Monday, March 28, 2016

Kelas MSJ (My Spiritual Journey)

Catatan Ibadah ke-1 Minggu Paskah 27 Maret 2016
Ps.Philip Mantofa: "Saya akan membahas Kristologi di ibadah ini. Saya tidak akan menunggu kelas MSJ (My Spiritual Journey) karena ibadah seperti ini yang paling banyak dihadiri jemaat."
Seingatku ketika MSJ 1 dan MSJ 2 tidak diajarkan Kristologi. Seingatku hanya diajarkan visi dan misi gereja, alasan dibaptis, dan kesaksian-kesaksian gurunya. Oh... mungkin karena waktu itu ujiannya diberi contekan... jadi aku cepat lupa... hehehe...

Guru MSJ 1 memperkenalkan diri sebagai pak Majid. Dia mengatakan bahwa sebelumnya dia Islam dan dia tetap mempertahankan namanya meskipun masuk Kristen. Bila ada yang bertanya perihal namanya, dia bisa bersaksi bagi Tuhan Yesus. Pak Majid pun mengatakan bahwa dia bisa melakukan penginjilan dengan Alquran dan bisa menunjukkan persamaan Alkitab dengan Alquran hingga dia berkata: "Bila ada yang mau belajar Alquran, bisa belajar sama saya." Nggak dech... Alkitab saja belum menguasai. Setelah menjadi Kristen pak Majid juga pernah mengusir setan dan pernah membaptis dukun-dukun di pedalaman Kalimantan yang sempat hendak meracuninya.

Di sela-sela ceritanya pak Majid meminta kami membuka ayat di Alkitab. Jreng... jreng... jreng... aku pun berhasil menemukan ayatnya. Lalu wanita sebaya di sebelah kiriku melihat Alkitabku sembari berkata: "Maaf... halaman berapa ya? Aku dari Islam dan belum terbiasa membuka Alkitab." Aku pun menjawab: "halaman sekian... sebenarnya aku juga tidak terlalu biasa."

Oh... seandainya dia tahu apa yang kualami saat pelajaran pra-baptis. Kala itu aku mendapatkan sebuah buku Alkitab gratis seperti yang lainnya. Lalu kami diminta membukanya dan tiba-tiba aku terpilih untuk membacakan ayat yang diminta padahal aku sudah terbiasa membaca Alkitab di ponsel semenjak buku Alkitabku direnggut si jago merah.

Maka, aku tak berhasil menemukan ayat yang diminta sehingga bu Majid bertanya kepadaku: "apa kamu masih baru?" Karena panik, aku hanya menggelengkan kepala dan tidak memberikan penjelasan. Lalu bu Majid meminta gadis di samping kiriku untuk menggantikan aku membaca ayatnya karena terlihat dia sudah menemukannya. Lantas aku melirik halamannya dan aku pun berhasil menemukan ayatnya setelah mencontek dia... hahaha... Setelah itu bu Majid berkata kepada semua yang mau dibaptis: "Kalian perlu membiasakan diri membaca Alkitab." Hehehe... setelah itu tiap kali mengikuti ibadah aku pun membawa-bawa buku Alkitab tersebut untuk membiasakan diri membukanya.

Membaca Alkitab hingga selesai
Karena cerita pak Majid terdengar menarik, aku hanya berkata singkat kepada wanita itu: "Waktu pra-baptis aku diajar oleh bu Majid. Dia dari Islam juga dan sekarang  diajar pak Majid. Karena nama panggilannya serupa dan sama-sama dari Islam, mungkin mereka suami isteri." Ya... semoga ini fakta dan bukan gosip... hehehe... Lalu dia mengatakan bahwa dia tidak tahu bu Majid karena dia belum baptis tetapi dia tertarik untuk mengenal Yesus. Wow... sebelum baptis dia sudah punya buku Alkitab dengan banyak catatan tangan di dalamnya.

Sementara itu buku Alkitabku masih baru, mulus, dan licin. Namun, tampaknya dia tidak menghiraukan hal itu karena yang terpenting dia bisa menemukan ayat yang diminta setelah kuberi contekan nomer halamannya... hahaha... Ya, pada dasarnya aku juga tidak suka mencoret-coret buku apapun, termasuk Alkitab. Jadi, biarin bersih kinclong. Hehehe... waktu kecil aku lebih suka mencoret-coret dinding rumah daripada buku dan sekarang aku lebih suka mencoret-coret dinding Facebook atau blog daripada buku.

