Catatan Ibadah ke-1 Minggu 22 Juli 2018
2. Jadikan keluarga sebagai perlindungan di dalam badai. Bukan dari badai tetapi di dalam badai karena badai tak akan bisa dihindari.
Amsal 14:26 Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya.
Suatu hari anak pertama pak Edward sedang bermain lompat-lompat di atas tempat tidur bersama adiknya. Lalu tiba-tiba terdengar dia berteriak meminta bantuan orang tua. Ternyata anak kedua pak Edward terjatuh dari tempat tidur dan kepalanya tak sengaja membentur kayu ujung lukisan yang ada di dekat tempat tidur. Dia pun berdarah dan segera dilarikan ke rumah sakit. Namun, lukanya baru bisa dijahit sekitar sejam kemudian karena menunggu kedatangan dokter bedah. Dokter bedah memang tidak siap di tempat itu karena peristiwanya terjadi pada tengah malam. Hal seperti ini tak pernah bisa diduga. Pak Edward hanya bisa melindungi mereka di tengah badai dan tidak bisa menghindarkan mereka dari badai.
Putri konglomerat Turki akan segera menikah dan dia mengadakan pesta untuk melepas masa lajangnya. Tanpa diduga pesawat yang ditumpanginya di Dubai menabrak tebing karena pilot salah komunikasi dengan pihak menara pengawas. Seluruh penumpangnya tewas padahal di dalam pesawat ada kedua anak konglomerat dan telah dipersiapkan untuk meneruskan usaha orang tua. Kabar ini pun membuat orang tuanya shock. Di dalam hidup ini badai tak bisa dihindari.
Badai yang kita hadapi, antara lain:
1. Badai Perubahan dalam segala sesuatu. Jika orang tua tidak mau mengajar anak-anaknya, mereka bisa belajar dari media sosial. Ada seorang anak remaja yang bertanya: "Apakah Tuhan akan mengampuninya karena dia telah ratusan kali melakukan aborsi?" Dia tidak mendapat pendidikan seks dari orang tuanya sehingga dia belajar dari media sosial dan hubungan pun terjadi di rumah remaja puteri tersebut. Media sosial memang cenderung lebih banyak berita negatifnya daripada berita positif. Maka, agar terhindar dari pornografi yang tersebar di media sosial, ajarlah anak-anakmu.
2. Badai Kegagalan.
Anak pertama pak Edward pintar secara intelektual, bisa memimpin, dan pandai berbicara. Sebaliknya, anak ketiganya unik karena rapornya penuh nilai merah. Meskipun demikian, pak Edward tidak membandingkan dia dengan cece dan kokonya. Pak Edward hanya terus mendoakan dan tidak menyerah dalam mengajarnya. Beberapa waktu kemudian anaknya menunjukkan nilainya: "Saya biasanya mendapat nilai 40 atau 50 atau nol tetapi kali ini saya mendapat 80 atau 90".
Kegagalan tak bisa dihindari. Daripada menyalahkan atau menyudutkan mereka yang gagal, berikanlah harapan untuk memotivasi.
BERTAHTA di HATIKU
Hanya Engkau dalam hatiku yang memb’rikanku damai. Tiada kasih yang ada di dunia seperti kasih yang Kau berikan. Maka jiwaku pun memuji, aman di bait-Mu. Satu asa di dalam hidupku bersama-Mu sepanjang masa.
Chorus: Yang kupuja hanya diri-Mu satu, yang s’lalu setia menopang dan menjagaku senantiasa. Biar hidupku membawa kemuliaan bagi-Mu kar’na diri-Mu dan kemurahan-Mu t’lah bertahta di hatiku.
0 komentar:
Post a Comment