Catatan Ibadah ke-1 Minggu Paskah 27 Maret 2016
Ps.Philip Mantofa: "Saya akan membahas Kristologi di ibadah ini. Saya tidak akan menunggu kelas MSJ (My Spiritual Journey) karena ibadah seperti ini yang paling banyak dihadiri jemaat."
Seingatku ketika MSJ 1
dan MSJ 2 tidak diajarkan Kristologi. Seingatku hanya diajarkan visi dan misi
gereja, alasan dibaptis, dan kesaksian-kesaksian gurunya. Oh... mungkin karena
waktu itu ujiannya diberi contekan... jadi aku cepat lupa... hehehe...
Guru MSJ 1 memperkenalkan
diri sebagai pak Majid. Dia mengatakan bahwa sebelumnya dia Islam dan dia tetap
mempertahankan namanya meskipun masuk Kristen. Bila ada yang bertanya perihal namanya, dia bisa bersaksi bagi Tuhan Yesus.
Pak Majid pun mengatakan bahwa dia bisa melakukan penginjilan dengan Alquran
dan bisa menunjukkan persamaan Alkitab dengan Alquran hingga dia berkata: "Bila ada yang mau belajar Alquran,
bisa belajar sama saya." Nggak dech... Alkitab saja belum menguasai.
Setelah menjadi Kristen pak Majid juga pernah mengusir setan dan pernah
membaptis dukun-dukun di pedalaman Kalimantan yang sempat hendak meracuninya.
Di sela-sela ceritanya
pak Majid meminta kami membuka ayat di Alkitab. Jreng... jreng... jreng... aku
pun berhasil menemukan ayatnya. Lalu wanita sebaya di sebelah kiriku melihat
Alkitabku sembari berkata: "Maaf...
halaman berapa ya? Aku dari Islam dan
belum terbiasa membuka Alkitab." Aku pun menjawab: "halaman sekian... sebenarnya aku juga
tidak terlalu biasa."
Oh... seandainya dia tahu
apa yang kualami saat pelajaran pra-baptis. Kala itu aku mendapatkan sebuah
buku Alkitab gratis seperti yang lainnya. Lalu kami diminta membukanya dan
tiba-tiba aku terpilih untuk membacakan ayat yang diminta padahal aku sudah
terbiasa membaca Alkitab di ponsel semenjak buku Alkitabku direnggut si jago
merah.
Maka, aku tak berhasil
menemukan ayat yang diminta sehingga bu Majid bertanya kepadaku: "apa
kamu masih baru?" Karena panik, aku hanya menggelengkan kepala dan
tidak memberikan penjelasan. Lalu bu Majid meminta gadis di samping kiriku
untuk menggantikan aku membaca ayatnya karena terlihat dia sudah menemukannya. Lantas
aku melirik halamannya dan aku pun berhasil menemukan ayatnya setelah mencontek
dia... hahaha... Setelah itu bu Majid berkata kepada semua yang mau dibaptis: "Kalian
perlu membiasakan diri membaca Alkitab." Hehehe... setelah itu
tiap kali mengikuti ibadah aku pun membawa-bawa buku Alkitab tersebut untuk
membiasakan diri membukanya.
Karena cerita pak Majid
terdengar menarik, aku hanya berkata singkat kepada wanita itu: "Waktu pra-baptis aku diajar oleh bu
Majid. Dia dari Islam juga dan sekarang diajar pak Majid. Karena nama panggilannya
serupa dan sama-sama dari Islam, mungkin mereka suami isteri." Ya...
semoga ini fakta dan bukan gosip... hehehe... Lalu dia mengatakan bahwa dia
tidak tahu bu Majid karena dia belum baptis tetapi dia tertarik untuk mengenal
Yesus. Wow... sebelum baptis dia sudah
punya buku Alkitab dengan banyak catatan tangan di dalamnya.
Sementara itu buku
Alkitabku masih baru, mulus, dan licin. Namun, tampaknya dia tidak menghiraukan
hal itu karena yang terpenting dia bisa menemukan ayat yang diminta setelah
kuberi contekan nomer halamannya... hahaha... Ya, pada dasarnya aku juga tidak
suka mencoret-coret buku apapun, termasuk Alkitab. Jadi, biarin bersih
kinclong. Hehehe... waktu kecil aku lebih suka mencoret-coret dinding rumah
daripada buku dan sekarang aku lebih suka mencoret-coret dinding Facebook atau blog daripada buku.
