Catatan Ibadah ke-1 Minggu 05 Maret 2017
Kejadian 13:14-15 Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.
Terkadang rencana Tuhan tidak
bisa dijalankan sebelum kita meninggalkan tempat kita. Jika Abram tidak
meninggalkan sanak saudaranya, dia akan melihat kesuksesan orang tuanya,
kekayaannya, kambing dombanya, dan hal-hal lain yang dapat menghalangi rencana
Tuhan. Oleh sebab itu, Tuhan memintanya pergi ke tempat asing.
1. Melihat dari ketinggian hadirat
Tuhan.
Jika melihat dari tempat yang
tinggi, kita tidak akan terjebak dalam masalah karena kita bisa mengetahui
jalan mama yang akan membawa kita ke jalan buntu. Kita juga bisa mengetahui
bahwa setelah melewati jalanan berbatu-batu, kita akan tiba di jalan yang mulus
karena pandangan kita tidak terhalang apapun.
Ketika diminta melayani Tuhan,
pak Moro berkata kepada Tuhan: "Jika
Engkau mau memakaiku, aku mau menggembalakan 1000 anak muda. Dengan berbisnis
aku bisa mempengaruhi 2000 orang sehingga bila hanya menggembalakan ratusan
orang itu terlalu kecil buatku." Banyak orang mencibirnya: "Masih muda tentu saja memiliki
semangat yang menggebu-gebu tetapi hal itu susah diraih."
Namun, Tuhan berkata kepada pak
Moro: "Lihatlah di kota ini ada
sekitar 13 ribu anak muda sehingga 1000 yang kamu minta tidaklah banyak."
Lantas dia mulai merintis beberapa gereja hingga menggembalakan GMS Medan. Lalu
dia juga ikut merintis GMS Batam untuk memenangkan Sumatra bagi Yesus.
Setiap akhir minggu banyak
orang Singapore berlibur ke Batam
sehingga Batam merupakan perpaduan antara Indonesia dan Singapore. Selain itu, Batam dekat dengan Singapore. Bila ditempuh dengan kapal, hanya memakan waktu sekitar
30 menit perjalanan. Maka, dia juga memulai perintisan gereja di Singapore. Ini merupakan visi bersama
(bukan hanya Sumatra). Ibadah pertama GMS Singapore
akan diadakan pada 21 April 2017. Info lebih lanjut bisa kirim email ke singapore@gms.or.id
2. Melihat apa yang Tuhan lihat.
Kejadian 12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Mulanya Abram pergi bersama Lot
- keponakannya tetapi suatu hari terjadi perkelahian antara gembala Lot dan
gembala Abram sehingga Abram memberikan pilihan kepada Lot.
Kejadian 13:9 Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri."
Suatu hal yang lumrah
seandainya Abram memilih wilayah terlebih dahulu karena dia yang mengajak Lot.
Namun, itu cara pandang manusia (bukan cara pandang Tuhan). Kita harus melihat
apa yang Tuhan lihat.
Singapore
merupakan pintu masuk ke Asia Tenggara karena di sana ada banyak pendatang dari
Myanmar, Indonesia, Filipina, dan bangsa-bangsa lain. Seseorang berkata kepada
pak Moro: "Jika mendirikan gereja di
Singapore dan berkhotbah dengan bahasa Inggris, tentu bisa menjangkau
orang-orang Singapore." Namun, pak Moro berkata: "Jika hanya Singapore, itu terlalu kecil."
Bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional sehingga jika bisa berkhotbah dalam bahasa Inggris, tentu saja
harus bisa menjangkau bangsa-bangsa lain hingga mendirikan GMS Filipina, GMS
Myanmar, dan lain-lain yang terus berkembang dengan kuat.
3. Diwariskan ke generasi selanjutnya.
Banyak orang mengatakan bahwa
enak di Singapore karena aman,
nyaman, dan anak-anak pak Moro bisa memperoleh pendidikan dengan bahasa Inggris
yang baik. Namun, kenyamanan itu relatif. Di Medan sudah nyaman ada mobil,
rumah, dan anak-anak sudah punya banyak teman di sekolahnya. Jika pindah ke Singapore, tentulah perlu penyesuaian
diri lagi karena biaya hidup yang lebih besar daripada di Medan.
Ketika diberi kesempatan
berlibur ke sana bersama isteri dan anaknya, pak Moro berusaha menanamkan
kecintaan mereka akan Singapore karena mereka akan pindah ke sana dan visi Tuhan
juga perlu diwariskan ke generasi selanjutnya. Di sana pak Moro pun mendengar
seorang remaja yang mati bunuh diri karena tekanan dari orang tuanya untuk
memperoleh nilai yang baik.
Perintisan gereja
di Singapore pun segera dimulai
dengan terlebih dahulu menjangkau orang-orang Indonesia di Singapore dan tahun 2019 barulah menjangkau bangsa-bangsa lain di Singapore.
0 komentar:
Post a Comment