Ketika MSJ 2, rasanya tegang sehingga aku hanya ingat gurunya memperkenalkan diri sebagai pak Yohanes, ketua CG 20an di Klampis yang bersedia mengantar jemput anggota CGnya dan bisa menjadi worship leader atas bantuan isterinya. Dia pun meminta kami membuka buku Alkitab. Eh, tiba-tiba beberapa orang ditunjuk untuk membacakan ayat yang diminta. Seorang ibu di sebelah kananku berbisik: "Enak guru yang pertama ya? Yang ini bikin tegang."

Dengan berbisik pula aku berkata: "iya Aik... enak yang pertama." Pembaptisku juga dipanggil pak Yohanes tetapi orangnya berbeda. Pembaptisku murah senyum (di sini senyum, di sana senyum, dimana-mana selalu senyum) sehingga terlihat suabarrrrr... hahaha... mantap R-nya. Ketika aku nyaris terpeleset di dalam kolam baptis, dia pun tersenyum sembari berkata: "hati-hati, ada tangganya." Seandainya dia pasang tampang super serius seperti pak Yohanes yang ini, mungkin aku akan takut ditenggelamkan. Fiuh... untunglah kami duduk di tengah ruangan sehingga tidak ditunjuk untuk membaca ayat yang diminta karena kami belum bisa menemukan ayat-ayat Alkitab yang dimintanya secara cepat.

Hingga kini kalau ada pendeta yang berteriak: "ayo multimedia, cepat tampilkan ayat-ayat yang saya minta", aduh... aku jadi berdebar-debar padahal aku bukan bagian dari multimedia. Wew... semakin panik, ayatnya semakin tidak ditemukan. Ah, untunglah di ruang ibadah tidak ada yang tiba-tiba ditunjuk untuk membaca buku Alkitab. Namun, aku tetap merasa aman duduk di bagian tengah ruangan karena biasanya pendeta suka menunjuk atau bertanya kepada mereka yang duduk di depan.

Sebelum ikut MSJ aku sudah diberitahu titiku kalau nantinya ada ujiannya. Namun, ujiannya mudah karena selain diberi soal, kita sudah diberi jawaban dan hanya tinggal menyalinnya. Nah, ketika ujian berlangsung, aku baru mengetahui kalau ada soal yang harus kujawab sendiri karena pertanyaannya semacam ini: "Mengapa kamu dibaptis?" dan "Perbedaan apa yang kamu alami setelah dibaptis?"

Pertanyaannya sederhana tetapi jawabannya bisa panjang padahal tempat isian yang disediakan hanya sedikit. Alhasil, aku pun menuliskan alamat blog pribadiku (peripena.blogspot.com) karena sebelum MSJ aku sempat menuliskan hal-hal tersebut di blog pribadiku. Selain itu, aku pikir itu hanya formalitas saja dan tak mungkin lha dibaca oleh para pendeta karena sebagian besar soal ujian sudah diberi jawabannya dan jumlah jemaat GMS juga buanyak. Sepertinya akan capek kalau dibaca semuanya... hahaha...

Namun, tampaknya dugaanku salah. Semenjak MSJ setiap tulisan yang ada di blogku seakan-akan mendapatkan respon dari para pendeta dan dijadikan topik khotbah. Awalnya kupikir hanya kebetulan tetapi masa kebetulan terjadi terus menerus? Uwaah... kuputuskan berhenti menulis saja. Eng... ing... eng... tiba-tiba ada seorang gadis mengirimkan pesan Facebook. Dia menulis bahwa dia belum lama masuk Kristen (dari Islam) secara diam-diam (tanpa sepengetahuan keluarganya) dan baru saja menemukan blogku dan membaca semua isinya, termasuk pesan khotbah. Dia pun memintaku tetap menulis.

Oh Tuhan, aku ini ingin sembunyi di bawah gantang sebelum dikenali para pendeta GMS tetapi sinarku kok sudah terlihat? Ya udah dech... aku tetap menulis walaupun ada kalanya aku merasa was-was dengan apa yang kutulis karena berkaitan dengan orang-orang tertentu yang mungkin tidak suka dengan tulisanku. Wew... MSJ di dunia nyata terasa lebih menegangkan daripada mengikuti kelasnya pak Yohanes di MSJ 2.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.