Ketika MSJ 2, rasanya
tegang sehingga aku hanya ingat gurunya memperkenalkan diri sebagai pak
Yohanes, ketua CG 20an di Klampis yang bersedia mengantar jemput anggota CGnya
dan bisa menjadi worship leader atas
bantuan isterinya. Dia pun meminta kami
membuka buku Alkitab. Eh, tiba-tiba beberapa orang ditunjuk untuk
membacakan ayat yang diminta. Seorang ibu di sebelah kananku berbisik: "Enak guru yang pertama ya? Yang ini bikin
tegang."
Dengan berbisik pula aku
berkata: "iya Aik... enak yang
pertama." Pembaptisku juga dipanggil pak Yohanes tetapi orangnya
berbeda. Pembaptisku murah senyum (di sini senyum, di sana senyum, dimana-mana selalu
senyum) sehingga terlihat suabarrrrr... hahaha... mantap R-nya. Ketika aku nyaris terpeleset di dalam kolam baptis,
dia pun tersenyum sembari berkata: "hati-hati,
ada tangganya." Seandainya dia pasang tampang super serius seperti pak
Yohanes yang ini, mungkin aku akan takut ditenggelamkan. Fiuh... untunglah kami
duduk di tengah ruangan sehingga tidak ditunjuk untuk membaca ayat yang diminta
karena kami belum bisa menemukan
ayat-ayat Alkitab yang dimintanya secara cepat.
Hingga kini kalau ada
pendeta yang berteriak: "ayo
multimedia, cepat tampilkan ayat-ayat yang saya minta", aduh... aku
jadi berdebar-debar padahal aku bukan bagian dari multimedia. Wew... semakin panik, ayatnya semakin tidak
ditemukan. Ah, untunglah di ruang ibadah tidak ada yang tiba-tiba ditunjuk
untuk membaca buku Alkitab. Namun, aku tetap merasa aman duduk di bagian tengah
ruangan karena biasanya pendeta suka menunjuk atau bertanya kepada mereka yang
duduk di depan.
Sebelum ikut MSJ aku
sudah diberitahu titiku kalau nantinya ada ujiannya. Namun, ujiannya mudah
karena selain diberi soal, kita sudah diberi jawaban dan hanya tinggal
menyalinnya. Nah, ketika ujian berlangsung, aku baru mengetahui kalau ada soal
yang harus kujawab sendiri karena pertanyaannya semacam ini: "Mengapa
kamu dibaptis?" dan "Perbedaan apa yang kamu alami setelah
dibaptis?"
Pertanyaannya sederhana
tetapi jawabannya bisa panjang padahal tempat isian yang disediakan hanya
sedikit. Alhasil, aku pun menuliskan alamat blog pribadiku (peripena.blogspot.com)
karena sebelum MSJ aku sempat menuliskan hal-hal tersebut di blog pribadiku.
Selain itu, aku pikir itu hanya
formalitas saja dan tak mungkin lha dibaca oleh para pendeta karena
sebagian besar soal ujian sudah diberi jawabannya dan jumlah jemaat GMS juga
buanyak. Sepertinya akan capek kalau dibaca semuanya... hahaha...
Namun, tampaknya dugaanku
salah. Semenjak MSJ setiap tulisan yang ada di blogku seakan-akan mendapatkan
respon dari para pendeta dan dijadikan topik khotbah. Awalnya kupikir hanya
kebetulan tetapi masa kebetulan terjadi
terus menerus? Uwaah... kuputuskan berhenti menulis saja. Eng... ing...
eng... tiba-tiba ada seorang gadis mengirimkan pesan Facebook. Dia menulis bahwa dia belum lama masuk Kristen (dari
Islam) secara diam-diam (tanpa sepengetahuan keluarganya) dan baru saja
menemukan blogku dan membaca semua isinya, termasuk pesan khotbah. Dia pun memintaku tetap menulis.
Oh Tuhan, aku ini ingin
sembunyi di bawah gantang sebelum dikenali para pendeta GMS tetapi sinarku kok
sudah terlihat? Ya udah dech... aku tetap menulis walaupun ada kalanya aku
merasa was-was dengan apa yang kutulis karena berkaitan dengan orang-orang tertentu
yang mungkin tidak suka dengan tulisanku. Wew... MSJ di dunia nyata terasa
lebih menegangkan daripada mengikuti kelasnya pak Yohanes di MSJ 2.
0 komentar:
Post a Comment