGKUPIKU. Lingkupiku dengan sayap-Mu. Naungiku dalam kuasa-Mu. Reff: Di saat badai bergelora ku akan terbang bersama-Mu. Bapa, Kau raja atas s'mesta ku tenang s'bab Kau Allahku.
0 komentar:
Post a Comment