Sunday, March 5, 2017

Menuju Tanah Perjanjian ~ Pdt.Yosep Moro Wijaya

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 05 Maret 2017
Kejadian 13:14-15 Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.
Terkadang rencana Tuhan tidak bisa dijalankan sebelum kita meninggalkan tempat kita. Jika Abram tidak meninggalkan sanak saudaranya, dia akan melihat kesuksesan orang tuanya, kekayaannya, kambing dombanya, dan hal-hal lain yang dapat menghalangi rencana Tuhan. Oleh sebab itu, Tuhan memintanya pergi ke tempat asing.

1. Melihat dari ketinggian hadirat Tuhan.

Jika melihat dari tempat yang tinggi, kita tidak akan terjebak dalam masalah karena kita bisa mengetahui jalan mama yang akan membawa kita ke jalan buntu. Kita juga bisa mengetahui bahwa setelah melewati jalanan berbatu-batu, kita akan tiba di jalan yang mulus karena pandangan kita tidak terhalang apapun.

Ketika diminta melayani Tuhan, pak Moro berkata kepada Tuhan: "Jika Engkau mau memakaiku, aku mau menggembalakan 1000 anak muda. Dengan berbisnis aku bisa mempengaruhi 2000 orang sehingga bila hanya menggembalakan ratusan orang itu terlalu kecil buatku." Banyak orang mencibirnya: "Masih muda tentu saja memiliki semangat yang menggebu-gebu tetapi hal itu susah diraih."

Namun, Tuhan berkata kepada pak Moro: "Lihatlah di kota ini ada sekitar 13 ribu anak muda sehingga 1000 yang kamu minta tidaklah banyak." Lantas dia mulai merintis beberapa gereja hingga menggembalakan GMS Medan. Lalu dia juga ikut merintis GMS Batam untuk memenangkan Sumatra bagi Yesus.

Setiap akhir minggu banyak orang Singapore berlibur ke Batam sehingga Batam merupakan perpaduan antara Indonesia dan Singapore. Selain itu, Batam dekat dengan Singapore. Bila ditempuh dengan kapal, hanya memakan waktu sekitar 30 menit perjalanan. Maka, dia juga memulai perintisan gereja di Singapore. Ini merupakan visi bersama (bukan hanya Sumatra). Ibadah pertama GMS Singapore akan diadakan pada 21 April 2017. Info lebih lanjut bisa kirim email ke singapore@gms.or.id

2. Melihat apa yang Tuhan lihat.

Kejadian 12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Mulanya Abram pergi bersama Lot - keponakannya tetapi suatu hari terjadi perkelahian antara gembala Lot dan gembala Abram sehingga Abram memberikan pilihan kepada Lot.
Kejadian 13:9 Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri."
Suatu hal yang lumrah seandainya Abram memilih wilayah terlebih dahulu karena dia yang mengajak Lot. Namun, itu cara pandang manusia (bukan cara pandang Tuhan). Kita harus melihat apa yang Tuhan lihat.

Singapore merupakan pintu masuk ke Asia Tenggara karena di sana ada banyak pendatang dari Myanmar, Indonesia, Filipina, dan bangsa-bangsa lain. Seseorang berkata kepada pak Moro: "Jika mendirikan gereja di Singapore dan berkhotbah dengan bahasa Inggris, tentu bisa menjangkau orang-orang Singapore." Namun, pak Moro berkata: "Jika hanya Singapore, itu terlalu kecil."

Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional sehingga jika bisa berkhotbah dalam bahasa Inggris, tentu saja harus bisa menjangkau bangsa-bangsa lain hingga mendirikan GMS Filipina, GMS Myanmar, dan lain-lain yang terus berkembang dengan kuat.

3. Diwariskan ke generasi selanjutnya.

Banyak orang mengatakan bahwa enak di Singapore karena aman, nyaman, dan anak-anak pak Moro bisa memperoleh pendidikan dengan bahasa Inggris yang baik. Namun, kenyamanan itu relatif. Di Medan sudah nyaman ada mobil, rumah, dan anak-anak sudah punya banyak teman di sekolahnya. Jika pindah ke Singapore, tentulah perlu penyesuaian diri lagi karena biaya hidup yang lebih besar daripada di Medan.

Ketika diberi kesempatan berlibur ke sana bersama isteri dan anaknya, pak Moro berusaha menanamkan kecintaan mereka akan Singapore karena mereka akan pindah ke sana dan visi Tuhan juga perlu diwariskan ke generasi selanjutnya. Di sana pak Moro pun mendengar seorang remaja yang mati bunuh diri karena tekanan dari orang tuanya untuk memperoleh nilai yang baik.

Perintisan gereja di Singapore pun segera dimulai dengan terlebih dahulu menjangkau orang-orang Indonesia di Singapore dan tahun 2019 barulah menjangkau bangsa-bangsa lain di Singapore.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.