Sunday, September 2, 2018

Mengapa Masih Menyalahkan …?

Menyembah Lebih Dalam
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 02 Sept 2018

Ketika kelas 5 SD, salah satu teman sekelasku meninggal dunia karena demam berdarah. Meskipun demikian, tidak ada yang menyalahkan sekolah karena tidak melakukan penyemprotan nyamuk. Beberapa anak pun sempat merasa khawatir akan serangan nyamuk di sekolah. Namun, setelah kejadian tersebut tiba-tiba ada beberapa anak yang datang ke sekolah dengan membawa semprotan pembasmi nyamuk. Mereka segera membasmi nyamuk-nyamuk di kelas. Hehehe… kelihatannya mereka terlahir di dalam keluarga pembawa solusi dan bukan keluarga yang suka menyalahkan keadaan atau orang lain.

Ketika aku berjumpa dengan seorang bapak yang suka menyalahkan orang lain, aku teringat pengalaman tersebut sehingga aku pun penasaran dengan masa kecilnya. Usut punya usut semenjak kematian mamanya yang terjangkiti penyakit kanker, dia pun menyalahkan Tuhan. Alhasil, dia suka marah-marah dan menyalahkan orang lain pula. Oh, sepertinya dia kepahitan.

Wew, kalau aku ingin menyalahkan Tuhan atas semua kesusahanku, aku malah menemukan ayat ini.
Mazmur 71:20 Engkau yang telah membuat aku mengalami banyak kesusahan dan malapetaka, Engkau akan menghidupkan aku kembali, dan dari samudera raya bumi Engkau akan menaikkan aku kembali. 
Betul itu. Betul. Semua ini salah Tuhan. Karena ini salah-Nya, ya biarkan dia bertanggungjawab. Karena ini salah-Nya, serahkan masalah atau kesusahannya kepada Dia. Hehehe… jika manusia yang disalah-salahkan sekalipun tak salah, manusia pasti marah. Namun, Tuhan tidak akan terkejut dengan respon awal kita saat diterpa masalah karena Dia sendiri yang memberi kita emosi atau rasa. Alhasil setelah puas menyalahkan Tuhan, mau tak mau ya timbul iman. Iman timbul dari pendengaran akan firman Tuhan. ^_^ Selanjutnya, akan diberi firman lagi.

Roma 9:20-21 Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?" Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? 
Yeremia 29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. 

Hehehe… iya ya… kita diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Jadi, terserah Dia mau membentuk kita seperti apa. Jadi, setelah beriman timbullah penyerahan diri… xixixixi… Meskipun demikian, prosesnya memang tidak mudah. Ketika kecil, aku merasa ada diskriminasi masyarakat terhadap para jomblo sehingga aku merasa terpanggil untuk mengubah opini negatif masyarakat perihal status jomblo. Jika aku tidak bisa melakukan perubahan besar, aku akan memulainya dari perubahan kecil, yaitu mengubah persepsi orang-orang di sekitarku terlebih dahulu. Eh, ketika aku sudah keasyikan dengan hal tersebut, tiba-tiba Tuhan memintaku membantu masalah keluarga.

Oh, mana tahan? Aku ingin lari saja dari tugas semacam ini karena mencegah lebih baik daripada mengobati. Daripada aku ketularan penyakitnya, lebih baik menghindar dech. Ketika ada orang-orang curhat perihal masalah pernikahannya, rata-rata mereka mengatakan bahwa sebenarnya mereka belum ingin menikah. Namun, terpaksa menikah karena faktor usia, takut apa kata orang, takut dibilang perawan tua, takut tidak laku, takut kesepian, takut orang tua yang terus memaksa, dan takut-takut yang lainnya. Kemudian setelah menikah tak hentinya berkeluh kesah dan menyalahkan pasangan atau mertua atau orang tua atau keadaan. Ini sebabnya aku tidak ingin para jomblo mengambil keputusan yang disesali di kemudian hari. Lebih baik takut akan Tuhan saja dech biar tidak takut kepada hal-hal lain.

Nah, di saat aku merasa tak sanggup lagi mengemban tugas semacam ini, tentu saja aku protes dan protes dengan beragam alasan. Mengapa aku? Mengapa tidak mengutus seseorang yang dibesarkan di dalam keluarga Kristen? Eh, Tuhan malah menunjukkan beberapa keluarga Kristen yang telah mengecewakan Dia. Uwahh… aku malah ditambah tugas untuk mendoakan mereka pula. Jadi, aku berharap bisa mereferensikan pendeta yang bisa menangani masalah keluarga, seperti pak Caleb atau pak Sukirno. Sayangnya, tak semua orang mengenal mereka sehingga tak mungkin pula mempercayai mereka sekalipun kurekomendasikan nama-nama mereka.

Eh, suatu hari aku tak bisa menghadiri ibadah karena sedang berada di dalam kereta dari Jakarta ke Surabaya. Rencananya sich mau membawa earphone supaya bisa live streaming di kereta tetapi malah lupa bawa. Ketika kulihat pengkhotbahnya pak Caleb, aku pun penasaran dengan isi khotbahnya tetapi aku tidak bisa membaca gerak bibirnya karena aku belum pernah belajar di sekolah luar biasa. Aku hanya bisa membaca ayat yang dicantumkan di layar sehingga kutahu khotbahnya tentang anggur baru dan kantongnya. Kemudian aku teringat pak Caleb punya youtube sehingga aku berhenti live streaming. Lagipula percuma aku mendengarkan khotbah tanpa suara dan sinyal yang putus nyambung.

Sekitar seminggu kemudian aku cari videonya di youtube miliknya. Eh, ternyata videonya tidak diperbaharui lagi semenjak tahun lalu karena tidak kutemukan video khotbah terbaru tentang anggur. Lantas aku tertarik untuk mendengar khotbahnya yang berjudul ‘Rahasia Melihat Masa Depan di Dalam Tuhan’ (youtu.be/IbLpP5Cb6RU dan youtu.be/38AOauXqCyQ). Di sana pak Caleb bercerita perihal ayahnya yang pemarah dan cinta uang serta adik-adiknya yang seakan-akan kompak melawan dia sehingga dia ingin kabur dari mereka.

Hah! Masa sich… aku tak percaya dengan apa yang kudengar. Ternyata pak Caleb yang sekarang ini terbentuk dari keluarga yang seperti itu. Tadinya kupikir dia lahir dari keluarga Kristen yang luar biasa tetapi ceritanya kok begini ya? Hmmm…. Ternyata pak Caleb juga sempat mengalami proses yang tidak menyenangkan. Iya juga sich, sepertinya empati kita terhadap masalah orang lain baru bisa timbul jika kita pernah menghadapi masalah serupa dengannya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.