Sunday, September 16, 2018

Curahan Hati

Jagalah Hati dengan Kewaspadaan
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 16 Sept 2018

Ada seorang pria yang curhat kepada ko Judy. Dia baru menikah 3 tahun tetapi sudah ingin bercerai karena dia tidak tahan dengan isterinya yang sering memukulnya. Ko Judy pun mengatakan bahwa dia tidak menganjurkan perceraian tetapi dia boleh bercerai jika sudah tidak tahan lagi dengan isterinya dengan satu syarat, yaitu mereka harus ikut retreat pasangan terlebih dahulu.

Pada saat retreat ko Judy berkenalan dengan isterinya. Ternyata isterinya tidak kekar. Dia bertubuh ramping dan cantik karena dia juga foto model. Rupanya dulu wanita ini belajar taekwondo karena dia sering melihat ayahnya memukul ibunya. Dia pun terpaksa menikah karena tuntutan. Lalu acapkali bertengkar dengan suaminya, dia memukul suaminya. Dia berkata: “Sebelum saya dipukul suami, lebih baik saya memukulnya terlebih dahulu.” Ini berarti ada trauma atau luka masa lalu yang belum dipulihkan dan dia beranggapan bahwa semua pria pasti suka memukul. Jadi, ko Judy berkata: “Saya tidak suka memukul dan saya ini pria. Lihat! Saya ini pria beneran.”

Hmmm… jika belum mengenal seseorang dengan baik, mana bisa percaya begitu saja? Kadang kala orang yang sudah kita kenal pun bisa mengejutkan kita dengan sikapnya yang tak terduga. Siapa sangka seseorang yang dikenal baik dan humoris pun bisa tega memukul sesamanya? Pria normal tentu saja tidak akan memukul sesamanya sambil tersenyum atau bercanda. Biasanya mereka hanya memukul saat siluman banteng di dalam dirinya teraktivasi alias saat marah saja. Jika tidak normal alias gila, ya lain lagi ceritanya. Namun, bagaimana kita bisa mengetahui batas kesabaran seseorang? Kadang kala kita baru bisa mengetahuinya saat goncangan terjadi. Dalamnya laut bisa diukur tetapi dalamnya hati siapa tahu. Hanya Tuhan yang tahu.
SELALU BERSAMAKU ~ Sidney Mohede 
Hanya Kau tempatku berlindung. Hanya Engkau laguku dan kekuatanku. Ijinkanlah kudatang menyembah membawa syukurku. Sedalamnya hatiku Kau-pun tahu dan kasih-Mu tak jauh dalam jiwaku. Di dalam kesesakan, di dalam kemenangan, kutahu Engkau selalu bersamaku. 
ALWAYS with ME 
You alone are my only refuge. You alone are my song and my strength. Let me come before You in worship and bring You my gratitude. The deepest part of my heart You know and Your love is never far from my soul. In times of troubles, in times of victories, I know that You are always with me. 

Ada beberapa wanita yang curhat seperti ini: “Ketika masih pacaran, suamiku rela mengantar jemput aku ke berbagai tempat. Bahkan, hingga ke ujung dunia pun mungkin akan ditemani olehnya karena dia tidak tega membiarkan aku pergi sendirian. Namun, setelah menikah dia tidak mau lagi mengantar jemput aku. Bahkan, ketika aku sakit, aku harus ke rumah sakit sendiri. Ketika kutanya mengapa dia tidak seperti saat pacaran dulu, dia hanya menjawab bahwa aku tidak boleh manja dan dulu itu masa promosi. Ketika aku merasa ditipu olehnya, dia hanya mengatakan bahwa ini salahku sendiri kenapa mau ditipu olehnya.”

Lalu pada kesempatan yang lain ada seorang wanita yang mendapat pertanyaan dari temannya: “Mengapa kamu mau pacaran dengan pria itu?” Wanita ini segera menjawab: Karena dia super sabar.” Wuih, beberapa orang rasanya ingin tertawa sekaligus prihatin mendengar jawaban wanita ini karena mereka mengenal pacarnya sebagai pria yang tidak super sabar. Andai saja wanita tersebut mengetahui bahwa pacarnya bisa marah hebat karena hal sepele dan tega memukul anak kecil saat sedang marah, akankah dia masih mau berpacaran dengannya?

Sayangnya, kita tidak selalu diizinkan ikut campur dalam hubungan orang lain karena beberapa orang menyatakan bahwa setiap orang memiliki pencobaan atau ujiannya sendiri. Selain itu, siapa tahu justru wanita tersebut yang mampu menjinakkan siluman banteng di dalam diri pria itu. Maka, aku hanya bisa berdoa agar Tuhan memproses mereka hingga matang terlebih dahulu sebelum menikahkan mereka. Jika tidak, bisa-bisa nantinya ada anak-anak lain lagi yang menjadi korban kemarahannya lalu diwariskan dan diwariskan lagi padahal ini warisan yang buruk. Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan masa promosi. Kualitas asli sebuah produk biasanya akan terlihat setelah melewati masa promosinya. Awas tertipu yach karena jika sudah terlanjur salah memilih, susah untuk diretur dan resiko harus ditanggung sendiri.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.